Keesokan harinya.....
GAARA POV
Aku terbangun lebih awal karena tidak bisa tidur.
Aku melihat yg lain masih tertidur dengan lelapnya. Andai saja sosok hitam itu tidak menculik (y/n) aku pasti bisa melihatnya tersenyum sekarang.
Ah (y/n)....
Aku menghembuskan nafas panjang dan mencoba tidur.
*Keesokan harinya
GAARA POV
Aku dan yg lainnya berada di perbatasan konoha bersama kakashi.
Kami akan menyelamatkan (y/n).
Kami harus menyelamatkannya, aku tidak akan memaafkan aku sendiri jika (y/n) sampai terluka.
"Eum...Gaara? Kau baik-baik saja kan?" Naruto memperhatikanku cemas.
"Aku baik-baik saja, ayo cepat kita harus menemukan (y/n) sebelum terlambat." Naruto mengangguk dan segera menyusul rombongan yg sudah berada di depanku.
Gaara... tolong aku...
Eh?! (y/n)?!
Aku segera menoleh mencari sumber suara sampai aku menyadari bahwa itu hanya khayalanku."Ayo cepat Gaara! Jangan melamun! Kita harus segera menyelamatkan (y/n)!" Aku pun tersadar saat Naruto menarik tanganku untuk bergabung dengan yang lain.
(Y/N) POV
Disini semakin suram dan aku makin khawatir dengan keadaanku dan teman-temanku.
Bagaimana jika aku mati?! Aku belum menyatakan perasaanku pada Gaara, dan aku tidak akan bisa bertemu denganmu atau yang lain.
Memikirkan hal ini membuat kepalaku menjadi sakit dan lemas, aku tidak bisa apa-apa sekarang.
"Kau sudah sadar rupanya." Sebuah suara berat membuatku menoleh ke sumbernya.
"Aku tidak pingsan idiot." Kataku geram.
"Aku tahu aku hanya ingin mengatakan itu." Sosok itu berkata dengan nada datar.
Tapi aku merasa kenal dengan suaranya, tapi....siapa?
"Rupanya kau melupakanku ya..." Tunggu, nada suaranya tidak lagi datar. Dan aku makin familier dengan suara itu
Berpikir (y/n) berpikir!
Dan aku tersentak.
"Satoshi mau apa kau disini?" Tanyaku dingin sambil menatap wajahnya yang samar-samar.
"Kau ini sama saja seperti dulu ya." Ujarnya lalu mendekat ke sel tahananku.
"Memang kenapa kau pengkhianat." Geramku.
Dia hanya terkekeh pelan sambil memyentuh daguku. dan aku lun segera menepisnya
"Rupanya kau masih ingat itu ya, hahahahaha." Dia menunjukkan wajahnya yang sangat puas entah untuk apa.
"Diam kau." Aku ingin membunuhnya sekarang juga.
"Baiklah baiklah, hahaha. Lebih baik aku tinggal saja ya agar kau bisa mengingatku lagi." Dengan nadanya yang sinis aku bisa merasakan rasa bencinya terhadapku.
Bagitu juga diriku.
"Bersiaplah untuk mati kau bodoh." Ujarnya sambil meninggalkanku.
Sial aku jadi teringat kejadian 'itu' lagi!
*flashback on
Aku berjalan di sekitar perkotaan yang sudah lama di tinggalkan, dan tiba-tiba Satoshi datang dan mengajakku untuk memasuki sebuah gedung tua.