Menyebalkan! Stephanie tiba tiba saja pergi meninggalkanku. Ia bahkan menghiraukan teriakan yang aku lontarkan padanya. Kenapa hari ini banyak kejadian aneh? Apa ini hari sial ku?
Aku mempercepat langkahku dalam menuruni tangga. Lagipula, kampusku sudah sepi. Anak anak kampus pulang pada pukul 5 sore sedangkan ini sudah pukul 7 malam.
"Bodoh! Sekali lagi kau berkata seperti itu, aku akan mengadakan perang diantara kita!"
"Aku tidak peduli."
Suara itu.. Aku mengenalnya! Segera aku langsung berlari mencari sumber suara.
Itu dia.. Mereka berada diujung koridor sambil memberikan tatapan tajamnya masing masing. Aku langsung mencari tempat persembunyian agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Vampire sialan!" Lelaki tampan itu berteriak kearahnya.
"Urus saja Matemu itu dan jangan ganggu aku, Xavier. Dasar Alpha tidak tau diri!" Warna mata Edward dalam sekejab berubah menjadi merah. Taringnya juga perlahan keluar dan ia mengeram kesal.
"Ia.. Vampire?" Aku langsung menutup mulutku. Sial! Aku keceplosan!
Pada saat aku ingin berlari, tiba tiba saja Edward langsung datang menahanku. Ia menyeringai ke arahku dan mengusap leherku pelan.
"Jadi.. Ia disini? Aku percepat saja kematiannya."
Bugg!! Sebuah hantaman tepat mengenai wajah Edward. Lelaki yang bernama Xavier itu memukul Edward dengan kencang sehingga membuat Edward terpental cukup jauh. Namun, sepertinya Edward masih bisa menahannya.
"Cepat lari!" Xavier berteriak ke arahku.
Aku hanya bisa mematung ditempat. Perkataan lelaki tampan itu tak kuhiraukan. Tubuhku seakan tak bisa bergerak. Sekarang aku layaknya seseorang yang sedang menunggu kematian. Disaat saat seperti ini, kakiku malah tidak bisa bergerak!
"A-aku.."
"Rrr!!" Edward berlari ke arahku tetapi langsung dihalangi oleh Xavier. Mereka saling memukul dan beradu kecepatan.
Tiba tiba saja Xavier terjatuh sehingga Edward berdiri tepat didepanku. Ia mendorongku lalu menimpaku dengan badannya.
"Tolong.. Ja-jangan bunuh aku." Ucapku pelan.
Edward menatapku sejenak lalu perlahan warna matanya kembali normal. Taring tajamnya menghilang dan tatapan matanya berubah sendu. Terdapat kesepian didalamnya. Aku hanya bisa diam menatap mata birunya.
"Pergi dari Mateku!" Xavier langsung menarik kerah Edward dan memojokkannya di dinding. Ia memukul Edward tanpa ampun dan langsung melemparnya begitu saja.
Kulihat Edward hanya diam tak melawan dan menatapku. Ia menghapus darah yang menetes dari hidungnya lalu berusaha bangkit.
"Hei! Sudah cukup." Teriakku pada Xavier. Ia berbalik ke arahku lalu menatapku tajam.
"Dia ingin membunuhmu, apa kau tau?!" Bentaknya padaku.
"Ti-tidak apa apa. Aku memaafkannya." Ucapku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of My Luna
ПеревертніAku takut ketika harus menerima kenyataan bahwa dia adalah Mateku. Dia sangat cepat marah, temperamental, dan posesive. Tetapi, aku merasa aman didekatnya. Jantungku selalu berdegup dengan kencang ketika dekat dengannya. Tidak bisa dipungkiri, dia...