Siapa aku? Siapa diriku? Aku tak tau siapa diriku...
Siapa dia? Orang bilang dia kekasihku, tapi kenapa aku tak merasakan apa-apa dalam hatiku ketika bersamanya? Benarkah aku dulu mencintainya? Kenapa justru dengan orang yang baru saja bertemu aku m...
Gundah. Sepi. Menyendiri. Prilly tak bisa menyembunyikan kepedihan itu. Ditinggalkan Ali untuk menyelesaikan keegoisan Tata adalah resiko pahit yang diharapkan bisa menjadi manis kemudian. Inilah perjuangan. Inilah pengorbanan. Inilah penentuan apakah janji untuk tak saling melupakan bisa terbukti? Apakah ini cinta sesaat atau cinta semu akan menemui jawabannya.
"Sudahlah Ly, Lea udah pergi jangan membuat Ily semakin muram dari hari ke hari!" ucapan mami yang tak tahu apa-apa membuat Prilly menggeleng.
"Bukan hanya karna Lea, mam."
"Lalu karna apalagi, Ly, cerita sama mami!"
"Karna cinta."
"Cinta? Jangan bilang Ily cinta sama Lea ya Ly...!"
"Mamiiii."
Prilly menggeleng dengan ketidak pekaan mami terhadap dirinya. Perasaan anaknya sendiri saja tak bisa mengartikan.
"Nikko nungguin Ily, kenapa Ily nggak senang-senang saja sama Nikko, biar pikiranmu Fresh?"
"Enggak, mam!"
"Dia udah nungguin lama itu, mami nggak bisa nolak."
"Mamiiii...."
Mami menyeret Prilly keluar menemui Nikko. Nikko tersenyum menyambut mereka. Entahlah, kenapa tak pernah bisa menerima Nikko dengan baik? Matanya memancarkan sinar lain. Prilly takut memberi harapan padanya. Prilly bersikap tak membuka hati memang sengaja agar tak membuatnya salah paham dan terlalu berharap. Meskipun dia tak pernah mengatakan cintanya tapi Prilly cukup memahami apa yang dirasakannya.
"Aku mau ngajakin kamu ke suatu tempat yang bagus, Lea dulu pernah bilang kamu suka tempat yang hijau dan segar, disana ada bunga-bunga warna ungu, warna kesukaanmu, mau ya?"
"Dia mau Nikko, ya kan Ly?"
Prilly ingin menggeleng tapi mami mendorongnya dan menyelempangkan tas melalui kepalanya.
Prilly didorong begitu saja sampai kedepan mobil dan Nikko membukakan pintu. Berlebihan. Meskipun Ali tak pernah membukakan pintu mobil tapi itu sewajarnya. Ali. Ya lagi-lagi Ali.
'Dewa, i miss you so much, dear!'
+++++
Tempatnya sebenarnya indah. Dikelilingi bunga-bunga yang cantik dan segar. Prilly sebenarnya merasa tenang melihat kesegaran itu. Nikko senang melihat Prilly bisa menikmatinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Suka?"
"Suka, terima kasih!"
"Disini ada yang lebih indah!" Nikko menarik tangannya, Prilly menurut saja.