Tega

14 1 0
                                    

Tak lama pertandingan pun usai. Sorak kebanggaan atas kemenangan yang diperoleh oleh Cakrawala International School pun bergelegar. Sivia langsung berlari memeluk gabriel mengucapkannya selamat. Ketika Shilla ingin menghampiri Alvin yang tak jauh dari Sivia dan Gabriel berada. Langkahnya terhenti ketika melihat Alvin memeluk seseorang, seorang cewek cantik yang memakai ciri khas baju Bangsa International School.

"Selamat sayang." Ucap cewek itu pada Alvin

"Makasih sayang." Balas Alvin

Shilla segera menghampiri Alvin dan menarik lengan Alvin.
"Maksud kakak apa dengan semua ini?" tanya Shilla

"Loh kenapa shil? Oh ya gue belum kenalin pacar baru gue ya, kenalin nih cewek gue namanya Rara." Ucap Alvin seraya merangkul pundak Rara lagi

"Sejak kapan?" tanya Shilla

"Kemarin malam, why?" tanya Alvin santai

"JADI KEMARIN ITU APA KAK? BUKANNYA KEMARIN SORE KITA BARU JADIAN?" ucap Shilla sambil mengeluarkan emosinya. Membuat teman-temannya termasuk Sivia dan Gabriel mendekat kearah mereka

"JADIAN LO BILANG? Oh gue ngerti, lo itu gimana sih shil, kemarin jelas-jelas gue minta bantuan elo, maksud gue cukup duduk dan diam, gue hanya sekedar mempraktekan ketika udah dihadapan Rara. Gue kemarin hanya sekedar latihan buat persiapan malamnya menembak Rara. Oh jadi elo terlalu ber-ha-rap itu adalah kenyataan ckckck." Alvin menggelengkan kepalanya. Sedangkan Rara tersenyum sinis menatap shilla. Dan teman-teman yang lain ikut tertawa mengetahui Shilla itu terlalu ke-ge-er-an.

Shilla menutup mulutnya, Ia mencoba meredam suara tangisnya. Air matanya sudah turun sejak tadi.
'Mengapa cinta begitu menyakitkan? Kalau aku tahu rasanya bisa sesakit ini, aku tak ingin mengenal apa itu cinta.'

Sivia hanya bisa memeluk, menenangkan sahabatnya ini. Sedangkan Gabriel tak segan-segan langsung menonjok Alvin.

"PUAS LO." Kata Gabriel lalu menonjok Alvin lagi dan segera mengajak Shilla serta Sivia untuk pergi dari tempat itu.

Alvin mengerang kesakitan, Ia sama sekali tak berniat membalas tonjokkan yang diberikan Gabriel terhadapnya. Ia menatap kepergian Shilla. Seharusnya Ia senang, akhirnya Shilla bisa pergi dan kemungkinan besar tak akan mengejarnya lagi. Namun Ia tak mengerti kenapa hatinya begitu sakit melihat Shilla seperti itu. Ingin rasanya Ia menghapus air mata yang ada di pipi Shilla. Namun Ia segera menepisnya dan mengajak Rara pacar barunya untuk pulang.

Tangis Shilla benar-benar pecah ketika Ia sampai di parkiran. Ia tak menyangka Alvin setega itu. Jadi ini yang Alvin sembunyikan darinya.

"Gue benci dia vi, gue benci dia yel." Kata Shilla parau

"Lo masih punya kita Shil." Sivia terus menenangkan Shilla

"Lo gak perlu tangisin orang yang sama sekali gak bisa menghargai perasaan orang. Udah shil, lupain dia ya."

Shilla tak menjawab, Ia tiba-tiba jatuh pingsan. Darah keluar dari hidungnya. Sivia dan Gabriel panik seketika dan segera membawa Shilla ke Rumah Sakit.

1 jam sudah dokter menangani Shilla. Ketika dokter keluar dari UGD Sivia, Gabriel dan kedua orang tua Shilla segera menghampirinya.

"Dok bagaimana kondisi anak saya dok?" tanya orang tua Shilla

"Apa yang saya takutkan terjadi, ketika Shilla drop Ia akan kembali seperti ini, kanker semakin menyerang tubuhnya." Kata dokter itu

"Gak mungkin dok, bukannya dokter sendiri yang bilang kalau Shilla sudah sembuh."

"Asalkan tak ada hal yang membuatnya kembali drop pak,bu. Saya permisi dulu." Kata dokter itu

"Shillaaaaaa." Ucap Mama Shilla yang hampir jatuh pingsan. Dan langsung ditenangkan Papa Shilla

"Shillaaaa." Treak Sivia semakin histeris. Gabriel langsung menenangkan kekasihnya

"Shilla yel, hiks. Hiks"

"Iya vi, kita berdoa ya sama Tuhan. Kita serahkan sama Tuhan"

Seminggu kemudian,
Shilla telah membaik dan diizinkan dokter pulang. Orang tuanya melarang Shilla untuk masuk sementara waktu. Namun Shilla tetap memohon kepada orang tuanya meminta diizinkan untuk sekolah. Dia juga membujuk Sivia dan Gabriel agar mau membantu. Dan mau tak mau Sivia dan Gabirel membujuk orang tua Shilla, dan berjanji akan berusaha menjaga Shilla. Dan pada akhirnya kedua orang tua Shilla mengizinkan.

Pada saat Shilla turun dari mobil Gabriel dia berpapasan dengan Alvin. Tak ada lagi senyuman yang menghiasi wajahnya, suaranya yang kuat. Kini yang ada hanya tatapan kekecewaan yang mendalam. Shilla segera beranjak tanpa memperdulikan Alvin.

Kisahku dan KisahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang