3. Ternyata

62 14 37
                                    

Hari-hari pun berlalu, aku dan Adrian semakin dekat. Aku semakin menyadari perasaanku padanyaa bukan hanya sekedar rasa suka, tapi perasaan ini lebih dari itu.

Sampai tiba pada hari dimana aku mengetahui ternyata Adrian sudah jadian dengan Nabila.

Saat itu sedang pelajaran bahasa indonesia, seperti biasa guru kami mengusulkan untuk belajar diperpustakaan. Agar ada suasana baru dan tidak bosan belajar dikelas terus.

Dan saat diperpustakaan, aku duduk disamping Adrian, seperti biasa aku disebelah Adrian, lalu Fadli didepanku dan Karin tentunyaa disebelah Fadli.

Saat Pak Dani menyuruh kami mengerjakan soal yang dia berikan, aku dan Adrian pun berdiskusi sambil mengobrol tentang hubungannya dengan Nabila. Dan saat itulah aku tau kalau mereka sudah jadian.

"Dri, gimana lu sama Nabila udah jadian belum?" tanyaku penasaran.

"Udah, kemarin gua nembak dia..." Dia berhenti sejenak sambil tersenyum, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Gua nembak pas pulang sekolah, terus dia tadinya gamau jawab hari itu juga, eh ternyata pas gua mau nganterin dia balik dia langsung jawab terus diaa nerima gua" ceritanya sambil terus tersenyum.

Rasanya hatiku sakit sekali saat Adrian cerita bagaimana dia menembak Nabila. Tapi aku hanya bisa menyimpan rasa sakit itu sendiri.

"El! Dia malah ngelamun, gua lagi cerita kali" protes Adrian.

"Eh sorry Dri, gua gak ngelamun kok. Gua ikut seneng deh lu udah jadian sama Nabila, hehe" jawabku sambil tersenyum.

Akhirnya aku dan Adrian melanjutkan mengerjakan tugas dengan keheningan, tanpa ada salah satu dari kami yang mengajak berbicara.

Setelah bel berbunyi, teman sekelasku langsung bergegas kembali ke kelas. Tapi pikiranku masih sibuk memikirkan Adrian, entah apa yang aku pikirkan. Sampai aku pun tidak sadar kalau diperpustakaan sudah tidak ada teman-temanku, hanya ada aku dan Fadli.

"Woy El, ayo ke kelas, ngelamun aja lu. Mikirin apa sih?" Tanya Fadli.

"Ha?eh, kok sepi?yang lain pada kemana, Dli?" Aku pun tersadar dari lamunanku.

"Yang lain udah pada balik ke kelas, udah bel kali El. Lu gamau ke kelas? Mikirin apasih sampe lu gak denger bel?" Tanya Fadli lagi karena tadi aku tidak menjawab pertanyaannya.

"Yaudah yuk ke kelas!" Ajakku.

Fadli yang kesal karena pertanyaannya tak dijawab olehku, dia keluar perpustakaan lebih dulu tanpa menungguku.

Sesampainya dikelas, keadaan kelas sepi. Karin pun tak ada dikelas. Hanya ada Fadli dan beberapa temanku yang lain.

Pasti Karin ke IPS 1 deh. Ucapku dalam hati.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi menyusul Karin.

Akupun keluar kelas untuk menyusul Karin. Ya memang sahabatku yang lain ada di IPS 1 makanya Karin suka sekali kesana.

Saat sampai di IPS 1, aku pun langsung menghampiri meja yang sudah penuh oleh sahabat-sahabatku. Mereka pun langsung melihat ke arahku. Aku yang baru saja datang langsung bingung karena mereka melihatku dengan tatapan prihatin.

"Lu semua pada kenapa deh liatin gua kayak gitu?" Tanyaku bingung.

Sandra yang posisinya ada didepanku langsung menjawab, "Lu gapapa kan El?Gua sama yang lain khawatir sama lu."

"Emang gua kenapa deh?gua gapapa, gua baik-baik aja. Lu semua kenapa deh?" Jawabku sambil balik bertanya.

"Soalnya kita semua denger si Adrian udah jadian sama Nabila." Sekarang giliran Pamela yang menjawab.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang