Aku melihat pantulan diriku di cermin. Dengan drees putih gading diatas lutut dan rambut yang yang lilitkan ke atas. Air mata perlahan keluar dari pelupuk mataku. Awalnya hanya menetes. Namun, lama kelamaan menjadi deras keluar dari pelupuk mata ini.
Aku terisak dan semakin terisak ketika memori-memori itu terlintas di pikiranku. Memori yang tak akan pernah aku lupakan. Namun, harus aku lupakan.
Brakk
"Amora!! Apa yang terjadi?!" tanya Katrina. Mungkin dia mendengar tangisanku.
Melihat dia masuk ke dalam kamarku, aku langsung memeluknya. Aku fikir memeluknya aku membuatku tenang, tapi aku malah semakin menangis. Seakan air mata ini tak ingin berhenti keluar.
"Sudah.. Tidak apa apa. Ada aku disini. Kau tidak perlu datang jika kau tak ingin. Aku akan bilang padanya kalau kau sedang kurang sehat." ucapnya memenangkan ku.
Mungkin memang Katrina benar. Tapi aku sudah berjanji padanya akan datang, dan aku sudah bertekad untuk menghadapinya. Meski teramat sakit...
"Tidak Katrina. Aku akan datang. Aku harus hadapi ini. Aku harus sadar bahwa saat ini dia sudah menjadi milik orang lain." ucapku terlihat tegar.
"Kau yakin Amora? Tidakkah itu membuatmu semakin terluka?" tanyanya.
"Mungkin sedikit. Tapi aku sudah sudah bertekad akan menghadapinya."
Aku melepaskan pelukanku padanya. Dia mengusap air mataku dan tersenyum padaku.
"Baiklah kalau itu mau mu. Aku akan ikut denganmu. Tapi sebelum itu kau harus memperbaiki riasanmu itu. Matamu terlihat sangat sembab." ucapnya
Aku tau ini akan sakit. Namun, aku akan menghadapinya seperti biasa. Karena ini bukan yang pertama untukku..
---
Haiii.. Ini cerita pertamaku. Semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe Someday
RomanceMungkin aku ini gila karena mau menikah tanpa cinta. Tapi ini jalan satu-satunya untuk melupakan dia. Dia.. yang sudah milik orang lain. -Amora Permata Dia sempurna. Sempurna untuk mendampingiku, dan menjadi partner hidupku. -Reviano Derekson