BAB 1 : Sang Penyelamat

245 16 8
                                    

Ibukota Kerajaan Kuro. Kota Kuroichi.

Istana itu begitu besar. Terbuat dari batu bata besar yang saling tumpuk satu sama lain, direkatkan dengan semen paling rekat di dunia. Interior istana penuh dengan ornamen-ornamen khas kerajaan Kuro. Ornamen bertema kematian. Aura kegelapan akan manyeruak masuk ke dalam setiap orang yang masuk istana ini. Atas dasar itu lah orang-orang menyebut istana ini sebagai "Yami no Kyuden" atau Istana Kegelapan.

Dalam dekapan malam, seseorang berjalan tergesa-gesa menuju ruang tahta raja. Ditemani dengan 2 pengawal istana di samping kanan kiri yang melindunginya dengan pedang terhunus. Ia adalah mata-mata kerajaan Kuro di daerah bekas kerajaan Shiro. Biasanya ia hanya mengirimkan pesan lewat burung merpati, tapi kali ini berita yang akan ia sampaikan sangatlah serius. Ia sendiri yang harus menemui raja dan menjelaskannya. Air mukanya keruh, wajahnya diselubungi dengan kekhawatiran yang amat sangat. Telapak tangannya berkeringat, hampir-hampir membasahi perkamen yang ia pegang dengan erat.

Melewati lorong istana yang meliuk-liuk, akhirnya mereka sampai di depan pintu ruang tahta.

Pintu itu amatlah megah. Beda dari bagian istana yang lain. Pintu ini terbuat dari batu pualam dan dilapisi dengan emas. Tingginya hampir dua kali orang rata-rata. Lalu, di sekelilingnya dihiasi dengan batu mulia yang seakan berpendar seperti mengeluarkan cahaya dari pantulan lilin-lilin di sampingnya. Tak kalah lagi, lilin-lilin menuju ruang istana di sanggah dengan penyangga yang terbuat dari macam-macam batu dan logam mulia yang dibentuk. Berlian, giok, emas, perak dan macam-macam batu dan logam mulia lain.

Pintu diketuk dan segera dibuka dari dalam ruang tahta. Tanpa basa-basi si mata-mata langsung masuk dan menunduk tanda hormat di depan raja. 

"Ada sesuatu yang penting sedang terjadi Yang Mulia" Si mata-mata langsung angkat bicara walaupun belum disuruh oleh sang Raja.

Sang raja yang sedang bersenang-senang dengan selir-selirnya merasa tergaggu dengan kedatangan mata-mata ini. Apalagi ia langsung berbicara sebelum ia suruh. Dengan suara yang marah sang raja berkata 

" Apapun itu, informasi ini harus lah penting !! sampai kau memberitakan yang menurutku tidak penting, besok kepalamu akan ku bawa ke depan rumah keluargamu !!"

"Maaf Yang Mulia, tapi informasi ini haruslah disampaikan secepatnya." Kata si mata-mata. Ada perasaan takut tergambar di mukanya. Takut apabila informasi yang menurutnya penting ini akan dianggap tidak penting bagi Yang Mulia.

"Menurut desas-desus sang penyelamat telah terlahir Yang Mulia !! hamba ingin mengingatkan bahwa apabila apa yang hamba baca dari pewartaan peramal-peramal terdahulu itu benar, maka tak salah lagi, kerajaan kita akan terpecah belah Yang Mulia ! dan kerajaan Shiro, kerajaan taklukan kita akan kembali berjaya seperti dulu !!" Kata si mata-mata dengan perasaan khawatir yang sangat berlebih. Pertama, ia takut apabila pewartaan itu benar, dan yang kedua, dia takut dengan nasibnya setelah ini. Apakah ia akan dihukum mati ?

Apa yang dikatakan si mata-mata langsung memancing amarah sang raja. "Apa-apaan perkataanmu itu hah ? kau kira kerajaan kita akan hancur di tangan orang-orang Shiro hina itu ? lancang sekali kamu !! Pengawal ! pancung dia sekarang !!" Kata sang raja penuh dengan amarah yang membara-bara. 

Si mata-mata langsung disergap beberapa prajurit istana. Ia takut bukan main, ia telah memberitahukan informasi yang seharusnya membuat sang raja berhati-hati, tapi inilah yang ia dapatakan ? hukum pancung ? Ia masih memberontak terhadap prajurit yang menyekapnya. Perawakannya dan umurnya yang masih muda memberi nilai tambah dalam perlawanan itu.

"Tuanku hamba mohon maaf tuanku !! hamba berjanji akan menemukan sang penyelamat dan membunuhnya !! ampuni hamba tuanku !!" si mata-mata berkata dengan suara serak dan lirih. Nyawanya dipertaruhkan sekarang. 

Sang raja masih dengan pendiriannya. "Pancung dia"

Si mata-mata pun dibawa keluar dari ruang tahta bersama dua orang penjaga yang menjaganya tadi. Ia belum ingin pasrah. Ia ingin hidup dan bertemu keluarganya. 

Saat si pengawal lengah, dengan gesit, ia melepaskan tangan kanannya dari genggaman si pengawal, lalu mencabut belati yang sedari tadi ia simpan di balik jubahnya dan menancapkan tepat di  bawah dagu si pengawal. Pengawal yang satunya lagi kaget bukan main ia langsung mencabut pedang katananya dari sarung, tapi sayang belati sudah melayang dan menancap di kepalanya sebelum ia sempat menebas si mata-mata. Darah terciprat di dinding dan baju si mata-mata.

"Apabila kerajaan tak berpihak kepadaku, maka aku akan berpihak kepada sang penyelamat. Aku harus mencarinya dan membantunya dengan segala yang ku bisa untuk menggulingkan kerajaan ini dan raja bangsat itu"

Ia menyarungkan kembali belatinya dan berjalan keluar dari istana. 

******

















ShiroKuro : Tale Of Two KingdomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang