Hujan turun begitu derasnya ditengah udara yang bercampur dengan asap dan debu. Sungguh memuakkan. Tak satupun yang ia jual laku pada saat itu. Entah bagaimana nasib yang akan diterimanya hari ini. Arteri harus berusaha untuk mendapat sepeser uang demi kehidupannya yang kelam ini. Tak seharusnya dia melakukan ini semua, disaat ia harus menjualkan dagangannya dan anak-anak yang lain sekolah untuk masa depannya.
Masa depan? Apakah aku memiliki masa depan? Akan seperti apa aku nantinya?
Lamunannya seketika menghilang saat sebuah tangan besar menolak dirinya dengan sangat kuat.
"Heh? Mana duit?" bentak seorang berbadan tegap hitam dengan kasarnya.
"Belum ada yang terjual satu pun hari ini" jawab Arteri pelan.
"Apa?! Lu ngapain aja daritadi hah? Gue gak peduli lo mau hujan-hujanan atau gak, yang gue butuhin sekarang cuma duit! Pergi sana lo! Jangan pernah lo nampain batang hidung lo kalo lo belum ada duit sepeser pun!" bentak lelaki itu.
Arteri hanya terdiam membisu. Apalah dayanya yang tak mampu mengalahkan laki-laki itu. Selama ini dirinya telah dirawat dan dibesarkan oleh lelaki penuh dusta yang bernama Mole. Mole tak akan sungkan menyiksa Arteri jika ia tak membawa apa yang diinginkannya.
Entah bagaimana bisa Arteri diasuh oleh orang yang kejam seperti Mole. Apa hubungan orang tuanya dengan manusia seperti Mole? Mole tak pernah memperdulikan pertanyaan itu setiap Arteri bertanya kepadanya.
Apakah aku akan terus hidup seperti ini? Hidup ini sungguh tidak adil! Tuhan tolonglah aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri and Vena [SLOW UPDATE]
Teen FictionApa sebenarnya arti bahagia menurut kalian? Arteri hanyalah seorang pemuda biasa yang diangkat sebagai anak oleh keluarga Oryza. Ini semua terjadi ketika Arteri berusia 10 tahun. Saat dimana yang namanya "bahagia" hanyalah sekadar tiupan angin yang...