1 (Revisi)

1.1K 95 20
                                    

(AUTHOR'S POV)
"Ano ..., memangnya kita pernah bertemu, ya?" Ujar Mika ragu-ragu.
"Ha'i ... tapi aku juga tidak tahu kita pernah bertemu di mana. Hanya saja aku merasa wajahmu sangat familiar," sahut pemuda manis itu.
"M-maaf, tapi aku benar-benar tidak ingat kalau kita pernah bertemu sebelumnya ...," kata Mika—merasa tak enak dengan pemuda tersebut.
"Ah, daijoubu desu. Maaf." kata pemuda itu sambil membungkukkan badannya.
"Ahahaha, santai saja. Malah aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Karena jujur, aku sama sekali tidak mengenalmu..." jawab Mika.

Pemuda bersurai gelap itu pun menggeleng, "Tidak apa-apa". Lagi-lagi pemuda bersurai gelap itu melempar senyum manisnya kepada Mika, yang memaksa jantung Mika bekerja lebih cepat dari biasanya.

Eh? Kenapa aku jadi berdebar-debar begini? Ujar Mika dalam hati. Tanpa sadar wajah Mika memanas.

"Ah ano ..., bagaimana kalau kita langsung ke kasir saja?" Usul pemuda manis itu sambil masih memasang senyum manisnya.
"I-iya, kau benar. Ehehehe," jawab Mika salah tingkah. Akhirnya mereka berdua pun berjalan menuju kasir.

Pemuda bersurai gelap itu pun lebih dahulu memberikan barang yang dibelinya pada si penjaga kasir.

"1 bungkus mie ramen instan 142 yen," kata si penjaga kasir itu seraya men-scan barcode yang ada di belakang bungkus mie ramen instan yang dibelinya.
"Ah, oke," pemuda beriris hijau itu pun mengeluarkan dompetnya dan hendak mengeluarkan uangnya. Tapi Mika langsung mengeluarkan uang seharga ramen instan itu dan membayar belanjaan pemuda manis tersebut.
"Lho?" Ujar pemuda beriris hijau itu bingung. "Kenapa kamu yang bayar? Padahal kau tidak perlu membayar ramenku," sahut pemuda itu merasa tak enak dengan Mika.
"Tidak apa-apa." ujar Mika. "Anggap saja ini sebagai permintaan maaf."
Pemuda itu pun kembali menatap Mika, bingung.

Akhirnya mereka pun keluar dari minimarket itu.

"Maaf, ya, aku jadi merepotkanmu," ujar pemuda beriris hijau itu. Lagi-lagi dia merasa tak enak karena dia sudah dibayari oleh Mika.
"Hahaha, tak perlu begitu." Mika melempar senyum manisnya ke pemuda manis yang sedang berada di hadapannya itu.
"Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Amane Yuuichiro, panggil saja Yuu. Yoroshiku," ujar pemuda itu sembari memperkenalkan diri.

Namanya Yuu? Manis sekali seperti orangnya, ya, batin Mika dalam hati. Sial, hampir saja dia bicara begitu. Tanpa disadari, wajah Mika memanas (lagi).

"Ah, Yuu, ya? Salam kenal. Namaku Shindo Mikaela. Panggil saja Mika."
"Senang bertemu denganmu, Mika-san." ujar Yuu sambil tersenyum manis. Dan Mika pun membalas senyum manisnya itu.
"Panggil Mika saja."
–––––———–––––———————
Kedua pemuda itu pun berjalan ke arah taman yang letaknya tidak terlalu jauh dari minimarket itu. Sepanjang perjalanan mereka menuju ke taman, mereka tak henti-hentinya berbincang-bincang tentang kehidupan mereka.
Sesampainya mereka di taman yang mereka tuju, mereka pun duduk di kursi taman bercat senada dengan warna kayu itu.

Mereka pun melanjutkan pembicaraan mereka dan sambil bersenda gurau. Tawa Yuu adalah hal terindah yang pernah Mika lihat. Hingga akhirnya masing-masing dari mereka terdiam—mungkin mencari bahan obrolan lain yang pantas dibicarakan.

"Mika, aku penasaran. Apa kau punya seseorang yang sampai hari ini selalu melintas dipikiranmu?" tanya Yuu, seketika memecah keheningan yang telah melanda mereka.

Mika pun berpikir sejenak.
"Dulu, sih, ada. Tapi semakin aku memikirkannya, hatiku semakin sakit. Jadi aku memutuskan untuk melupakannya dan berusaha lebih fokus lagi ke pekerjaanku," jawab Mika. Dan sekarang juga, aku malah stres hanya karena pekerjaanku, ujar Mika dalam hati.
"Kau sudah bekerja? Hebatnya! Berarti kau sudah bisa membiayai hidupmu sendiri ya? Ah, andai saja saat SMP dulu mengizinkanku kerja sambilan, setidaknya aku punya uang saku sendiri. Jadi kalau aku mau membeli sesuatu tinggal beli dengan uangku sendiri." kata Yuu sambil mengekspresikan kekagumannya pada Mika dengan polos.
"Sungguh? Bekerja tidak seenak yang kau lihat, lho. Tekanannya berat, begitu pula tanggung jawabnya. Gara-gara aku dipaksa oleh ibuku untuk meneruskan bisnis keluarga, aku harus meninggalkan bangku SMA dan tidak bisa menikmati hal-hal yang biasa dilakukan oleh anak SMA pada umumnya." sahut Mika sambil menceritakan sedikit tentang realita kehidupannya.
"Aku turut sedih mendengarnya, Mika. Apa kau tidak menjelaskan bahwa kau sebenarnya tidak ingin meneruskan bisnis keluarga dan lebih ingin melanjutkan SMA?"
"Aku sudah berkali-kali mengatakan hal itu, tapi ibuku tidak mau dengar. Ibuku sangat berambisi untuk memajukan bisnis keluarga yang dikelola oleh ayah dan ibuku." ceritanya.
Yuu menyimak cerita Mika tentang keluarganya sambil sesekali memandang Mika sedih.
"Tenanglah. Aku percaya kau bisa melewati semua ini, kok," kata Yuu sambil menepuk-nepuk pundak Mika, berusaha menghibur.
Senyuman pun terukir di wajah pemuda berambut pirang itu.
"Arigatou, Yuu." ucap Mika.

Dan aku sangat bersyukur karena Tuhan telah mempertemukanku denganmu.

TO BE CONTINUED
————————————————
Haaaii!! Ketemu lagi sama author pemalas ini hoho *slap. Aka-chan mohon maaf yaaa karena slow (too slow malah) update banget, banyak kendala dan lagi Aka-chan suka buntu ide huuhuhu ('Д`。). Arigatou minnaa yang udah sabar nungguin updatean fic gaje ini><

Oh iya, author nulis buku baru. Judulnya Shinderella. Itu pairing Dazai x Atsushi (ada yang ngeshipping mrka jga ga? Kalo ada, sini kenalan! :3) dari anime Bungou Stray Dogs:3. Kalo penasaran sama fic nya gimana baca aja ya x3 *maksa/?

Vote dan comment sangat diharapkan, jangan lupa sklian kritik dan sarannya ya^^ jaa nee~

Yuu are My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang