"Assalamu'alaikum." Salam Naina ketika sampai dirumah. Wajahnya sumringah sekali, seperti baru menang lotre.
Memang, setelah acara kencan makan ice cream di taman asri sepulang sekolah tadi, senyuman tak alpa menghiasi wajah Naina.
Bruuk.
"Aaaaww...." Naina meringis kesakitan sambil mengusap bokongnya yang mencium lantai. Kemudian Naina mengusapkan tangannya pada kepala yang terantuk ke sofa. Ah rupanya Naina terlalu senang, sampai tak sadar akan keadaan lantai rumah yang licin sehabis di pel.
"Ya ampun, Nai! Coba lho kamu kalo jalan lihat-lihat. Itukan lantainya masih basah, baru bunda pel. Duh Nai, kamu kan sudah besar, masa kepeleset gitu? Kamu mau punya adik lagi, emang?" Omel Karen pada Naina.
"Bun, Nai kan ngga lihat. Nai mana tau kalo bunda habis ngepel. Nai kan baru pulang." Naina menjawab dengan polos.
"Mangkanya kamu kalo jalan lihat kebawah, jangan jelalatan kemana-mana matanya." Lagi. Naina terkena omelan Karen lagi.
Ah bundanya ini, selalu saja mengomel. Tidak pagi, tidak siang, bahkan malam mau tidur pun masih sempat-sempatnya mengomel. Walaupun begitu, Naina sangat menyayangi Karen. Teramat menyayangi. Naina tak terbiasa jika tak mendengar omelan sayang Karen. Sehari saja Karen tak mengomel, Naina akan rindu.
Karen punya cara unik untuk menyayangi anak-anaknya, yaitu dengan mengomel. Dan Naina yang sering menjadi objek sasaran omelan Karen, karena sifat Naina yang ceroboh. Karen hanya tak ingin jika sesuatu terjadi pada Naina. Karena dikeluarganya Naina adalah anak perempuan satu-satunya.
Soal keluarga, Naina memiliki kakak dan adik. Ya, benar. Kakak dan adik Naina adalah laki-laki. Kakaknya, Naindra Dimas, sudah menginjak bangku kuliah semester 6. Sementara adiknya, Nairan Gani, masih duduk dibangku SMP kelas 8. Jarak ketiganya memang hanya terpaut 3 tahun. Namun, dulu kakaknya yang cerdas itu ikut program akselerasi. Jadilah masa SMA nya hanya dijalani selama 2 tahun.
Naina tidak mengikuti jejak kakaknya mengikuti program akselerasi. Bukan. Bukan karena Naina tidak cerdas seperti kakaknya. Hanya saja Naina memilih menikmati masa SMA layaknya remaja lain. Karena Naina pikir masa abu-abu adalah masa terindah saat sekolah. Bagaimana tidak indah? Dikeluarganya memang tak melarang untuk berpacaran. Namun hal tersebut berlaku jika sudah menginjak kelas 2 SMA.
Bagi Beben dan Karen, sebagai orangtua, mereka hanya perlu memantau dan mengingatkan batasan-batasan dalam bergaul. Dan komunikasi adalah hal penting dalam kehidupan berkeluarga. Beben dan Karen akan dengan senang hati bertanya dan mendengarkan anak-anaknya saat menceritakan hal-hal yang mereka lakukan selama di lingkungan luar rumah.
Jika Beben dan Karen mendapatkan anak-anaknya melakukan kesalahan, sebagai orangtua yang bijak, mereka tidak langsung menghakimi. Keduanya akan menanyakan bagaimana anaknya sampai melakukan kesalahan. Lalu keduanya akan menasihati dengan lembut. Dan menyuruh anak-anaknya untuk senantiasa meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.
Keluarga Beben dan Karen terbilang harmonis. Anak-anaknya sangatlah akur. Namun, karena jarak anak-anaknya tidak terpaut jauh, tak jarang mereka bertengkar kecil, seperti merebutkan remote tv, misalnya. Namun Naina dan kedua saudara laki-lakinya sangat menyayangi satu sama lain.
Naindra, sebagai kakak pertama yang sangat penyayang, harus bisa menjaga adik-adiknya, terlebih adik perempuannya, Naina. Tak jarang sikap over protective Naindra keluar saat Naina akan pergi bersama Rama. Naindra akan memberondong Naina dengan segudang pertanyaan sebelum adiknya itu diizinkan pergi. Nairan sebagai adik pun menyayangi kakak-kakaknya. Namun, rasa sayang Nairan tak begitu kentara seperti Naindra, karena sifatnya yang notabene adalah pendiam. Tapi Naina tahu jika adiknya itu menyayangi kakak-kakaknya. Nairan akan senang hati meladeni tantangan Naindra untuk tanding Play station dan keduanya akan tertawa jika salah satunya kalah. Naina selalu terenyuh melihat adiknya yang pendiam itu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle of My Heart
CasualeBagaimana jika takdir membawamu kembali pada masalalu yang bahkan tak pernah kau bayangkan sebelumnya? Cinta pertamamu bersahabat dengan pacar pertamamu. Itu bukan hal yang menyenangkan, tentunya. Lalu bagaimana harus menghadapi kenyataan itu?