"Sini masuk, baby." Kata Alvan sambil tersenyum hangat.
Panggilan Alvan membuat Silvya ingin memasukkan kembali wajahnya ke dalam rahim ibunya.
"Tuh, udah di panggil baby. Masuk dong, dek." Kata kak Tio jahil.
"Duh, baby. Sini-sini baby." Ledek teman yang berada di samping kak Tio.
Silvya masih terpaku didepan pintu kelas Alvan. Dia tidak berniat masuk ke dalam kelas Alvan. Niatnya adalah pergi dari tempat ini secepatnya.
"Udah masuk sana, dek." Kata kak Reno sambil mendorong pelan Silvya kedalam kelas Alvan.
Silvya malu. Siswa-siswi yang berada dikelas itu melihat dirinya, bahkan ada yang menggodanya dengan bersiul.
"Prikitiw, cantik euy cewek nya si Alvan."
"Buat gue aja van!"
"Dek, kok mau sih sama Alvan?"
"Aduhai cantik sekali, amboii."
Begitulah kira-kira yang Silvya dengar di dalam kelas Alvan.
"Woy! Mari kita tinggalin love birds ini, guys!" TeriakKakTio.
Mendengar teriakan dari Kak Tio, teman-teman sekelas Alvan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ada apa?" tanya Alvan saat suasana kelas sudah sepi.
"Hmm... Ini, kak." Kata Silvya gugup.
"Apa? Handphone?" Tebak Alvan.
"Iya, kak." Silvya merogoh saku rok kanan nya dan memberikan Handphone itu kepadan Alvan.
"Makasih ya." Kata Alvan tersenyum lebar.
"Iya kak sama-sama. Yaudah saya mau balik dulu ke kelas ya, kak." Kata Silvya terburu-buru.
Silvya membalikkan badannya hendak pergi dari kelas sialan ini. Tetapi, tangannya ditahan oleh sesuatu, dan sesuatu itu adalah tangan Alvan.
"Cie-cie, mau pada istirahat gak? Pegangan tangan mulu." Goda kak Tio yang sedari tadi mengintip dari balik pintu.
"Yuk, mau istirahat gak?" Tanya Alvan dengan senyum nya yang manis.
"Umm..."
"Belum makan, kan? Udah ayo ikut aja." Ajak Alvan sambil menarik tangan Silvya.
Silvya diseret secara halus oleh Alvan. Ternyata diluar kelas teman-teman Alvan sudah menunggunya sejak dari tadi.
"Ayo, kita makan." Kata kak Reno teriak keras.
"Hari ini dibayarin sama Alvan, teman-teman. Dia kan udah jadian sama dedek Silvya." Kata kak Tio yang jahilnya tidak pernah habis.
Mata Silvya mencari-cari Meida dan kini temannya sudah di apit oleh kak Rafli dan kak Tio. Seakan-akan mereka tau jika Meida ingin melarikan diri.
Mereka semua berjalan ke arah kantin dengan diikuti banyak pandangan dari siswa dan siswi yang melihatnya. Bagaimana bisa seorang Alvan menggandeng tangan seorang cewek? Pastinya cewek itu adalah cewek yang berarti bagi Alvan. Dan mungkin dia pacarnya Alvan. Batin siswi-siswi tersebut berkecamuk. Mereka berfikir bahwa Silvya adalah pacarnya Alvan.
It's a worst lunch I ever have.
---
"Aaaaaaa... Mei sebel." Kata Silvya.
"Cie yang jadian." Ledek Meida.
"Ih, Mei!" Teriaknya.
"Sebel banget. Harus ditaro dimana coba muka gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Are We Going?
Teen FictionDari pura-pura bisa jadi kenyataan. Bagaimana dengan awalnya yang hanya bercandaan bisa menjadi kenyataan juga? "Where are we going?" "Who knows?" A.As May, 2016