Audrey menghela nafas untuk keseribu kalinya hari ini. Dia sudah tidak bisa menangis, mungkin lebih tepatnya air matanya sudah habis karena dia tidak berhenti menangis semalaman.
Audrey Vieena Verindath, sedang berada dikegalauan tingkat akut pasca putus dari pacarnya. Dia sudah menjadi seperti monster karena menangis tanpa henti 2 hari berturut-turut.
Setelah menyakinkan diri bahwa putus bukan berarti dunia kiamat, Audrey beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi.
Audrey menghela nafas melihat mukanya yang sangat mengerikan. Mata bengkak seperti habis di sengat lebah dan rambut acak-acakan. Sangat mengerikan. Audrey pun memutuskan untuk mandi lalu pergi ke toko buku. Buku sepertinya terdengar menyenangkan untuk Audrey.
60 menit kemudian Audrey telah tiba di toko buku. Dia mengitari rak-rak buku fiksi, detik selanjutnya dia menyesali telah melakukannya. Dan jangan tanyakan mengapa.
Akhirnya Audrey membeli buku-buku latihan soal beserta materi pelajaran. Mungkin belajar bisa membuat suasana hatinya lebih baik.
Setelah membayar bukunya, Audrey melangkahkan kakinya ke kedai es krim favoritnya. Matcha jadi rasa yang dipilihnya hari ini--sebenarnya di hari-hari lainnya juga--.
Sambil memakan es krimnya, Audrey memutuskan untuk berkeliling. Saat dia melewati rest area, Audrey mendapati anak kecil yang sepertinya masih berumur 4 tahunan sedang berdiri sendirian. Karena penasaran, Audrey menghampiri anak laki-laki tersebut.
"Hai, apa kamu tersesat?" Sapa Audrey ramah. Anak tersebut mendongak, dengan mata bulatnya melihat Audrey dengan bingung.
Audrey tersenyum ramah, lalu berjongkok, "Nama kakak Audrey, nama kamu siapa?" Tanya Audrey lagi.
Anak laki-laki itu terdiam sebentar, sepertinya sedang berpikir, lalu menjawab, "Lion,"
"Oke Lion, apa kamu tersesat?" Anak bernama Lion itu menggeleng. "Lalu, kenapa kamu sendirian? Dengan siapa kesini?"
Lion tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Lion nggak boleh ngomong sama orang asing, kata bunda, tapi kakak kayaknya baik, Lion ke sini sama kak ion, sekarang kak ion nya lagi ke toilet,"
Audrey tersenyum mendengar jawaban Lion. Dia benar-benar menyukai anak kecil seperti Lion. Ganteng, lucu, imut, pintar dan sopan.
"Oke, Lion si ganteng, kalo gitu kakak temenin nunggu kak ion nya Lion ya?"
Lion mengangguk sambil tersenyum. Lalu Audrey melihat kesekelilingnya mencari tempat duduk, tapi nihil. Audrey berdecak, bagaimana bisa tidak ada tempat duduk di rest area?
"Lion mau kakak gendong?" Tawar Audrey melihat Lion yang sepertinya lelah berdiri. Seperti sebelumnya Lion berpikir sebentar lalu mengangguk.
Audrey mengangkat tubuh Lion kegendongannya. Tubuh Lion tidak terlalu berat, jadi Audrey tidak akan cepat pegal. Audrey mengutuk kakak Lion yang lama sekali di toilet sedangkan dia meninggalkan adiknya sendirian. Jenis kakak yang tidak baik.
"Kakaknya Lion kok lama banget?" Tanya Audrey membuka pembicaraan.
"Kak ion tadi sakit perut tiba-tiba," jawab Lion polos. Audrey mengangguk sebagai responnya.
"Lion emang nggak takut nunggu sendirian kayak tadi?"
Lion menggeleng, "Lion udah diajarin bunda, kata bunda kalo di suruh tunggu harus nunggu dan nggak boleh ikut orang asing."
Audrey tersenyum mendengar jawaban Lion yang begitu pintar. Baru saja Audrey ingin bertanya lagi, tiba-tiba Lion berseru "itu kak ion!"
Spontan Audrey memutar tubuhnya dan mendapati laki-laki yang mungkin seumurannya sedang mengelap tangannya dengan tisu.
"Audrey?" Katanya dengan ekspresi tidak percaya.
Audrey yang bingung mengapa kakaknya Lion bisa mengenal dirinya akhirnya berkata dengan canggung, "oh? Hai! Tadi aku nggak sengaja liat adik kamu sendirian, jadi aku temenin. Sori ya,"
"Nggak apa-apa. Gue yang makasih malahan. Gue Mars, kalo lo nggak tau,"
"Oh, kita satu sekolah ya? Sori, aku nggak kenal banyak orang soalnya," kata Audrey dengan canggung. Dia sebenarnya benar-benar tidak enak hati setiap ada orang yang mengenalnya tetapi dia tidak mengenal mereka.
"Kak ion, kakak cantik ini baik banget mau gendong Lion," Adu Lion yang masih berada di gendongan Audrey.
"Benarkah?" Seru Mars seolah-olah terkejut. Lion mengangguk-angguk sebagai jawabannya.
"Lion, kak ion aja ya yang gendong? Nanti kakak cantiknya capek lagi,"
"Nggak mau!" Lion menyembunyikan wajahnya di leher Audrey. Audrey hanya tersenyum canggung melihat Lion yang sepertinya menyukai dirinya.
Mars mendengus melihat tingkah Lion, "ahh Lion mah kalo ketemu cewek cantik langsung jadi ganjen,"
Audrey terkekeh mendengar perkataan Mars. Lalu berkata, "Lion mau es krim nggak?"
Mata Lion berbinar mendengar kata 'es krim' dan segera mengangguk-angguk penuh semangat. Audrey tersenyum lalu segera membawa pergi Lion tanpa menunggu persetujuan Mars.
Audrey ingin membeli es krim lagi karena dia lupa menaruh dimana es krim yang di belinya tadi. Terlalu bersemangat ingin membantu Lion sampai melupakan es krim favoritnya.
Mars mengekor Audrey dengan bingung. Sepertinya Audrey benar-benar menyukai Lion. Mars sebenarnya kaget karena adiknya tiba-tiba berada di gendongan Audrey, dan yang lebih parah Audrey tidak mengenalnya.
Benar, dia memang tidak perduli sekitar.
Setelah membeli es krim untuk dirinya dan Lion, tiba-tiba handphone nya berbunyi tanda telepon masuk. Dengan sigap Mars mengambil alih gendongan Lion dari Audrey karena gadis itu kesulitan mengambil handphone-nya.
"Yes, dad?"
"Eumm, really? O-okay, I'll be there! See you too!"
Tut.
Audrey mengakhiri percakapan dengan ayahnya di telepon. Wajahnya tidak terlihat senang. Entah apa yang dibicarakan ayahnya barusan.
"Eumm... siapa tadi?" Tanya Audrey dengan bingung saat berhadapan dengan Mars.
Mars menaikkan alisnya bingung mendengar pertanyaan Audrey. Siapa tadi? Apa maksudnya?
"Hmm.. ituu, itu nama," gumam Audrey nyaris seperti bisikan. Audrey memang sulit mengingat nama orang, terkecuali orang-orang yang selalu ada di hidupnya dan dianggapnya penting.
Mars yang mendengar gumaman sedikit terkejut karena Audrey sudah lupa namanya, padahal baru beberapa menit yang lalu ia mengenalkan diri.
"Mars..."
"Ahh!! Mars! Yaa, aku harus pulang sekarang, aku duluan, ya!" Ucap Audrey cepat. "Dan kamu hati-hati yaa!" Audrey mencium Lion dan mengacak rambut anak itu.
Audrey melambaikan tangannya lalu berjalan menjauhi Lion dan Mars.
Tapi satu hal yang Mars ketahui,
Dia punya kesempatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
24
Teen Fiction"Pilih antara satu sampe seratus," "24" jawab Audrey tanpa pikir panjang. Toh cuman memilih angka kan? Semua orang juga bisa. "Lo bilang, lo nggak bisa move on?" Tanya Mars sambil mendengus. Audrey membuang mukanya, tidak mau menatap Mars. "Gue bah...