°PROLOG°

116 13 1
                                    

Tangan lentikku yang dihiasi jam tangan berwarna hitam dan gelang yang bertuliskan Westfalische University sekarang sedang memegang sebuah pena hitam yang menari lembut diatas meja kayu yang rapuh. 'Westfalische Wilhems', dengan gaya tulisan sambung yang sedikit miring kanan dan tulisannya yang cukup tebal, aku pikir bisa menarik perhatian orang untuk melihat hasil karyaku ini.

Westfalische Wilhems University adalah sebuah universitas di kota Munster, Jerman. Universitas ini memiliki fakultas musik yang kualitasnya tidak diragukan lagi. Universitas ini adalah salah satu cita-cita kami. Kami yang aku maksud adalah...
aku dan mereka:)

"Eh? Mel, kamu corat coret meja lagi?"

"Buset! Gila ya lo tiap meja dicoretin?!"

"Aduh! Aku tuh gak maksud nyoretin semua meja di kelas. Kalian tau kan aku bener bener ingin ke Westfalische Wilhems? Aku ngeidolain kampus itu, beneran deh. Jadi wajar kan kalau aku corat coret?" Jelasku kepada kedua perempuan itu. "Arinda, kamu ngefans Keenan Pearce sampai kamu punya semua posternya kan? Ditembok kamar kamu pun penuh banget coretan 'I love U Keenan', kamu sama aja kayak aku. Dan kamu, Amanda, kamu ngefans sama Martin Garrix sampai semua lagu tournya kamu download, terus inget gak pas kamu nari nari gak jelas ala DWP di pinggir jalan, ruang guru, bahkan di ruang kepsek? Kamu pikir kamu gak lebih gila?"

Kedua perempuan itu, mereka adalah sahabat bahkan lebih dari sahabat. Keluarga? Hm, mungkin lebih. Aku pun nggak tau mereka siapa buatku, tapi yang jelas, mereka selalu ada disaat aku butuh mereka. Kami kemana-mana selalu bareng, nggak pernah misah, bahkan makanan barang favorit kami sama, citacita kami pun sama. Banyak orang bilang, katanya kami mending jadi girlband aja, tapi aku gak mau ah, aku gak mau tergabung dalam suatu girlband yang anggotanya sinting semua. Eh, nggak sih, sebenernya yang sinting itu cuma Amanda.

Amanda, salah satu sahabatku yang cantiknya minta ampun dan bahkan kelihatannya anggun banget, tapi ternyata keanggunannya itu cuma 0,1% dari 100%. Amanda itu lebih gila dari orang gila, mungkin batas kegilaannya udah melebihi batas cinta pembaca ke doi nya HAHAHA, intinya...kegilaannya Amanda tuh gak bisa diobatin lagi. Kebiasaannya Amanda kalau di sekolah tuh adalah manjat tiang bendera yang padahal dia tuh gak bisa manjat, jadi ya percuma sih. Dan setiap hari dia selalu pake wig rainbow ke sekolah, dia juga gak malu kalau harus jilatin kaos kaki di depan umum. Tapi tau nggak? Amanda itu keturunan Amerika-Indo, dia dulunya tinggal di Jakarta jadi wajar kalau dia ngomong Gue-Elo. Rambut Amanda coklat pirang, matanya juga coklat, udah kaya model model artis mirip Kendall Jenner, tapi sayang, dia pendek, udah itu aja.

Satu lagi, namanya Arinda. Aku duduk sama dia di kelas. 2tahun kami sekelas. Kalau harus milih antara Amanda/Arinda sih ya udah jelas jawabannya Arinda, karena dia waras. Arinda tuh menurutku gak terlalu cantik, tapi dia menarik, dia bisa bikin 1000 cowok bertanya2 'apa yang cantik dari Arinda?' tapi dia juga bisa menyulap 1000 cowok itu suka sama dia. Arinda berambut panjang dan gak kalah coklat sama Amanda, dia putih, tinggi, genius. Pelajaran kesukaan dia adalah pelajaran yang aku dan Amanda benci, yaitu matematika. Dia bisa ngerjain 100 soal matematika dalam waktu 20 menit. Aduh, kalau aku sih 20 soal juga 3 jam. Arinda orangnya tertutup kalau tentang cowok, ada berpuluh-puluh cowok yang nembak dia, tapi ga satupun dia terima.

Sekarang, aku mau kenalin siapa aku sebenernya, namaku Melody Amelia. Musik adalah hidupku. Rambutku hitam agak kecoklatan, mataku berwarna hijau, gak deng bercanda, mataku berwarna hitam hehe, postur tubuhku bisa dibilang tinggi tapi tinggian Arinda, banyak orang bilang aku gak kalah cantik sama sahabatku, tapi mereka kalah manis sama aku. Aku gak suka naik mobil, naik motor lebih terasa bebas dan keren.

Kami bertiga mempunyai citacita, yaitu menjadi komposer ternama yang mengambil studi di Jerman tepatnya di Westfalische Wilhems University. Kami gak akan pernah lupa sama citacita kami ini. Kami janji akan melangkahkan kaki bersamasama di Jerman. By the way, kami punya rutinitas, rutinitas kami adalah nongkrong di tempat santai seperti cafe dan dataran tinggi. Pada saat kami nongkrong, tujuan kami cuma 1....nyari cowok ganteng! Biasanya nih, kami selalu rebutan 1/2 cowok dan yang paling cepat dapat ID Linenya, dia yang menang. Dan biasanya, yang kalah tuh Amanda, tapi kali ini beda...

STORY OF MUNSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang