Part 3

287 14 0
                                    

Suasana diatas meja makan pagi ini samaseperti hari hari biasanya hening hanya ada dentingan sendok dan garpu tak ada yang memulai pembicaan untuk sekedar mencairkan suasana.
Detik kemudian rossi lah yang nemulai pembicaraan
"gimana sekolah kalian nak? " tanyanya
"baik" jawab sasya cuek
"gimana dengan kamu key" tanyanya lagi
"tanpa saya jawabpun anda sudah tau bukan? " jawab keyla dingin
"keyla sasya jawab dengan sopan pertanyaan bunda kalian! " tegur pradipta namun yang ditegur nampak tak perduli sama sekali rossi hanya bisa menghela nafas menghadapi kedua anak nya
"sudah mas gapapa" jawab rossi menenangkan suaminya.
"saya berangkat" ucap keyla
"saya juga" ujar sasya mereka menyalami pradipta namun tidak dengan rossi mereka melewatinya begitu saja pradipta tampak geram hendak melayangkan berbagai emosinya namun rossi nencegahnya
"mas sabar mereka mungkin masih belum bisa menerima saya" ucap rossi. Jauh didalam hatinya ia pun sedih melihat putri putri dari sahabatnya tumbuh dengan cara yang salah, ya rossi bukan lah ibu biologis keyla dan sasya ia bahkan menikah dengan pradipta belum genap satu tahun.

"key gue nebeng sama lo yah" rayu sasya terhadap adiknya
"gak" jawab keyla singkat padat namun tak bisa terbantahkan
"ayolah please key masa lo tega ngeliat kakak lo naik kendaraan umum" rayu nya lagi namun keyla hanya memutar bola matanya jengah lalu masuk kedalam mobil dan tanpa perintah sasya langsung ikut masuk keyla menatap sasya dengan tatapan tajam namun yang ditatap hanya memperlihatkan cengiran bodohnya dengan terpaksa keyla menjalankan mobilnya dan sepanjang jalan hanya keheningan lah yang ada didalam mobil tersebut.
Tanpa diduga air mata jatuh perlahan dari mata sasya dia menangis
"gue kangen bunda" tiga kata yang mampu nembuat keyla duduk mematung
"setelah gue kehilangan sosok bunda yang gue sayangi kenapa gue harus kehilangan sosok seorang adik yang selalu jagain gue,lucu memang pada dasarnya harusnya seorang kakaklah yang menjaga adiknya tapi ini lain adik gue langka dia ga mau gue jagain" dalam tangisnya sasya tersenyum miris "gue kangen lo sebagai adik gue key bukan lo yang menjelma seperti orang yang gak gue kenal" sasya hanya bisa menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangan nya disisi lain kesya tampak bergelut dengan pikiranya disatu sisi dia ingin memeluk kakaknya hanya untuk sekedar menenangkan nya namun disisi lain keyla tidak bisa.
Mobil keyla sudah sampai dihalanan sekolah namun sasya masih belum menghentikan tangisan nya
"hapus air mata lo ga ada gunanya lo nangis kaya gitu bunda gak akan bisa kembali bunda ga akan bisa nemenin kita lagi" keyla langsung keluar dari mobilnya "ini konci mobil gue lo bisa pulang nanti gue masuk kelas duluan" tambah keyla tanpa memperdulikan sasya yang masih menangis.

Menangis memang tak menyelesaikan masalah namun apabila menangis bisa meringankan beban tak ada salahnya bukan?

Trouble makerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang