Part 4

78 4 1
                                    

Amora point of view

Hari ini aku akan bertemu dengannya. Dia yang bahkan aku tidak pernah melihatnya. Katrina memang tidak memberikan foto dirinya. Dia bilang dia tak punya foto lelaki itu.

Aku memakai dress hitam selutut dan wedges putih. Aku menggerai rambutku dan berdandan seadanya. Hanya dengan lipstik dan bedak.

Narend dan Katrina merencanakan aku akan bertemu dengannya di sebuah restoran dekat kantor lelaki itu. Mereka bilang aku hanya perlu bertemu pelayan di sana dan berkata aku mau menemui lelaki itu, Reviano Derekson.

Saat aku sampai di restoran, aku memandang seisinya. Restoran ini sangat mewah dengan bergaya seperti restoran italy yang sering aku lihat di film romansa. aku melakukan apa yang Katrina katakan padaku. Pelayan itu pun langsung menyuruhku mengikutinya ke ruang yang tertuliskan VVIP dan meninggalkanku.

Aku masuk ke dalam ruangan yang sangat besar itu. Aku melihat seorang lelaki dengan setelan jas yang sangat pas di tubuhnya sedang menunduk melihat iPad yang ada di tangannya. Sepertinya dia belum sadar akan kedatanganku.

"Reviano?" ucapku padanya.

Dia langsung mendongak dan menatapku. Ya Tuhan, tampan sekali wajahnya. Rahang tegas yang di tumbuhi rambut halus disekitarnya, mata abu tua, kulit putih namun tidak pucat dan hidung yang sangat mancung itu membuatku kagum menatapnya. Aku selalu menganggap Keanu adalah lelaki tertampan yang pernah aku temui. Namun dia bahkan jauh lebih tampan daripadanya.

"Amora Permata?" tanya nya balik yang menyadarkanku dari lamunan tentang dirinya.

"Ya. Kau Reviano kan?" ucapku.

"Silahkan duduk." ucapnya singkat.

Katrina bilang dia sedikit arogan, dan itu memang benar. Terpancar dari wajah dan tatapannya. Dia menatapku dengan tatapan mengintimidasi. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Namun tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Dengar, aku ingin kau menjadi istri dan partner hidupku. Kita akan menikah dengan dasar komitmen. Kita tidak akan berpisah selama kau dan aku masih hidup, kau mengerti?" ucapnya langsung. Bahkan tidak ada sapaan dan pembukaan terlebih dahulu.

Tunggu, dia bilang dengan dasar komitmen? Bukankah seharusnya pernikahan itu atas dasar cinta dan kasih sayang?

"Maksudmu tanpa cinta dan kasih sayang?" tanyaku balik padanya.

"Itu terserah padamu. Jika kau melibatkan cinta dan kasih sayang pada pernikahan ini, itu tidak masalah. Namun bagiku, pernikahan ini atas dasar komitmen. Bukan cinta." jawabnya.

"Jadi maksudmu, kau tidak akan mencintaiku selama kita menikah nanti." tanyaku lagi.

"Ya. Jadi kau terima?" ucapnya.

Aku berpikir keras. Aku selalu membayangkan kalau suatu saat nanti akan ada lelaki yang mencintaiku dengan tulus. Jika aku menikah dengannya, mimpi itu tidak akan terjadi. Tapi menikah dengannya, mungkin adalah cara agar aku melupakan Keanu.
Tapi bagaimana bisa aku melupakan Keanu jika dia tidak mencintaiku? Jika suatu saat aku mencintainya, dan dia tidak mencintaiku, bukankah itu juga akan menjadi kesedihan bagiku.

Benar apa yang Katrina katakan. Menikah dengannya bisa menjadi cara untuk melupakan Keanu. Namun bisa juga mendatangkan kesedihan yang kedua bagiku.

"alasan aku ingin menemuimu agar aku bisa mengenalmu, dan mungkin menjadi istrimu. Itu semua aku lakukan karena aku ingin melupakan seseorang. Aku ingin bangkit dari kesedihan itu. Namun, jika menikah denganmu, tanpa cinta, bukankah itu malah menjadi kesedihan juga bagiku?" jelasku padanya.

Maybe Someday Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang