Chapter 7 - A Thousand Years

101 4 0
                                    

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid
I have love you for a thousand years..
I love you for a thousand more..

Selesai. Aku tersenyum kecil, dan menatapnya. Arma balas menatapku dengan pandangan yang.. entahlah. Sulit dijelaskan.

Aku berdiri dari bangku, dan memasukkan gitar ku ke sarungnya. Aku berdiri membelakangi Arma.

Deg!

Sepasang tangan yg kurus namun kokoh memelukku dari belakang. Waktu seolah berhenti saat itu. Aku tidak bisa bergerak sama sekali. Atau tidak mau. Hangat hatiku dalam pelukannya. Aku bisa mencium wangi tubuhnya dari jarak sedekat ini. Mendadak dada ku terasa sesak.

Ah.. aku tidak sadar. Air mataku sudah menetes keluar. Entah mengapa. Aku menunduk. Arma masih bertahan dengan posisinya. Air mataku mengalir ke bawah, hingga menetes dan jatuh di tangan Arma. Dia tersentak dan melepas pelukannya. Kemudian membalikkan badan ku, menghadapnya.

"Ada apa, Ella..?"
Aku hanya bisa diam. Tenggorokan ku tercekat. Nafas ku seakan habis ditelan tangis.
Perlahan, aku mulai terisak. Dia menarikku ke dalam pelukannya. Ia merelakan bajunya basah oleh air mata ku. Dan.. ia menghapus air mata ku.

"Ella.. apa ada masalah..?"
Aku terus saja terisak.

Arma menarikku dengan lembut. Mendudukan ku di sebuah bangku, sementara dia sendiri berlutut di depanku. Tangannya menggenggam tangan ku.

"Sst.. sudah.. kamu ga mau cerita, La..?
Aku menatapnya. Menatap matanya yg berbinar namun tampak khawatir. Aku menatap bibirnya.

Dan tanpa aku sadari, bibir ku sudah menempel dengan bibirnya.

¤

Romantisme ada ketika dua orang saling cinta
Menerima satu sama lain dan tetap bahagia.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang