Prolog (Yuu)

2.3K 133 12
                                    

Konnichiwa~ aku Aka-chan^^ yoroshiku~! Oke, mungkin ini fic kedua yang Aka-chan post ke wattpad. Tapi fic yang sebelumnya (Great-Grandchild of God) itu mentok terus Aka-chan bingung mau ngelanjutin ceritanya kayak gimana *digebukin massa*. Maklum, Aka-chan masih newbie di sini jadi fic buatan Aka-chan belum laku( Д). Mohon dukungan dari kalian semua yaaa. Arigatou><

Disclaimer : karakter OnS bukanlah milik Aka-chan, tapi Aka-chan hanya "meminjam" mereka sebagai bahan untuk membuat fic ini^^
————————————————
Title : Yuu are My Sunshine
Author : Misora Akane (Aka-chan)
Cast :
-Amane Yuuichiro
-Shindo Mikaela
-Hiragi Shinoa
-Kimizuki Shiho
-Saotome Yoichi
-Sangu Mitsuba
and all cameos
Rating : T
Genre : Romance, Hurt/?, Shonen-ai
Warning : boys love, banyak typo, ceritanya gaje, dll~
Don't like? Don't read.
Happy reading!
————————————————
(YUU POV)
"Yuu, aku harap kita bisa bertemu lagi sewaktu kita sudah besar nanti, ya. Aku janji."
"Tunggu, jangan pergi! Kumohon! Jangan tinggalkan aku! Tidaakk!" Teriak Yuu kecil sambil mengejar sesosok manusia yang ditemuinya itu.

KRIIINNGGGG!!!!!!!
"Huuuaahh!!" Teriakku kaget karena suara alarm yang berada di kamarku berbunyi.

"M-mimpi... ya?"
Aku terbangun dari mimpiku yang setiap malam kulihat. Aku sendiri pun tidak tahu kenapa aku selalu memimpikannya. Yang kuimpikan adalah sesosok anak kecil yang memanggilku dengan akrabnya. Lalu dia menggandeng tanganku sambil mengitari taman bunga yang indah. Aku nyaman berada di sisinya.

Namun entah kenapa mimpi tadi malam sosok anak kecil yang sering membawaku ke taman bunga itu tiba-tiba mengatakan perpisahan padaku. Sebenarnya, aku tidak mau berpisah dengannya. Namun dia berjanji ketika kita dewasa, kita akan bertemu lagi.

Ah, memikirkan hal itu semua membuat kepalaku pusing. Lebih baik aku segera beranjak dari kasurku dan bergabung dengan Shinoa dan yang lainnya.

"Ah, rupanya kau sudah bangun, Yuu-kun." Ujar Yoichi yang sedang berdiri di pintu kamarku.
"Maaf, Yoichi. Aku akan ke bawah sekarang," kataku sambil tersenyum padanya.
"Umm! Tidak masalah. Sarapannya sudah siap," kata Yoichi sembari meninggalkan kamarku.

Aku pun bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigiku. Kemudian aku pun mengganti piyamaku dengan seragam sekolah dan segera turun ke bawah untuk sarapan.

"Ohayou, Yuu-san." Sapa Shinoa.
"Ohayou, Shinoa," jawabku sambil duduk di meja makan dan melahap roti bakar yang tersaji di depanku.

"Kenapa kau telat bangun terus? Kalau begini, kita semua bakal telat ke sekolah, tahu." Protes Mitsuba padaku yang sedang asyik mengunyah roti bakar.
"Memangnya kenapa kalau sudah kuberitahu?" Jawabku ketus.
"Huh, merepotkan," umpat Kimizuki. "Lain kali tidurlah lebih awal supaya kau tidak bangun telat. Dasar bodoh."
"Sudah, sudah. Lagipula kita tidak akan telat, kok. Kita tetap bisa sarapan bersama, kan?" kata Yoichi.
"Huh, ya begitulah," sahut Kimizuki sambil meminum teh hangatnya.

Aku pun mengabaikan protes dari Mitsuba dan Kimizuki itu. Mungkin kalau setiap malam aku tidak memiliki mimpi yang selalu kulihat itu, mungkin tidurku bisa lebih pulas dan aku bisa bangun lebih pagi dari biasanya, pikirku.

"Baiklah, ayo kita berangkat." Kata Shinoa sambil membuka pintu depan.

Kemudian aku, Kimizuki, Shinoa, Mitsuba, dan Yoichi pun berangkat ke sekolah.
*********
Pukul 13.00, kelasku pun memasuki jam pelajaran matematika. Ugh, aku paling benci pelajaran ini. Setiap materi yang dijelaskan oleh guru di depan kelas membuatku mengantuk. Aaarghh, aku ingin segera pulang rasanya.

Selama pelajaran matematika berlangsung, aku benar-benar tidak mengerti sama sekali dengan pelajarannya. Alhasil yang kulakukan saat itu hanyalah menatap keluar jendela. Aku melihat langit biru yang cerah terhalangi sedikit oleh pohon yang tumbuh besar, sembari melihat burung-burung kecil yang beterbangan.

Lalu kulihat ada dua ekor burung yang sedang berhadapan satu sama lain. Namun akhirnya satu ekor burung terbang meninggalkan satu ekor burung yang tadi berada di sebelahnya. Lho? Sepertinya peristiwa yang dialami dua ekor burung itu pernah kualami. Tapi... di mana? Aku pun memutar otakku, berpikir di mana aku mengalami peristiwa itu.

Ah, benar juga. Peristiwa itulah yang terjadi di mimpiku tadi malam.

BLETAK!
"Ouch! S-sakittt ...," tiba-tiba kepalaku dilempari sesuatu. Hah? Kapur?

"Amane Yuuichiro! Jangan palingkan wajahmu dari papan tulis! Sekarang kerjakan soal yang kuberikan ini! Cepat!" Bentak Hiragi Kureto-san, guru matematika di sekolahku.
Aih, sialnya aku. Mau tidak mau aku harus mematuhi perintahnya. Dengan berat hati aku pun berjalan ke arah papan tulis sambil memegang kapur yang tadi Kureto-san lempar padaku.

Dengan perlahan-lahan aku berjalan ke depan kelas untik mengerjakan soal yang diberikan Kureto-san. Sialan, aku benar-benar tidak suka dengan pelajaran ini. Apalagi Kureto-san tidak mengampuni siswanya yang tidak memperhatikan penjelasannya, ditambah lagi jika ada seorang murid yang tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan olehnya. Mati aku.

Apa boleh buat, aku hanya bisa mengerjakannya dengan asal. Mau salah atau benar, terserah. Yang penting aku sudah mematuhi perintah dari Kureto-san.

Kureto-san memperhatikanku yang sedang mengerjakan soal yang dia berikan di papan tulis. Seketika aura hitam keluar dari Kureto-san. Aduh, dia membuatku merinding di siang bolong saja.

"Amane Yuuichiro, kau benar-benar tidak memperhatikan pelajaranku, ya?! Dari awal sampai akhir caramu salah! Berdiri di luar kelas sampai pelajaranku selesai!" Omel Kureto-san sambil mengusirku keluar. Ah syukurlah, berdiri di depan kelas jauh lebih baik daripada berdiam diri di kelas sembari dibanjiri keringat dingin karena terlalu gugup mengikuti kelasnya.

Dengan cuek, aku pun menaruh kapur di meja guru dan langsung keluar kelas.

"Wah, wah, Paman Kureto, tidak seperti biasanya kau banyak bicara hari ini," celetuk Shinoa pada pamannya itu.
"Diam kau, Shinoa. Apa kau mau menemani Yuuichiro-kun berdiri di depan kelas?" Kata Kureto-san dengan nada mengancam.
"Uwaahh seramnya~ tidak, terima kasih Paman~" jawab Shinoa.
*******
Ugh, baru kusadari ternyata berdiri di depan kelas untuk waktu yang lama membuatku pegal juga. Kakiku terasa seperti ingin lepas dariku saking pegalnya. Dan sialnya lagi, pelajaran matematika baru berlangsung selama 1 jam. Tinggal sejam lagi baru aku bisa kembali ke kelas. Ya Tuhan, semoga pelajaran matematika cepat selesai.
-skip-

Jam menunjukkan pukul 15.30. Ah, syukurlah, akhirnya aku bisa pulang juga. Ya, meskipun hari ini aku dijejali omelan Kureto-san dan tugas dari berbagai pelajaran.

Namun ... Lagi-lagi aku masih kepikiran dengan mimpiku pagi ini. Siapa bocah yang selalu hadir di mimpiku itu, ya?

"Yuu-san, ayo kita pulang! Kimizuki dan Mitsuba-san sudah selesai lesnya." Kata Shinoa, seraya membuyarkan lamunanku.
"Uwaaa! Ya ampun, kukira siapa. Rupanya kau, Shinoa. Gomen," ujarku sambil terkekeh. Sial, sepertinya aku kebanyakan melamun hari ini.
"Jahatnyaaa ... Kau kira aku ini hantu apa? Sampai membuatmu kaget begitu?" Protes Shinoa sambil menggembungkan pipinya.
"Ahahaha, gomen. Ayo kita pulang. Mereka pasti sudah menunggu." Ajakku pada Shinoa sambil menggendong tasku. Shinoa pun manggut-manggut kemudian dia mengikutiku keluar kelas.

"Yuu-kun, Shinoa-san! Ayo kita pulang!" Kata Yoichi sambil tersenyum padaku dan Shinoa.
"Ayo. Aaahh, aku lapar. Kimizuki, sesampainya di rumah nanti, buatkan aku omelet, ya! Aku suka omelet buatanmu," kataku terkekeh sambil merangkul bahunya.
"Baka. Aku tidak punya kewajiban untuk memasak makanan khusus untukmu. Dan jangan pernah memerintahku! Huh," keluh Kimizuki.
"Waahh, pantas saja di antara kita, Yuu lah yang terlihat lebih chubby dari kita. Habis dia hanya bisa makannya saja!" Celetuk Mitsuba. Shinoa, Yoichi, Kimizuki, serta aku pun tertawa mendengar celetukan Mitsuba tadi.

Diselimuti langit sore yang indah, kami berempat pun pulang ke rumah dengan diwarnai canda ria dan tawa. Aku bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang sebaik mereka. Merekalah keluargaku. Hartaku yang paling berharga.

Namun, aku pun bersyukur karena bisa dipertemukan oleh sesosok bocah hampir tiap kali mendatangi mimpiku. Dan aku berharap, aku akan bertemu dengannya di kemudian hari.

To be continued.
————————————————
Waaahh~ akhirnya selesai jugaaa~ terima kasih karena udah ngebaca fic ini sampai selesai^^ Semoga kalian suka yaaa~
vote+commentnya yaaa onegaishimasuu~ >w<

Yuu are My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang