Perpustakaan Akbar. Kota Sekigahara.
1202年 3月 2日Kotori membuka berangkas yang bertulisan "Peta-peta". Saat dibuka, yang tampak hanyalah gulungan-gulungan perkamen tua yang memenuhi berangkas tersebut. Kotori memilah-milah perkamen-perkamen tersebut dan sesekali membukanya.Memilih peta yang cocok untuk pelarian.
Akhirnya ia mengambil salah satu gulungan perkamen. Perkamen yang terbuat dari kulit hewan. Agak kusam dan tua. Banyak sobekan di sana-sini. Kotori membuka perkamen terebut dan meletakkannya di atas meja kerjanya untuk menunjukkan kepada Kihei. Sebuah peta dunia, tergambar di dalamnya peta pulau-pulau penyusun Jepang dan daratan China termasuk Korea.
"Kita berada di sini" Kotori menunjuk kepada sebuah gambar kota yang bertuliskan "Sekigahara". "dan disini Edo" Kotori lalu menggerakkan jarinya menuju sebuah kota dermaga di barat laut Sekigahara. "Perlu diingat Edo merupakan perbatasan antara kerajaan Ao dan kerajaan Kuro. Karena merupakan sebuah kota dermaga dan di perbatasan, Edo seringkali menjadi pertikaian antara Ao dan Kuro. Sehingga kita tidak mengetahui kondisi politik di Edo sekarang bagaimana, jadi kita harus lebih berhati-hati"
Kihei mengangguk dan memerhatikan.
"Kita akan tiba di Edo dalam 3 hari kalau perjalanan tanpa henti, paling lambat 5 hari apabila beristirahat." Kotori melanjutkan "Keluargamu akan diangkut dengan apa ?"
"Kereta kuda" Kihei menjawab santai.
Kotori terpukau dengan apa yang dikatakan Kihei. Dia hanya bekereja sebagai mata-mata dan dapat membeli sebuah kereta kuda. Bagaimana dengan orang yang lebih tinggi daripadanya ? mungkin kastil sekali pun mereka bisa bangun.
"Baiklah masalah angkutan keluargamu sudah beres. Sekarang adalah rutenya" Kotori mulai beranjak ke inti pembicaraan "kita tak mungkin berjalan lurus dari Sekigahara menuju Edo. Banyak rintangan, terutama hutan dan gunung. Maka dari itu, jalur yang tepat untuk menuju Edo adalah dengan melewati kota.." Suara Kotori tertahan di tenggorokan. Ia tak mampu mengatakannya, jika ia mengatakannya ia akan teringat dengan tragedi itu.
"Shirokyo" Lanjut Kihei "Kita melewati Shirokyo, benar ?"
Kotori hanya mengangguk dan berkata "Iya" kecil.
"Kamu tak apa ?" Kihei menepuk pundak Kotori untuk memastikan. "Sudahlah, kejadian itu sudah berlalu 11 tahun yang lalu"
Kotori menepis tangan Kihei dan mulai memandangi peta lagi.
"Baiklah, aku bisa bernegosiasi dengan seorang pedagang di Edo, kita bisa meminjam kapalnya untuk menyebrang"
"Bagus kalau begitu"
"Oh, sebentar" Kotori beranjak dari tempatnya berdiri. Tampak ia mendekati sebuah lemari barang-barang antik miliknya. Sebuah lemari kaca terbuat dari kayu yang berisi barang-barang yang berasal dari seluruh dunia. Ada sebuah gading gajah yang diukir, piring, guci, pedang dan lain-lain.
"Dari mana kau mendapatkan semua ini ?" Kihei takjub dengan barang-barang antik yang dimiliki Kotori. Banyak barang-barang yang terpajang di sana. Kihei hanya mampu mengenali piringan dari China bergambar naga berwarna biru. Selain itu ia tidak tahu.
Kotori mengambil sebuah benda yang mirip belati. Hanya saja belati ini berbentuk berliuk-liuk. Tak seperti belati kebanyakan yang dijual di sekitar sini. "Ini ambillah" Kotori menyerahkan benda itu kepada Kihei. Dengan takjub Kihei memandangi benda itu.
"Apa ini ? sebuah belati ?"
"Bukan, itu sebuah pedang. Salah satu pedagang China memberikan aku itu untuk imbalan nasihat pasar"
"Pedang ? tak mirip sebuah pedang, aku belum pernah melihat pedang berliuk-liuk seperti ini, dari mana pedagang itu mendapatkannya ?"
"Namanya Keris. Pedagang itu bilang, orang yang menjual ini kepadanya menyebut kerajaan mereka sebagai kerajaan Majapahit dan mereka menyebut daerah kerajaan mereka Nusantara, sebuah kerajaan di Barat Daya jauh di sana." Kata Kotori.
KAMU SEDANG MEMBACA
ShiroKuro : Tale Of Two Kingdoms
Fantasy"Sang penyelamat akan datang dan membawa kerajaan Shiro menuju kejayaannya lagi" begitulah ramalan dari para peramal terdahulu berkata. Shiina, seorang anak dari pasangan petani yang tinggal di daerah bekas Kerajaan Shiro yang sekarang dikuasai Kera...