Taciturn Boyfriend.

326 14 6
                                    

***
Author

"Kalian beneran gak mau nemenin gue?"

Gadis itu kembali bertanya yang entah sudah keberapa kalinya pada kelima sahabat lainnya untuk menemani dirinya menuju ruang guru mengumpulkan tugas dari Pak Amir-guru sejarah-yang sedang absen hari ini dan akhirnya meninggalkan kelas dengan tugas merangkum lima bab mengingat akan banyak libur panjang karena ujian untuk kelas dua belas.

"Gak Sa gue lagi pms dan mager banget buat jalan nurunin banyak anak tangga terus naik lagi," sahut satu diantara kelimanya.

Gadis itu bernama Carissa Colleen yang lebih disapa dengan panggilan Sasa oleh teman satu kelas dan sahabatnya itu baru saja bersekolah di SMA Kartika selama kurang lebih satu bulan. Dia merupakan siswi pindahan Surabaya yang menempati Jakarta karena ajakan dari kedua orangtuanya.

"Yaudah deh gue sendiri aja," ucap Carissa pada akhirnya sambil menggerakkan tubuhnya ke arah kanan untuk keluar dari kelas yang gaduh itu karena guru piket yang meninggalkan kelas dengan alasan mengurus murid yang telat.

"Sasa!!" dengan cepat Lowell meloncat hingga berhadapan dengan Carissa membuat gadis itu mundur satu langkah karena tingkah Lowell yang mendadak. "Mau ke ruang guru kan? Sama gue aja," tawar Lowell pada dirinya sendiri.

"Gak usah gue bisa sendiri," ucap Carissa yang ingin berbelok ke kiri melewati Lowell dan lagi-lagi Lowell menghadang jalan gadis itu sehingga mundur satu langkah lagi.

"Owel belom pernah gue bogem ye, udah dibilangin jangan nempel-nempel sama Sasa," ucap Faranisa-salah satu sahabat Carissa-yang terkenal sangat galak dari mereka menginjak kelas sepuluh.

"Yah ciut langsung digalakkin doang sama Nisa, wuh cupuu," sahut Tono-teman Lowell-merendahkan diri Lowell yang takut kalo Faranisa sudah mengeluarkan bogemnya.

Keadaan yang saling sahut menyahut ini digunakkan oleh Carissa untuk segera keluar dari ruangan kelasnya dan berbelok ke kanan untuk menuruni puluhan anak tangga dari lantai tiga menuju lantai satu atau lantai dasar.

Saat dirinya sudah menginjak lantai koridor, ia pun berjalan lurus karena ruang guru sudah semakin dekat dan sambil menghitung jumlah kertas jawaban yang harus terkumpul diatas meja Pak Amir yang sangat teliti dalam soal tugas.

Brukkk...­

Seluruh kertas yang sedang dibawa oleh Carissa tumpah ruah karena bahunya bertubrukan dengan bahu seorang cowok, sangat terasa bahu seorang cowok. Carissa menganga dengan kedua tangan yang masih menggantung di udara. Sekilas ia melihat wajah cowok itu.

Tersadar, dirinya langsung memunguti kertas jawaban di koridor sekolah. Tetapi yang lebih mengejutkannya lagi cowok itu tidak membantunya atau setidaknya mengucapkan 'sorry' sebagai wujud permintaan maaf karena sudah menubruk dan menjatuhkan kertas jawaban yang berserakan di lantai koridor saat ini.

*****

Setelah meletakkan tumpukan kertas diatas meja kosong Pak Amir, Carissa langsung membalikkan tubuh dan berhenti bergerak ketika dirinya terpanggil oleh salah satu guru yang sedang menganggur di ruang guru tersebut.

"Carissa," panggil Bu Minah-guru fisika-­pada Carissa yang akan bergegas keluar dari ruang guru.

"Iya bu?"

"Ibu minta tolong ya nak, kamu ke kelas sebelas IPA satu dan memberikan pengumuman untuk mengerjakan cetak halaman delapan puluh lima di folio dan dikumpul ke Danial, bilang kalau ibu ntar telat masuk," perintah Bu Minah pada Carissa.

"Oh oke bu.."

"Dan jangan lupa bilang kelas gak boleh berisik, kalo berisik bakal kena potongan nilai" ucap Bu Minah lagi yang merupakan guru fisika yang sangat memperhatikan kelas dan juga disebut sebagai guru koret untuk istilah anak jaman sekarang karena selalu melakukan pemotongan nilai.

"Oke baik bu," ucap Carissa patuh.

Setelah mendapat suruhan dari Bu Minah dengan segera cewek itu pergi menuju gedung timur SMA Kartika yang merupakan kawasan anak kelas IPA. Sesudah tiba di gedung timur dirinya langsung menuju ke peta kawasan gedung timur untuk mencari XI MIPA 1 yang ternyata berada di lantai 3.

Dengan semangat yang sayu-sayu, ia menaiki anak tangga dan menuju ke ruangan kelas XI MIPA 1 yang sedang tidak ada guru di dalamnya. Berbeda dengan kelas IIS, justru anak MIPA hanya sedikit yang berisik atau bahkan paling hanya sepuluh dari empat puluh murid di kelas.

Tok Tok Tok

Setelah ketukan yang ketiga, Carissa membuka kelas yang masih terasa asing baginya, anak IPS pergi menuju anak IPA yang pastinya canggung karena di SMA Kartika ini selalu dibedakkan gedung dengan jurusan yang berbeda.

"Permisi," ucapnya sambil berjalan masuk ke depan kelas.

Berbeda dengan anak IPS yang kalo ada anak dari jurusan lain masuk pasti di sorak-soraki dulu baru mempersilahkan masuk, justru anak IPA langsung pada diam yah berhubung juga ini merupakan MIPA 1 yang kebanyakan diantaranya murid pintar jenius dan paling yang bandel sekitar sepuluh sampai lima belas murid.

"Iya, masuk aja," ucap satu diantara mereka semua.

"Maaf menganggu, gue disini disuruh sama Bu Minah buat nyampein pesan. Beliau mengatakan untuk anak sebelas mipa satu untuk mengerjakan cetak fisika halaman delapan puluh lima, dikumpul ke Danial. Dikerjain di kertas folio. Kelas tidak boleh berisik atau terjadi pemotongan nilai."

"AKHH BU MINAH MAH PELIT NILAI," gerutu mereka berbarengan setelah tau Bu Minah akan memotong nilai mengingat kalau mereka berisik.

"Terus nanti Bu Minah telat masuk ya, terima kasih," ucap Carissa sambil terus memperhatikan seorang cowok yang sedang sibuk dengan sesuatu dibawah meja nya yang sepertinya gadget.

"Makasih cantik. Ngeliatin siapa sih fokus amat" goda Martin-tukang modus MIPA 1-yang sangat genit pada setiap wanita yang berparas cantik.

Martin pun mengikuti arah mata Carissa dan dilihatnya seorang cowok yang sedang fokus dengan sesuatu dibawah mejanya. "Oh suka sama Carlos ya neng?" tanya Martin lagi yang dijawab tertawaan oleh satu kelas.

"Gak cuma mau nyampein itu aja, Makasih" ucap Carissa langsung bergegas keluar kelas.

"Carlos diliatin ama cewek cakep kok biasa aja sih," tanya Martin yang dijawab Carlos dengan tatapan maut.

"Santai aja sial ngeliatinnya. Dasar es batu," oceh Martin yang langsung membuka buku fisika dan mengerjakan tugas Bu Minah.

*****

Carissa membuka pintu kelas seperti habis dikejar setan, nafasnya terengah-engah seperti abis dikejar anjing atau setan atau semacamnya yang membuat orang biasanya langsung lari.

"Anjrit gue pikir guru," suasana yang ramai menjadi hening dikira oleh seluruh murid XI IIS 2 adalah guru mata pelajaran berikutnya yang ternyata asalah Carissa.

"Lu kenapa Sa? Ketemu Endah-setan SMA Kartika yang diberi nama oleh Vikko-di koridor sekolah?" tanya Andy yang sering bertemu setan Endah di koridor sekolah.

"Gak lah anjir gua aja gabisa liat setan," ucap Carissa langsung duduk di kursinya dan kelas kembali ramai karena para guru yang sedang rapat.

"Lu lama banget sumpah BAB dulu loh ye?" tanya Divina yang mulutnya asal nyablak.

"Sekate-kate loh, sumpeh ya ini urjent banget urjent,"

"Apaan?" tanya Azzahra yang selalu penasaran dengan apapun itu.

"Tadi gue ditabrak sama cowok terus cowok itu main kabur aja ga nolongin atau sekadar bilang sorry sama gua,"

"Paling ketabrak sama Carlos," jawab Azzahra yang langsung mendapat tatapan bertanya oleh Carissa dan teman-temannya.

***

Keep Vote and Comment yaaa!! I Love You guys.

Taciturn BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang