Stephanie Allisha Saralle POV
"Apa yang kau lakukan, Sapi bodoh? Jati dirimu bisa saja terbongkar! Huh, jangan selalu memakai emosimu untuk menyelesaikan masalah. Gunakan otakmu!" Aku meMindlink Xavier dan menatapnya tajam.
Aku takut. Takut kalau Ash akan tau bahwa aku Werewolf. Aku tau traumanya. Aku tak mau ia tiba tiba saja langsung membenciku. Aku sudah terlanjur menyayanginya. Menyayanginya seperti adikku sendiri.
"Dia bilang Mate ku akan mati! Apa kau akan diam saja bila ada yang berbicara itu padamu?" Xavier balas meMindlinku. Pandangannya masih terhadap lelaki yang duduk sebangku dengan Ashley dikelas.
Fransiskus Edward Alexander. Entah kenapa, aku tak bisa membaca pikirannya. Aku tau dia vampire. Bisa kutebak dari tingkah lakunya saat Ashley menyapanya. Haus akan darah Ash? Mungkin. Lagipula, Ashley termasuk dalam kelompok darah manis sehingga semua Vampire rata rata mengincarnya. Untung Ashley adalah Mate Marcellus Xavier Chridio. Alpha yang tidak tau diri tapi baik. Ralat, hanya baik kepada Luna nya saja. Itupun kalau Ash akan bersikap baik pada Xavier.
"Cepat pergi dari sana. Luna mu ini terus memperhatikan tingkah anehmu!" Ucapku penuh penekanan.
Serigalaku, Levana terus mendengus kesal didalam pikiranku. Ia terus berkata padaku bahwa jangan ikut campur urusan Xavier dan serigalanya, Joe. Kami sudah terkena imbas akibat ikut campur urusan Xavier. Tapi, sebagai adik yang baik, aku ingin Xavier bisa mengontrol dirinya. Apalagi, Mate Xavier adalah tipe yang tidak bisa dibentak.
"Terserah!" Ucap Xavier ketus dan langsung memutus Mindlink ku. Ia melepas cengkraman kuatnya pada kemeja Edward dan langsung menghempaskannya begitu saja. Tidak ada kerusakan yang diakibatkan oleh mereka. Untung saja Xavier dan Edward tidak menggunakan kekuatan mereka.
"Stephanie?" Ash melambaikan tangannya didepan wajahku dan menatapku bingung.
"Ah iya? Ada apa?" Ucapku kaget.
"Aku ingin menghampiri Edward. Ujung bibirnya sedikit terluka. Aku takut terjadi sesuatu padanya lagi." Ucap Ashley sambil tersenyum.
Aku memberlalakkan mataku secara sempurna. Menghampiri Edward? Aku yakin Xavier akan menghancurkan sekolah ini bila ia tau.
"Untuk apa Ash? Kau kan tidak mengenalnya." Tanyaku. Sekarang, aku sedang berusaha mencari alasan yang masuk akal agar Ash tidak pergi menemui Edward. Aku tidak ingin Xavier berulah lagi mengingat sifatnya yang temperamental.
"Ia kan teman sebangku, Steph. Aku harus membantunya." Ashley membuang nafas pelan. Ia benar benar peduli terhadap orang lain. Sangat berbeda dengan Xavier. Huh, beruntungnya dirimu Xavier!
"Tape, cepat temui aku di halaman belakang sekolah. Ada yang harus kubicarakan padamu." Ucap Xavier yang tiba tiba meMindlink ku. Saat aku ingin menjawabnya, ia langsung memutuskan mengunci Mindlinknya sehingga aku tidak bisa menghubunginya lagi. Menyebalkan!
"Jadi.. Bagaimana? Kau mau ikut atau tidak?" Tanya Ash lagi.
"Aku ada urusan, Ash. Hmm.. Sebisa mungkin, kau jangan bersentuhan dengannya, jangan menatap matanya, jangan tersenyum dihadapannya, dan jangan memegang mulutnya. Oke?" Ucapku secara bertubi tubi dan membuat Ash menggaruk pelan kepalanya.
"Eh? Iya iya." Ash tersenyum ke arahku dan melambaikan tangannya.
Aku harap ini tak akan berakhir buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of My Luna
WerewolfAku takut ketika harus menerima kenyataan bahwa dia adalah Mateku. Dia sangat cepat marah, temperamental, dan posesive. Tetapi, aku merasa aman didekatnya. Jantungku selalu berdegup dengan kencang ketika dekat dengannya. Tidak bisa dipungkiri, dia...