Rencana pertama telah kami lakukan, akan tetapi belum membuahkan hasil. Sambil menunggu kesempatan untuk menjalankan rencana kedua, kami berbaur bersama para tamu di tengah pesta. Tentunya kami tidak ingin melewatkan berbagai obrolan yang dilontarkan dari para tamu yang ada. Semoga obrolan mereka mengenai orang yang kami incar.Aku dan Lucas berdiri tidak jauh dari kerumunan orang-orang yang kurasa masih menjadi pegawai diperusahaan ini. Sambil berpura-pura mengobrol dengan Lucas, aku memasang dengan tajam pendengaranku untuk menangkap informasi yang mungkin menguntungkan bagi kami. Semoga saja ada informasi yanga sangat menguntungkan.
Dan...bum! Tidak disangka, beberapa wanita itu membicarakan mengenai kehidupan asmara pimpinannya.
Sungguh menggelikan..
Mungkin para pegawai dikantorku tak jauh berbeda dengan mereka. Entah aku pernah atau tidak menjadi bahan omongan dikantor. Meski aku bukan seorang yang berkedudukan tinggi seperti manager atau CEO, tapi aku tahu banyak yang tidak menyukaiku terutama pegawai wanitanya, tidak lain karena aku bersahabat dengan Lucas yang notabene anak dari manager divisi keuangan the wind. Gadis di bawah alam sadarku meneriakiku untuk menampar mereka semua. Shut up, Lena! Fokus. Aku memutar kedua bola mataku mengejek diriku sendiri yang tak fokus mendengarkan.
Yang dapat aku tangkap dari mereka adalah seorang Evan McAllister adalah bos yang sangat digila-gilai oleh para pegawainya, mereka tak henti-hentinya memuji fisik dan kesuksesan yang telah diraih oleh pemimpin mereka. Ada salah satu informasi yang sangat mengejutkan, menurutku.
"Selama aku menjadi sekretarisnya, dia sama sekali tak terlibat dengan yang namanya berhubungan dengan wanita. Tidak ada satupun tamu wanita yang datang untuk urusan diluar kantor" Wanita pirang tinggi semampai itu berkata miris.
"Aku tidak percaya! Lihat, dia pasti seorang gay!" wanita disebelahnya menimpali dengan brigidik.
Mendengar temannya berbicara seperti itu, si pirang tersedak minuman yang sedang ia minum.
"No! Ti-tidak seperti itu.. " mendengar ia berbicara seperti itu aku lebih menajamkan pendengaranku.
"Aku sempat tak sengaja mendengar Bryan menasehati Mr. Evan untuk melupakan seorang wanita. aku sendiri tak begitu jelas mendengar kelanjutannya kerena Mr. Kedrick memanggilku"Sudah kuduga, pasti ada yang tidak beres dalam masalah asmaranya..
Aku dan Lucas saling berpandangan, kami sama-sama tersenyum puas mendapat informasi ini. Tapi tunggu dulu, siapa Bryan? Apakah ia saudara atau masih merupakan pegawai di kantor ini. Yang pasti dapat kupastikan orang itu adalah orang yang lebih mengetahui sosok Evan McAllister .
Sedikit membuahkan hasil untuk kali ini. Memang benar, di mana lagi mencari info mengenai seseorang selain ditempat orang itu menghabiskan waktu, salah satunya tempat kerja.
"Apa kau mengenal Bryan?" bisikku di telinga Lucas.
"Maaf, aku tak mengenalnya" jawabnya tak kalah pelan dari suaraku.
"Aku tak menyalahkanmu atas ketidaktahuanmu, Lucas. Baiklah, klo begitu masukan ia ke dalam daftar kita" Aku jengah akan sikap bersalahnya, ia selalu meminta maaf untuk hal-hal kecil jika itu yang nantinya akan membuatku kecewa. Kau sungguh kelewat baik Luc."Kapan kau akan memulai rencana kedua? orang yang kita incar tengah berbaur seperti kita saat ini. Dan kurasa acara dansa akan segera dimulai." tambahnya.
"Ok! Let play the game" ujarku sambil menyunggingkan seringaiku.
Aku mengambil satu gelas minuman yang diletakan tidak jauh di atas meja. Kami berjalan mendekati Mr. McAllister yang tengah berbincang dengan dua orang laki-laki dengan setelan jas mereka. Kami memposisikan diri kami tidak jauh darinya, lebih tepatnya dua kaki dibelakang punggungnya. Aku berdiri dibelakang dia dengan posisi yang sama dengannya, kami saling memunggungi. Sementara Lucas menghadapku untuk memberi aba-aba.
![](https://img.wattpad.com/cover/71909014-288-k716572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Allena Roseline
RomanceMeninggalkan masa itu, menguburnya sangat dalam dan menutupnya dengan rapat bisa membuatku sedikit bernafas, mampu melupakan rasa sakitnya dan mempunyai harapan untuk bisa hidup selayaknya manusia. Bahagia. Tapi bagaimana jika cintalah yang menuntun...