Chapter 8 - Oh.

113 5 0
                                    

Ciuman itu berlangsung lama.
Kami terengah ketika memisahkan bibir kami.

Aku menyentuh bibirku sendiri dengan malu.
"Ah.. ma..maaf.. aku.."
Tapi kata-kata ku tertelan karena dia sudah menyambar bibirku lagi.
"Maaf? Untuk apa?" Tanyanya.

"Untuk kebahagiaan yg kamu berikan tadi?" Tanya Arma lagi. Ia tersenyum kecil. Manis sekali.

"Sekarang katakan. Kenapa kamu menangis, Ella?"

"Ah.." desahku.
"Lulus SMA, kita akan berpisah. Iya kan..?" Ujarku lirih.

"Maksudmu?"

"Iya. Kita pasti akan mencari kuliah di universitas masing-masing. Kita akan berpisah. Bahkan mungkin berpisah selamanya." putus asa tercermin jelas dalam suaraku.

"Tidak. Tidak, Ella. Aku akan selalu berada di samping mu. Jangan katakan itu lagi, ya?" pinta Arma.
Aku menatapnya nanar.

Teringat kisah cinta ku 6 tahun yg lalu.

Teringat bahwa kedua kisah ini berawal dr kekonyolan, tawa, dan canda.

Teringat bahwa kedua orang yg ku cintai ini bersifat sama. Selalu membuat ku tertawa.

Teringat bahwa pernah ada yg mengatakan kalimat yg sama seperti yg Arma katakan.

Teringat bahwa orang itu meninggalkan ku.

Hingga saat ini.

¤
Teruslah melangkah. Majulah.
Yang lalu sudah ada di belakang, di kenang, tak usahlah.
Kita punya kekuatan untuk bertahan.
Waktu yg akan membuktikan.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang