Pada saat Shilla turun dari mobil Gabriel dia berpapasan dengan Alvin. Tak ada lagi senyuman yang menghiasi wajahnya, suaranya yang kuat. Kini yang ada hanya tatapan kekecewaan yang mendalam. Shilla segera beranjak tanpa memperdulikan Alvin.
Alvin yang menyadari akan hal itu, harusnya merasa senang. Karena ini yang Ia inginkan, Namun Ia bingung mengapa hatinya merasakan sakit. Apa benar Shilla telah berhasil membuatnya jatuh cinta? Sejak kapan hal itu? Bukankah Shilla selalu membuatnya ilfil atas sikapnya kepada dirinya, Lalu bagaimana dengan Rara. Bukankah perasaannya itu hanya untuk Rara.
Alvin hanya bisa menatap Shilla yang berjalan semakin menjauh. Ia menghela nafasnya.
Gabriel dan Sivia menyadari akan hal itu, Sivia langsung menghampiri Alvin. Dan mendorong bahu Alvin kuat, Alvin kaget akan hal itu."ELO TEGA KAK. INI SEMUA KARENA ELO!" Ucap sivia. Tangisnya pecah begitu saja. Gabriel segera menghampiri Sivia dan menenangkannya. Serta menatap Alvin tajam. Alvin bingung, mengapa Sivia sampai menangis, dan mengatakan ini semua salahnya. Bukankah ini salah Shilla juga yang salah paham.
"Maksud lo apa vi? Salah gue apa?" Tanya Alvin pelan
"GUE INGETIN YA VIN, LO BAKAL MENYESAL!" Ancam Gabriel dan langsung mengajak Sivia beranjak dari situ.
Alvin mengacak rambutnya secara kasar. Ia bingung kenapa harus dia yang di salahkan.
Bel tanda masuk segera berbunyi. Semua anak murid termasuk Alvin segera berjalan menuju kelas masing-masing. Selama pelajaran mulai, Alvin sama sekali tak memperhatikan, Ia asik melamun, entah sedang memikirkan apa. Gabriel hanya tersenyum kecut.
Tanpa disadari bel istirahat pun berbunyi, Gabriel segera keluar kelas menuju kantin, sedangkan Alvin masih tetap setia di bangkunya. Entah kenapa hanya Shilla yang ada difikirannya, Ia ingin menatapnya. Ia segera beranjak menuju kantin. Sesampainya di kantin Ia melihat Shilla bersama Gabriel dan Sivia di salah satu meja kantin. Biasanya Suara nyaring Shilla selalu terdengar ketika Alvin tiba di kantin, Akan tetapi sekarang Nihil. Hanya tatapan tak acuh yang diberikan Shilla. Ia ingin meminta maaf kepada Shilla, Ia sadar kemarin Ia sudah keterlaluan terhadap Shilla. Ia segera menghampiri Shilla.
"Shil, boleh kita bicara sebentar aja." Ucap Alvin
"Mau apa lagi lo ganggu Shilla, belum puas yang kemarin" geram Gabriel
"Mending lo pergi deh ka." Kata Sivia
"Gue ada perlu, sebentar aja. Shil, bo.." Ucapan Alvin di potong oleh Shilla
"Gak ada yang harus di omongin lagi. Sudah jelas yang kemarin, Vi, yel gue ke kamar mandi dulu ya." Ucap Shilla tegas dan mulai beranjak dari kursinya. Namun Alvin berusaha mencegahnya, berusaha memegang tangan Shilla. Akan tetapi langsung segera di tepis oleh Shilla.
"Lepas!" Ucap Shilla dengan dingin. Ia segera memasuki kamar mandi. Tangisnya pecah begitu saja. Ia tak tahu mengapa Ia begini. Sakit hatinya sudah mendalam. Tubuhnya lemas, darah mulai mengalir lagi dari hidungnya. Ia segera mengeluarkan tisu dari sakunya. Dan mencoba membersihkan hidungnya.
"Tuhan Mengapa penyakit ini datang lagi, hiks.. Hiks."
Setelah merasa lega, Shilla merapihkan rambutnya dan pakiannya. Memasang senyum palsunya. Dan memutuskan untuk kembali ke kelas.Sivia yang melihat Shilla baru kembali ke kelasnya. Langsung bertanya ketika Shilla telah duduk disampingnya
"Lo dari mana aja Shil? Lama bener, lo gpp kan?" Ucap Sivia pelan
"Gpp kok, perut gue mules Vi hehehe." Shilla pandai menutupi yang sebenarnya. Sehingga Sivia sampai tak curiga padanya. Ia tak ingin membuat sahabatnya ini khawatir padanya.
Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu, jam demi jam berlalu. Hingga Pelajaran akhirnya usai. Murid-murid bersorak ria. Sungguh hari yang melelahkan.
"Vi, gue duluan ya. Papa gue udah sms nih. Katanya udah di gerbang. Gue duluan ya." Kata Shilla sambil berlari kecil meninggalkan Sivia. Sivia hanya mengacungkan jempolnya. Ia segera menghampiri Gabriel di kelasnya.
Sesampai di kelas Gabriel Ia segera masuk. Dikelas ini hanya ada Gabriel yang menyandarkan tubuhnya di dinding serta menatap tajam kearah Alvin.
"Yel, sebenernya salah gue ke Shilla apa?" Tanya Alvin.
"Lo masih tanya lagi, hah? Salah lo banyak!." Ucap Gabriel tajam
"Shilla kenapa yel? Please kasih tau gue. Gue ngerasa semenjak 1 minggu dia gak masuk, dan katanya sakit. Dia langsung berubah 360 derajat ke gue. Dia kenapa?" Tanya Alvin lagi. Sedangkan Gabriel tak menjawab, Ia memilih diam dan menatap Alvin Sinis
"Shilla kena kanker kak." Ucap Sivia pelan, namun mampu di dengar Alvin. Alvin kaget mendengarnyan, Ia tak percaya selama ini Shilla mempunyai penyakit yang parah.
"Kanker sekarang semakin menyerang tubuhnya." Ucap Sivia lagi dan mendekat kearah Gabriel dan Alvin
"Stop vi! Jangan bicara lagi, percuma saja kamu ngasih tahu cowok kaya dia." Ucap Gabriel sambil menunjuk Alvin
"Ini saatnya dia tahu kak. Biar dia tahu gimana Shilla bisa menutupi penyakitnya selama ini, Gimana Shilla berjuang ceria di hadapan yang lainnya. Biar dia tahu, dialah orang yang udah buat Shilla semangat menjalani hidup dan mau ikut saran dokter sampai dia akhirnya dinyatakan sembuh total sejak SMP. Sejak Ia suka sama Alvin. Dan biar dia juga tahu Dialah orang yang telah buat penyakit Shilla kembali karena kejadian di lapangan basket. Dia yang udah buat Shilla drop, lo inget kan kak? Kata dokter dulu kalau Shilla drop selain penyakitnya kembali penyakitnya akan lebih parah daripada yang dideritanya sembuh. Ya lo berhasil kak. Lo berhasil, PUAS LO!." Sivia tak bisa menahan amarah dan tangisnya. Ia langsung didekap oleh Gabriel.
"Semua udah jelas kan vin, dan kita sama sekali gak pengen setelah lo tahu ini, lo berpura-pura sayang sama Shilla cuma karena kasihan, jauhin Shilla. Jangan lo sakitin Dia, gue sayang banget sama Shilla, dia udah seperti adik gue sendiri vin." Ucap Gabriel tulus dan Ia mengajak Sivia pulang dan meninggalkan Alvin sendiri. Karena mereka tahu Alvin pasti butuh sendiri. Untuk mencerna semua perkataan Sivia.
Alvin lunglai. Ia langsung jatuh ke lantai. Mencoba mencerna semua perkataan Sivia. Ia ingin ini semua hanya mimpi, ia ingin segera bangun dari mimpi ini. Namun itu tak mungkin, semua ini nyata. Ia sekarang di Dunia nyata bukanlah mimpi. Ia mengepalkan tangannya kuat. Merutuki semua kebodohan dan kesalahannya. Dirinya adalah penyebab Shilla drop. Semua salahnya, semuanya. Ia meninju lantai sangat kuat, Ia tak perduli dengan rasa sakit ditangannya, Ini semua tak sebanding dengan apa yang dirasakan Shilla. Andai waktu bisa Ia putar.
"Arghhhh.. Maafin gue shil, maafin gue, gue sayang sama elo shil, sayang banget." Ucap Alvin secara tulus dari lubuk hatinya. Ia tak ingin menepis lagi perasaan yang ada dihatinya. Ia sayang terhadap Shilla, ini bukan karena Ia kasihan pada Shilla. Namun karena Ia memang tulus menyimpan rasa untuk Shilla. Air mata mengalir keluar dari matanya.
Merci and see you ♥
Fadhia ツ