Chapter [1]

85.7K 893 41
                                    

"Ahhh... Uhhh... Ya, sayang. Disitu... Ough..."

Megan menggelinjang keenakan saat salah satu teman kencannya, mencium lehernya yang menjadi pusat terlemah di tubuhnya. Bahkan kini tangan Megan bergerak liar menyusup ke rambut hitam si pria hingga berantakan dan malah terkesan seksi. Ia masih melenguh keenakan. Ah... Ia sudah tidak dapat menahan lagi. Secepatnya hal ini harus diselesaikan!

Megan mencium bibir sang pria dengan begitu liar. Tangannya yang semula berada di rambut pria itu kini sudah mulai membuka satu persatu kancing kemeja dengan tidak sabaran. Begitupun juga dengan sang pria yang kini membuka gaun yang melekat di tubuh seksi Megan.

Semua pakaian mereka hampir saja terbuka. Hampir. Sebelum si pengganggu datang dan membuka pintu kamar Megan dengan lancangnya. Wajahnya yang dingin nampak kesal menyaksikan pergelungan antara kedua pasangan yang sedang terbakar oleh api napsu.

"MEGAN!!"

Jantung Megan hampir saja meloncat keluar saat mendengar suara bentakan dari seorang pria tinggi yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dylan—kakak sepupunya yang super duper menyebalkan.

"Sialan! Kau pikir rumah ku apa, huh?! Tempat untuk bercinta?!" Dylan tampak kesal dan geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik sepupunya yang benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa seorang wanita memiliki libido yang tinggi? Dan bahkan rela pergi jauh-jauh ke pinggiran kota hanya untuk bercinta. Apa si pria pasangan kencannya itu tidak memiliki uang untuk menyewa hotel?

Tentu, pilihan bercinta di rumah Dylan bukanlah pilihan yang baik sebelum dilakukan persiapan sebelumnya. Seperti mengecek apakah pria itu sudah kembali dari perjalanan bisnisnya atau belum. Sial! Padahal Vania bilang Dylan masih di Singapur. Sepertinya ia dibohongi lagi dan akhirnya tertangkap basah seperti ini. Percuma kemari kalau berujung seperti ini.

"Aku tidak menyangka kalau kelakuan mu seperti binatang." Dylan masih membahas kejadian tadi bahkan pria kencan Megan itu sudah pulang dan Megan memilih untuk tetap di sini hanya demi menikmati makan malam yang enak dari kepala pelayan rumah ini.

"Maaf, ia terlalu—ummm—menggoda." Megan sengaja mengedipkan sebelah matanya yang disambut Dylan dengan geraman lalu Megan terkekeh.

"Ya sudahlah, Dy. Jangan terlalu serius! Aku sudah 23 tahun dan aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk hidup ku," lanjut Megan.

"Apa kau tidak memikirkannya sebelum bertindak? Bagaimana jika kau hamil? Tidak selamanya kegiatan seks yang kau lakukan itu aman, Meg."

"Aku malah berharap begitu! Aku hamil dan memiliki anak! Wah! Sepertinya mengasyikan," kekeh Megan.

Dylan memukul kepala cantik Megan. Heran, mengapa wanita seperti dirinya memiliki pemikiran seperti itu?

"Aw! Mengapa kau menyiksa ku?"

"Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu? Mengharapkan anak dari pasangan one night stand? Kau benar-benar jalang."

Terlalu menusuk dan kena tepat sasaran. Kalimat penutup yang indah. Walaupun Megan tahu kalau Dylan tidak benar-benar bermaksud mengatakannya.

Megan tersenyum miris. "Banyak yang bilang seperti itu. Aku sudah terbiasa."

Dylan tahu perubahan wajah Megan dan suaranya. Ia tahu kalau ia salah berbicara menimbulkan luka di hati wanita itu. Tapi mau bagaimana? Dylan tidak tahan dengan sifat Megan.

"Bagaimana kabar Bibi Margareth?" Pengalihan topik dari Megan. Ia tahu kalau Dylan tidak akan mau meminta maaf untuk yang tadi.

"Baik. Sekarang ia sedang sibuk mengurus Chico. Padahal Gina sudah menyewa pengurus bayi."

ROOMMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang