"Kalo gitu buat gue jadi siapa-siapa lo"
"Apa?"
"Gue rasa lo denger dengan jelas perkataan gue," ucap Mars santai sambil berjalan menjauh dari pintu trali. "Satu sampe seratus?"
Audrey yang tidak mengerti maksud Mars hanya mengerutkan dahinya bingung. "maksud lo?"
"Pilih antara satu sampe seratus,"
"24" jawab Audrey tanpa pikir panjang. Toh cuman memilih angka kan? Semua orang juga bisa.
"Lo nggak bisa move on?" Tanya Mars sambil mendengus. Audrey membuang mukanya, tidak mau menatap Mars.
"Gue bahkan bisa buat lo jatuh cinta sama gue dalam 24 hari," kata Mars dengan yakin dan pede.
Audrey mendengus lalu menoleh kepada Mars. Memberinya tatapan dan senyum meremehkan khasnya. "Jangan kepedean deh! Lo mau tau kenapa gue pilih 24 dan bukan angka lain? 24 itu tanggal jadian gue.. Dan lo bilang apa? Buat gue jatuh cinta sama lo dalam 24 hari? Jangan ngaco!"
Mars hanya diam sambil menatap datar Audrey. Sebenarnya perkataannya barusan sedikit membuat hatinya.... entahlah...goyah?
Apa sebesar itu rasa cinta Audrey untuk Vino?
"Bilang aja lo takut jatuh cinta sama gue!"
"Jatuh cinta nggak sebercanda yang lo bilang. Dan lo pikir gue takut jatuh cinta sama lo? Nggak, gue nggak takut sama sekali. Gue kenal diri gue sendiri lebih dari siapa pun, dan gue tau kalo gue nggak bakal jatuh cinta sama lo. Apalagi dalam 24 hari!" Kata Audrey dengan sinis.
Mars terdiam mendengar perkataan Audrey. Yang dia tangkap dari perkataan gadis itu adalah...
"Jatuh cinta nggak sebercanda yang lo bilang"
Dan gue nggak pernah bercanda. Nggak pernah.
"Bisa lo berhenti ngomongin omong kosong ini? Gue mau pulang dan nggak ada hak buat lo ngelarang gue!"
Dengan cepat Audrey mengambil kunci dari tangan Mars yang masih terpaku dan kehilangan sedikit fokusnya. Audrey mencoba membuka pintu trali tersebut dengan cepat, tapi tentu saja dia kalah cepat, Mars yang sudah tersadar langsung menahan lengan Audrey yang hendak membuka pintu.
"Gue belum selesai,"
"Tapi gue udah selesai!" Geram Audrey sambil mendorong Mars. Mars tergeser sedikit dan Audrey berhasil membuka pintu.
Mars menghadang Audrey dengan badannya, lalu berkata "gue bisa buktiin kalo gue bisa buat lo jatuh cinta dan move on dalam 24 hari,"
Audrey menghela napasnya sekali lagi. "Stop ngomong nggak penting! Minggir!"
Mars menghiraukan perkataan Audrey dan bergeming di tempatnya. Audrey yang kesal dengan tingkah Mars, mendorong tubuh Mars sambil berkata, "minggir atau----"
Mars yang tidak siap dan salah bertumpu pada ijakan tangga pun terjatuh sampai ke lantai dasar---lebih tepatnya Mars berguling dari tangga paling atas sampai yang paling bawah---
"OMG!!!" Teriak Audrey panik. Dia dengan cepat menuruni tangga dan menghampiri tubuh Mars yang terlungkup menghadap lantai
"Lo nggak apa-apa?" Tanya Audrey tapi tidak ada jawaban.
Audrey pun membalikan tubuh Mars dan mendapati Mars pingsan dengan kepala berdarah. Detik selanjutnya Audrey yang panik tanpa sadar menangis dan dengan cepat menelpon ambulance.
Karena terlalu panik, Audrey menekan angka 4 di telponnya.
"Halloo drey?" Sahut Gaby di telpon.
"Hikss gab giman nih..."
"Lo kenapa drey?" Tanya Gaby panik mendengar Audrey yang menangis.
"Gue.. hiks... temen lo hikss yang di ruang musik...hiks hiks... dia jatuh..hiks kepalanya luka.. gue yang dorong dia.. hikss..hikss..." jelas Audrey sambil menangis.
"Temen gue yang diruang musik? Maksud lo Mars? Kok bisa?"
Audrey tidak menjawab pertanyaan Gaby namun terus menangis.
"Okeokee, lo tenang ya Drey, lo udah telpon ambulance kan? Gue susul lo di rumah sakit,"
"Iyaaa..."
~~~~
30 menit kemudian Audrey sudah terduduk di ruang tunggu UGD. Dia masih menangis dan entah mengapa air matanya seolah tidak mau berhenti keluar.
Dia takut. Sangat takut. Audrey benci luka. Audrey benci rumah sakit. Audrey benci hal-hal yang jauh dari perkiraannya.
Gaby muncul sambil berlari menghampiri Audrey yang masih menangis. Gaby langsung memeluk sahabatnya itu.
"Lo nggak apa-apa?"
"Hikss... gue nggak sengaja gab...hikss" ucap Audrey di sela tangisannya. Entah mengapa dengan Gaby yang memeluknya sekarang, Audrey semakin ingin menangis.
Gaby mengelus punggung Audrey. Dia tau Audrey pasti sangat ketakutan. "Gue tau, gue tau lo nggak sengaja, Mars pasti baik-baik aja," hibur Gaby.
Audrey melepas pelukannya, menghapus air matanya yang tetap keluar, dan dia sesegukan. Tiba-tiba datang seorang perempuan paru baya yang umurnya mungkin 30-an bersama anak 4 tahunan di gendongannya menghampiri mereka.
"Bagaimana keadaan anak saya?" Tanyanya kepada Audrey dan Gaby.
"Masih diperiksa dokter, tante." Jawab Gaby dengan sopan. "Tante, mamanya Mars, ya?"
"Iyaa, saya bundanya Mars, kamu yang tadi nelpon tante?"
"Saya yang tadi nelpon tante," sahut Audrey cepat.
Hana---Bunda Mars--- langsung duduk di sebelah Audrey. Wanita itu sangat khawatir dengan keadaan putranya, tapi saat melihat Audrey yang sangat menyedihkan, dia juga sama khawatirnya.
"Kakak cantik?" Seru Lion lalu dengan cepat memeluk leher Audrey. "Bunda, ini kakak cantik yang Lion bilang waktu itu,"Audrey sedikit terkejut karena Lion tiba-tiba memeluk lehernya, dengan cepat ia menghapus air matanya walaupun sesegukannya belum hilang.
Audrey menghiraukan Lion. Lalu menatap Bundanya Mars dengan tatapan menyesal, "saya minta maaf tante, ini semua salah saya. Saya nggak sengaja ngedorong Mars,"
Hana merasa kasihan dengan gadis didepannya yang pastinya sangat ketakutan. Dia tidak menyalahkan Audrey. Hana tahu pasti ini adalah kecelakaan.
"Nggak apa-apa kok, pasti kamu nggak sengaja kan?" Jawab tante Hana dengan lembut.
Audrey mengangguk dan mulai menangis lagi. Dia merasa sangat bersalah.
"Bunda, kenapa kakak cantik nangis?" tanya Lion dengan sangat polos. Hana mengambil alih Lion dan tidak menjawab pertanyaan anaknya itu.
Gaby yang berada di sebelah Audrey hanya tersenyum canggung kepada tante Hana. Dan berpindah ke sebelahnya, lalu mulai menjelaskan lebih detail kejadiannya.
Tepat setelah Gaby selesai bercerita, pintu UGD terbuka dan muncul dokter yang menangani Mars.
"Keluarga dari Mars?" Tanya dokter tersebut.
"Saya ibunya," jawab tante Hana.
"Luka di kepala Mars tidak terlalu parah, kami baru selesai menjahit lukanya. Selain itu sepertinya tidak ada cidera yang berarti. Tapi kami masih akan memastikannya dengan CT scan besok. Dia masih belum sadar, mungkin akan sadar sebentar lagi." Mereka semua bernapas lega mendengar penjelasan dokter.
"Dia akan segera dipindahkan ke ruang inap. Saya permisi dulu."
~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
24
Teen Fiction"Pilih antara satu sampe seratus," "24" jawab Audrey tanpa pikir panjang. Toh cuman memilih angka kan? Semua orang juga bisa. "Lo bilang, lo nggak bisa move on?" Tanya Mars sambil mendengus. Audrey membuang mukanya, tidak mau menatap Mars. "Gue bah...