Part 3

141 20 4
                                    

Nindy : Hahhh??

Arsyil : Ayolah Nin,

Dan gue sengaja membalasnya lama karena gue gak tau harus membalas apa.

Tak lama,

Ting...

Arsyil : Ehhhh, maafff dibajak temen gue njirrr..

Nindy : Eh, iya. Gapapa.

Hati gue serasa tertusuk pisau yang tajam. Sakittt. Gue baru kali ini merasakan sakitnya jatuh cinta. Gue tau, siap jatuh cinta artinya siap sakit hati. Tapi, gue belum siap yang namanya sakit hati. Dan gue gak bisa ngebohongin perasaan gue karena gue sudah mulai jatuh cinta dengannya.

Tiba tiba, gue mulai menitikkan air mata. Semakin lama semakin deras sederas hujan di luar sana. Tapi gue berfikir, dia gak mungkin sengaja nyakitin hati gue karena dia gak tau bahwa gue suka sama dia. Gue nya aja yang terlalu bawa perasaan sampe sampe gue ngira kalo dia memiliki perasaan yang sama ke gue.

***
"Nindy, kenapa mata lo bengkak? Lo nangis?" tanya Nisha histeris.

"Hmm, gue gapapa kok." jawabku

"Nin, ayolah. Gue sahabat lo. Lo sahabat gue. Kalo lo kenapa kenapa lo cerita sama gue. Begitupun sebaliknya. Dengan gitu, lo mungkin bisa lebih lega dan gue bisa ngasih solusi terhadap permasalahan lo." ucapnya panjang lebar dan berharap agar gue mau bercerita keadaan sebenarnya.

"Hmm, oke. Nanti pulangan lo main ke rumah gue ya. Disana nanti gue cerita gue kenapa."

"Oke."

***

"Nindy, karena hari ini Vera nggak masuk, kamu yang bawakan buku buku ini ke meja ibu di ruang guru ya?" perintah bu Tya.

Aku segera mengambil tumpukkan buku dan membawanya ke ruang guru. Sedangkan bu Tya, melanjutkan mengajar di kelaa 7D.
Aku membawanya dengan sangat hati hati karena tumpukkan buku ini sangat berat.

Brukk...

Buku buku yang awalnya di tangan gue, kini sebagiannya sudah terhambur di lantai. Gue hanya mendengus kesal karena orang yang menabrak gue sudah berlari jauh. Gue seperti menjadi korban tabrak lari.

"Eh, maafin temen gue ya. Gue udah bilangin biar nggak lari larian lagi. Tapi dia orangnya nggak bisa dikasi tau." ucap cowok di sebelah gue yang mulai membantu gue membereskan buku dan membawakannya.

"Eh, gak usah. Gue bisa sendiri kok." tolak gue.

"Halah, gak usah sok strong deh. Di senggol dikit jatoh." oloknya.

"Yaudah, makasih ya Syil." ucap gue berterima kasih.

***

"Sekarang, ceritain dong Nin. Kenapa lo nangis." ujar Nisha membuka pembicaraan.

"Oke, jadi gini ..." Gue bercerita panjang lebar dan Nisha hanya menangguk anggukan kepala.

Namun, tanpa disadari, gue malah menangis lagi. Menangisi cowok gak penting yang telah menyakiti hati gue. Gue pernah berfikir, buat apa nangisin cowok kalo yang ditangisin gatau diri. Gue menangis bukan karena dia tidak memiliki perasaan yang sama ke gue. Tapi karena dia telah membuat gue terbang setinggi langit lalu dihempaskannya ke bawah dan membuat gue sakit hati.

Dasar cowok PHP, gumam gue.

"Nin, gue udah tau sifat Arsyil sejak SD. Dia itu cowok baik baik, walaupun dia suka iseng gue yakin dia gak mungkin ada niatan buat nyakitin hati lo. Pikiran cowok sama cewek itu beda Nin. Lo nggak bisa main mengartikan pikiran manusia. Kalo lo berfikir dengan dia ngebantu lo, dia memiliki perasaan dan memberi harapan ke lo, dia berfikir kalo dia ngebantu lo, lo bakal biasa aja dan hanya menganggap itu semua sebagai bantuan. Gue ngomong kayak gini bukan berarti gue berada di pihak dia. Gue gak berpihak ke siapapun karna menurut gue ini hanyalah salah paham."

Gue hanya bisa menangis tersedu sedu.

"Kalo lo mau nangis, nangis aja. Keluarin semua biar lo lega. Terkadang, cowok juga nggak bisa ngertiin cewek."

Mulai detik ini, gue gamau bawa perasaan sama dia.

***

Kriingg...

Bel pulang berbunyi.

"Hai Nindy," sapa Arsyil.

Dia lagi, dia lagi. Bisa nggak sih ngilang dari kehidupan gue? Gue udah muak sama semua drama lo.

"Hmm," jawabku santai.

"Kenapa kamu Nin? Tumben balesnya kayak gitu." tanyanya penasaran.

"Hmm,"

"Nin, kamu kenapa sih?"

"Bisa gak, lo hilang dari kehidupan gue dan anggap saja kita nggak pernah kenal bahkan bertemu."

"Tapi kenapa?"

Gue yang sudah tidak sanggup membendung air mata yang hampir tumpah ini langsung berlari meninggalkannya sendirian

***

Arsyil POV

Nindy kenapa sih? Gue kan cuman pengen jadi sahabatnya aja. Apa salahnya sih, kalo gue jadi sahabatnya? Dan kenapa tiba tiba dia marah dan meminta gue menghilang dari kehidupannya. Cewek emang ribet.

Daripada gue pusing mikirin hal kayak gitu, mending gue langsung ngeline dia dan menanyakannya.

Arsyil : Nin, lo kenapa sih?

Nindy : Nggak, gue gapapa.

Arsyil : Terus, kenapa tadi lo marah marah sama gue?

Nindy : Tadi cuman lagi kesel aja sama Nisha, jadi gue nggak sengaja marah ke lo juga wkw. Sorry ya..

Arsyil : Oh, yaudah deh. Gapapa wkw.

Nindy hanya membaca line dariku saja tanpa membalasnya.

-----------------------------------------------------------------
Lanjut? Don't forget for vote and comment yaa..

-ammara❤

Dream Comes TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang