Part 3

70 4 2
                                    

Narend duduk berhadapan dengan Katrina di ruangannya. Dia berhasil meyakinkan Katrina untuk tetap di ruangannya dan membicarakan masalah Revi dan Amora.

"Aku tau Revi memang sedikit arogan. Apalagi dengan wanita. Tapi setidaknya kita pertemukan mereka terlebih dahulu. Mungkin saja Amora akan setuju. Lagi pula, Revi tidak akan berlaku kasar pada orang yang akan menjadi istrinya bukan?" jelas Narend meyakinkan Katrina

"Apa jaminannya kalau dia tidak akan berlaku kasar huh? Dia saja pernah membentakku hanya karena aku menghalanginya bertemu denganmu di ruang meeting. Dia itu sangat kasar Narend!" ucap Katrina kesal.

"Aku tau Katrina. Saat itu dia sedang sangat membutuhkan ku. Maka itu dia sampai membentakmu. Kita pertemukan mereka. Kalau memang Amora tidak menyukainya dan tidak mau untuk menjadi istrinya, maka aku akan cari wanita lain untuknya." ucap Narend.

Katrina berfikir keras. Dia memikirkan resiko yang akan terjadi jika Amora bertemu dengan Revi.

"Baiklah. Satu pertemuan. Jika Amora menolak, kau cari wanita lain." ucap Katrina pada akhirnya.

Narend hanya tersenyum mendengar jawaban dari Katrina. Jauh di dalam lubuknya dia berharap Amora akan menyetujui hal ini. Bagi Narend, Amora wanita yang sangat cocok untuk mendampingi sahabatnya itu.

Sebenarnya saat bertemu di pernikahan, Narend sudah penasaran dengan Amora. Bagaimana bisa wanita itu menangis saat di acara pernikahan. Malam itu pula Narend mencari semua informasi tentang Amora. Semua dia dapatkan hanya dengan hitungan detik.

Setelah membaca semua tentang Amora, ia pun berencana untuk menjadi Amora istri sahabatnya, Revi. Revi memang meminta bantuannya untuk mencari calon istri untuknya. Dengan syarat, bisa menerima Revi dan hidup dengannya.

---

Amora point of view

Aku melihat kepadatan lalu lintas dari balkon apartemen. Menikmati angin malam yang menerpa wajah dan rambutku. Aku menutup mataku. Tiba-tiba memori itu muncul. Memori yang tak ingin aku ingat.

Tidak Amora! Dia sudah milik orang lain. Dia mencintai orang lain. Aku tidak boleh mengingatnya lagi. Tapi semakin aku mencoba untuk melupakan dan lari dari itu, aku semakin sakit.

Tanpa permisi air mata keluar dari pelupuk. Aku ingat bagaimana dia memandangku, memegang tanganku, tertawa bersamaku, bahkan memelukku. Semua ini semakin sakit.
Ya Tuhan, bagaimana aku bisa melupakan ini semua. Memori itu tampak nyata di pikiranku. Dia nyata di pikiranku.

"Amora, apa yang kau lakukan?" suara Katrina membuatku sadar.

Aku menghapus air mataku dan berbalik menghadap nya.

"Kau menangis?" tanyanya lagi.

Aku hanya diam memandang nya tanpa sanggup berbicara. Dia pun memelukku. Aku masih diam tak membalas pelukannya. Air mata ini pun keluar lagi. Lebih deras dari sebelumnya.

"Amora, aku punya solusi bagaimana caranya agar kau melupakan dia." ucap Katrina setelah lama dia memelukku.

Dia melepaskan pelukannya dan menghapus air mataku.

"Tapi mungkin ini membuatmu semakin sakit." tambahnya lagi.

Sebenarnya apa yang dia maksud? Membuatku lupa dengannya, membuatku semakin sakit?

"Apa maksudmu Kat?" tanyaku.

"Lebih baik kita bicarakan ini di dalam. Angin malam tak bagus untuk kita." ucapnya.

Kami pun masuk ke dalam. Dia duduk di sofa dan aku di sampingnya. Dia hanya memandangku tanpa bicara. Seperti dia sedang memikirkan bagaimana cara menyampaikannya padaku.

"Kau ingat Narend kan?" tanya nya.

"Narend? Bos mu itu kan?" jawabku.

"Ya. Dia punya teman. Reviano Derekson. Pengusaha sukses yang bahkan hartanya tak habis tujuh turunan. Dia tampan tapi sedikit arogan dan dia.. sedang mencari wanita yang akan dijadikan istri olehnya." ucapnya.

Sebenarnya apa yang dia bicarakan? Mengapa dia malah menceritakan teman bosnya itu?

"Apa maksudmu Kat? Kenapa kau ceritakan ini padaku?" tanyaku.

"Narend mengusulkan kau yang akan menjadi istrinya." jawabnya.

Aku diam. Mencerna apa yang baru Katrina katakan. Menikah? Pengusaha? Lalu aku sadar dan..

"Apa?!! Menikah? Kau gila Katrina?" ucapku dengan nada tinggi.

"Ok, aku tau ini memang gila. Tapi, mungkin ini salah satu cara untuk kau melupakan dia. Kau akan sibuk mengurus rumah tanggamu nanti Amora. Setidaknya kau temui dulu dia. Jika kau memang tidak suka, mau bisa menolaknya." jelas Katrina.

Aku hanya diam tanpa menjawabnya. Menikah? Apa mungkin ini bisa membuatku lupa padanya?

"Kau bisa pikirkan dulu Amora. Tidak usah terburu-buru. Jika tidak yakin, setidaknya temui dia dulu, setelah itu terserah padamu." ucapnya lagi.

Aku meninggalkan Katrina di ruang tamu dan memasuki kamarku. Aku berbaring di ranjang dan sibuk dengan pikiranku sendiri.

Aku ingin melupakannya. Tapi dengan cara menikah? Mencintai lelaki lain? Apakah aku sanggup? Bagaimana kalau lelaki itu tidak mencintaiku?

Berantai pertanyaan muncul dibenakku. Mungkin benar apa yang Katrina katakan. Aku temui dia, lalu putusan apa selanjutnya. Ya, mungkin itu jalan satu-satunya.

Aku pun terlelap karena terlalu keras berfikir.

---

Hope you like it guys!!

Maybe Someday Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang