Author POV
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai marmer menggema di sepanjang lorong. Evan baru saja tiba di lantai 23, di mana ruang kerjanya berada. Pagi ini ia baru saja menyelesaikan meeting mengenai perjanjian kontrak dengan Lion corp. Tentang penyewaan beberapa properti yang di tangani olehnya.
Pembukaan cabang perusahaan yang baru ternyata membawa dampak positif bagi perusahaan. Banyak penawaran kerja sama dan menaiknya harga saham perusahaan membuat Evan sedikit kewalahan menanganinya. Terlebih setelah ayahnya memutuskan untuk mengalihkan kekuasaannya pada dirinya. Meski gelar President M Group masih bertengger di belakang nama ayahnya. Namun segala masalah perusahaan Evanlah yang mengendalikannya.
Seorang wanita cantik dengan banyak berkas di tangannya mengikuti langkah atasannya itu. Ia tampak kewalahan mengimbangi langkah besar seorang Evan McAllister.
"Grace, tolong kau buat laporan hasil meeting tadi. Ingat jangan sampai ada yang salah. Aku tak mempunyai waktu untuk mengurusi kesalahanmu" perintah Evan masih sambil berjalan tanpa menoleh.
"Baik sir" Grace menghela nafas. Mencoba bersabar dengan CEO yang penuh otoriter dan dingin itu.
Seharusnya segala tugas yang ia tengah kerjakan dan yang menumpuk di mejanya adalah tugas Jennifer Preeslo, asisten personal Evan. Tapi Jenny tengah mengambil cuti karena menikah dan ia yang menggantikan tugas Jenny.
Awalnya Grace sangat senang bisa mengambil tanggung jawab seorang asisten personal CEO, ditambah bisa setiap hari berada dekat dengan atasannya itu. Tapi keuntungan yang ia dapat tidak sebanding dengan tugas yang menumpuk di mejanya. Ia memutar kedua bola matanya mengingat kenyataan yang tak seperti harapannya. Ini jauh melelahkan dibanding hanya menjadi sekretaris.
Banyak wanita yang merasa iri dengan posisi personal asisten yang Jennifer pegang karena ia adalah satu-satunya wanita yang dapat dekat dengan Evan. Kemana dan kapanpun Evan pergi untuk tugas bisnis, pasti Jenifer selalu membayanginya. Selain menjadi asisten pribadi, Jennifer juga merupakan adik dari Bryan Drake Enderston, yang notabene sahabat sekaligus Manager perusahaan yang di pegang Evan. Betapa bahagianya Jennifer dibayang-bayangi oleh dua pria yang sangat dipuja-puja kaum wanita di kantor. Tapi itu dulu. Sekarang menurutnya posisi seorang asisten personal tidaklah membuat Grace nyaman menjalaninya. Ini benar-nenar melelahkan.
Untung saja tidak akan berjalan selamanya, ia bersyukur Jennifer minggu depan akan kembali bekerja. Dan ia bisa kembali ke posisi sekretaris kantor. Dimana ia tidak akan melayani telepon dan tugas penting yang lansung berhubungan dengan atasannya.
Berbicara telepon, Grace ingat bahwa kemarin ada seorang wanita menelepon dan tidak menitip pesan apapun padanya. Hanya memintanya untuk mengabari Evan bahwa wanita itu menelepon.
Grace sedikit bingung dengan itu. Pasalnya, jika itu berhubungan dengan bisnis maka ia akan menelepon ulang atau mengirimkan email. Tapi wanita itu tidak. Sebenarnya siapa dia?
"Sir, saya ingin mengabarkan bahwa-"
"Oh ya. Bagaimana kabar proyek yang ada di Manhattan, apa Bryan sudah memberi kabar?"
Baru saja Grace ingin membicarakan mengenai masalah wanita itu. Tapi ucapannya harus terpotong.
"Ya, sir. Semua berjalan lancar, hanya ada beberapa masalah mengenai distribusi barang, tapi itu sudah terselesaikan"
Evan mengangguk mendengar penuturan asisten penggantinya itu. Tiba-tiba ponsel dalam saku jasnya bergetar. Ia mengangkat panggilan dari Bryan.
"Hallo Bryan. Apa ada masalah?"
"Hallo Evan. Ya! ada sedikit masalah dengan dirimu. Sebaiknya kau sedikit mengendorkan sarafmu dari segala tekanan kantor. Oh ya ampun! Aku menelponmu bukan untuk membicarakan pekerjaan. Santailah sedikit!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Allena Roseline
RomanceMeninggalkan masa itu, menguburnya sangat dalam dan menutupnya dengan rapat bisa membuatku sedikit bernafas, mampu melupakan rasa sakitnya dan mempunyai harapan untuk bisa hidup selayaknya manusia. Bahagia. Tapi bagaimana jika cintalah yang menuntun...