Chapter [4]

41.5K 544 20
                                    

Megan dan Luca berjalan bersisian menuju apartemen mereka. Tidak ada yang membuka pembicaraan selama perjalanan di dalam mobil dan perjalanan menuju apartemen. Megan benar-benar lelah hari ini. Punggungnya serasa dipaksa untuk memanggul berton-ton barang. Ia butuh istirahat malam ini agar bisa beraktivitas seperti semula pada pagi hari.

"Jadi, gimana makan malamnya?" Luca bertanya ragu saat keduanya sudah memasuki apartemen. Megan tengah mencopot high heels-nya.

"Menyenangkan. Keluarga mu menyenangkan." Megan tersenyum. Sebuah senyuman paksaan. Lagi pula ia tidak akan jujur untuk kesan buruk dari makan malam tersebut. "Sudah malam, aku akan tidur. Good night!" Lalu Megan hilang dibalik pintu kamarnya.

Luca menghela napas panjang. Ia tahu kalau ia salah sedari tadi mengabaikan Megan. Itu salah sepupu-sepupu Luca yang mengerubunginya membuat jarak antara dirinya dan Megan. Membiarkan wanita itu sendirian di tempat yang asing. Luca tahu kalau Megan tidak nyaman selama acara.

Ponselnya berdering dan satu pesan pun muncul di layar ponsel.

Haileyn.
Kenapa kau tak bilang kalau malam ini ada acara ulang tahun ibu mu? ibu mu menghubungi ku dan aku merasa tidak enak.

Luca sudah tidak berminat lagi membalas pesan Haileyn. Ia sudah terlalu lelah membujuk Haileyn seharian dan menjadikan Megan sebagai pengganti Haileyn yang malah membuat hati Megan terasa sakit akibat tatapan sinis ibunya. Sama seperti Megan, Luca terlalu lelah hari ini. Ia benar-benar membutuhkan kasur.

***

Keringat masih membasahi tubuh Megan. Pasangan kencannya sudah terlelap terlebih dahulu. Percintaan yang cukup panas. Megan berusaha untuk tertidur. Tapi matanya bahkan sulit untuk tertutup.

Seperti biasanya, setelah percintaan yang panas, Megan akan sulit untuk tidur. Ia memikirkan tentang dirinya. Seberapa menjijikannya seorang Megan White. Si wanita penggoda dan jalang. Begitu yang mereka ucapkan di belakang Megan. Megan ingin bersikap tidak peduli. Tapi sulit untuk dilakukan. Telinganya terlalu peka mendengar seluruh hujatan yang mereka berikan.

Waktu menunjukan tengah malam. Megan benar-benar tidak bisa tertidur malam ini. Ia pun beranjak dari tidurnya. Mengenakan seluruh pakaian. Merapihkan rambut dan wajah yang berantakan lalu keluar dari kamar hotel yang disewa oleh pasangan kencannya. Dengan gaun malam bewarna hitam yang pendek dan mantel hangat yang beruntung bisa melindungi dirinya dari hawa dingin, Megan menyusuri jalanan tanpa alas kaki. Kakinya terasa sakit karena sudah terlalu lama mengenakan high heels.

Jalanan masih cukup ramai. Kota ini tidak pernah tertidur. Megan terus berjalan tidak tentu arah. Sama seperti hidupnya yang berjalan tidak memiliki arah. Ia sadar kalau selama ini ia hanya mengikuti hidupnya tanpa jelas akan dibawa kemanakah hidupnya ini.

Megan berhenti di sebuah taman yang terlihat cukup ramai di tengah malam seperti ini. Megan memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang kosong sambil menyesap kopi hangat yang ia beli di salah satu stand yang ada di taman tersebut.

Ia mendongak ke atas dan mendapati langit yang dihiasi ribuan bintang. Luca pasti akan senang mengamati langit pada malam hari ini. Atau mungkin si kutu buku itu tengah menikmati langit dari rooftop apartemen. Ah... Mengapa Megan jadi memikirkan Luca?

"Apa yang kau lakukan di sini?" Dan Luca muncul seperti hantu. Baru saja dipikirkan, pemuda itu langsung muncul. Mengerikan sekali, Megan menggidikan bahunya. Ia sangat yakin kalau Luca memiliki kemampuan sihir.

"Hey!" Luca mencoba memanggil Megan yang hanya menatapnya tanpa menjawab pertanyaannya. Luca pun memilih duduk di sebelah wanita itu dan masih menatap Megan.

ROOMMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang