RS? Richard? A Singer?! - Bagian 2

6.4K 110 31
                                    

Saat ini wajahku masih dirias. Rasanya sudah berjam-jam aku duduk di sini dan dirias seperti ini. Sebenarnya aku ingin sekali kabur dari tante-tante ini, tapi sepertinya ia tak rela jika setiap detail wajahku tak disentuh oleh kuasnya (oke, aku sama sekali tak tahu apa yang ia pegang itu, percampuran antara kemoceng dan kuas).

“Hei, Tante. Sampai kapan kau berhenti merias wajahku?” jujur, saat ini aku benar-benar sudah bosan dirias lama-lama seperti ini. Pada saat pernikahanku saja, aku tak didandani selama ini. Apakah ini yang dilakukan setiap harinya oleh artis? Wah, bisa-bisa mati kutu aku kalau didandani selama ini.

“Tante?! Siapa yang kau panggil tante?!” tanyanya sambil mendelik ke arahku. Aku hanya menaikkan alisku menandakan bahwa ia yang kumaksud. “Oh, terserahlah. Berhubung kau ini adiknya Rich, aku berbaik hati padamu anak manis.”

Kenapa semua orang di sini mengira aku ini adiknya Richard sih?! Memangnya wajahku mirip dengannya sampai aku dianggap sebagai adiknya? “Tante, aku ini bukan—”

“Sttt! Nah, wajahmu sudah selesai dirias. Ah, kau tampak seperti seorang tuan putri! Memang tak ada yang bisa menandingi keahlianku dalam mendandani semua orang!” ucapnya dengan bangga sambil menyerahkan sebuah cermin kepadaku. Dia ini ingin memujiku atau dirinya sendiri sih?

Aku memandang pantulan wajahku di cermin. Ya ampun, kalau Richard tahu aku berdandan sampai begini, ia pasti menertawaiku. Waktuku untuk tampil tinggal sedikit lagi, tak mungkin tante ini bisa menghapus riasan ini dan mendandaniku lagi, waktunya benar-benar tak cukup.

Tapi biarlah, kurasa tante itu ada benarnya juga, aku ini seperti tuan putri. “Terima kasih, Tante!” ucapku buru-buru sambil memakai baju yang sudah disiapkan oleh staff untuk kukenakan sebagai MC nanti.

“Tante? Jangan panggil aku tante! Panggil aku, Mz Mellon.” Ujar tante-tante itu setengah menjerit. Ia ini histeris sekali sih kalau ia kupanggil tante? Lagipula, kenapa ia memberikan penekanan terhadap nama panggilannya?

“Oh, baiklah, Marshmellow.” Aku meraih topi bowler bermotif kotak-kotak dan juga memberikan penekanan pada nama panggilan tante-tante aneh ini.

“Bukan Marshmellow!Tapi Mz Mellon!”

Merepotkan sekali sih tante-tante ini. “Uh, oke, Miss Mellow.”

“Bukan itu—argh, terserahlah!” saat aku hampir ke luar dari ruangan yang membosankan ini, tante tiba-tiba mencegahku. “Oh, ya. Ngomong-ngomong, apa Rich sudah memiliki pacar?”

“Hah? Um... dia—” belom sempat menjawabnya, dia sudah memotong pembicaraanku.

“Sudahlah, tak usah kau jawab. Dia pasti masih single. Lelaki tampan seperti itu sebenarnya kasihan juga jika berlama-lama berstatus lajang. Hei, apa kau pikir aku ini cocok dengan Rich?”

“Um...”

“Hahaha... kenapa kau berpikir lama-lama? Tentu saja aku ini sangat pantas berada di sampimg Rich. Dengan dia yang tampan dan aku yang cantik ini, kami berdua pasti akan menjadi pasangan serasi sedunia.” Cih, coba kau pikir dulu, yang berada di depanmu dan kau anggap sebagai adiknya Richard ini siapa?

“Dan kau nantinya akan jadi adik iparku. Kau menyebalkan sih, tapi cantik, jadi kumaafkan. Sudah sana, cepat pergi ke panggung! Orang-orang pasti sudah banyak yang menunggumu. Hush, hush~”

Aku meremas pinggiran topiku dengan perasaan kesal dan pergi meninggalkan tante gila di ruangan itu. Sudah berkhayal yang berlebihan tentang Richard di depanku, mengusirku seperti hewan pula! Ah, tempat ini benar-benar dipenuhi oleh orang-orang yang aneh.

BRUK!

“Aw...” ucapku meringis sambil memegang pinggangku. Entah siapa (atau mungkin apa) yang kutabrak, yang pasti ia minimal akan terjatuh juga sepertiku. Ya, tabrakanku ini cukup keras, meskipun aku tak tahu apa yang kutabrak.

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang