awal kebencian

34 3 0
                                    

Vote dan komennya yaaa....

"Sttt, diss..gladis". panggil zacky yang duduk di depan Gladis disaat ulangan berlangsung.

"Apa njing!! brisik ae lu dari dulu, diem dulu apa gw lagi mikir nih"

"Lu bisa mikir nyet?bukannya otak lu disewa ama Natasha??". sahut zacky dengan cengiran lebar serta tawaan dari Faiz.

Gladis yang mendengar suara tawaan ka Faiz pun tersentak dan menoleh ke depan. ka Faiz yang sedang menghadap serong kebelakang langsung menemukan sepasang mata indah milik Gladis. Gladis yang tersadar akan tatapan dirinya dan Faiz terlalu lama menoleh kearah lain karna merasa grogi saat bertatapan. Dan Faiz pun beralasan untuk meminjam penghapus ke Fajar yang duduk disebelah Gladis.

Sejak terjadinya tatapan tadi Gladis menjadi kurang konsentrasi untuk berpikir dan Zacky pun tidak menoleh kebelakang untuk meminta jawaban, karna Faiz memberi tahu cara menyelesaikan soal Zacky.

"Dek, kok belum selesai?dikit lagi mau dikumpul loh". tanya ka Putra yang ada disebelah Gladis.

"Eh..emmm..iya kak,lagi mikir". Gladis merutuki kelakuannya karna melamun saat ulangan matematika yang susahnya minta ampunnn.

"Sini kakak bantuin".

"Lah emang kakak udah selesai?ntar saya malah susahin kakak dah". jawab Gladis gugup kaya orang ketangkep maling mangga.

"Udah dong. Sini soalnya".

Dan di kerjakanlah sisa ulangan Gladis dengan Putra.

Selagi ka Putra mengerjakan ulangan milik Gladis, Gladis  meneliti setiap inchi wajahnya. Wah memang benar Putra memiliki wajah yang manis pantas saja banyak orang yang sangat menggilainya. Alisnya yang tebal, matanya yang hitam pekat, hidung yang mancung, bibir yang penuh, tubuh yang atletis serta kulit yang coklat.

"Nahhh... ini udah, cepet kan?".

"Eh iya kak, makasih kak".  lagi lagi Gladis dibuat kaget.

"Iya sama-sama". Sambil mengedipkan mata kirinya.

Gladis hanya mangap yang melihat kegenitan ka Putra.

----

"Apa maksud elo?". Kata Faiz tegas dan menatap lekat mata Gladis.

"Kakak gak punya hati ya?kak Aldo itu sampai gak masuk gara-gara kemarin kakak pukulin". Jawab Gladis gugup.

Faiz menundukkan wajahnya agar benar benar sejajar dengan wajah Gladis. "Jadi, buat apa gw minta maaf ke Aldo kalo dianya gak masuk".

"Tapii..".

Ucapan Gladis terhenti ketika suara speaker memanggilkan nama Faiz yang dipanggil ke ruang bk.

"Apa lo yang mengadukan ke ruang bk?". Tebak Faiz dengan tatapan yang mematikan.

Gladis tidak dapat menjawabnya dia hanya menggeleng karna memang benar bukan dialah yang melaporkannya ke guru bk.

"Saya minta maaf". Ucap Faiz dengan keterpaksaan.

Pak Herry memandang Faiz dan tersenyum meremehkan. "Yakin kamu akan meminta maaf? Kok gak tulus gitu ya?".

"Terserah apa kata bapak. Tapi ini semua bukan salah saya semua". Desah Faiz yang merasa di teror.

"Kamu mendapat skorsing selama tiga minggu". Ujar pak Herry.

"Yahh pakk kok gitu? Terus nanti kalo nilai saya kosong gimana?". Jawab Faiz yang tak terima.

"Mmmm... kalau begitu kamu ikut ke tim karya ilmiah (K.I)".

"Hah??!". Teriak Faiz.

"Kalau kamu tetap gak mau bapak akan menambah skorsing sampai satu Bulan". Tegas pak Herry.

"Yasudahlah". Ucao Faiz pasrah. Karna tidak ada pilihan lain.

"Sudah sana kembali istirahat dan jangan lupa sepulang sekolah masuk kelas karya ilmiah".

"Baik pak".

Faiz menggerutu dan memaki Gladis. Karna menurutnya Gladi lah yang menyebabkan dirinya masuk ke dalam kelas ilmiah itu.

---

"Kamu gak punya kerjaan lain apa selain mainin hape setiap saat?". Teriak mamah Gladid yang berdiri di depan pintu kamar.

"Hmmm". Gumam Gladis.

"Yaampun nak.. kamu mau makan apa nak?". Tanya mamah Gladis.

"Mie goreng yang di depan aja".

"Kamu makannya mie terus, kamu itu masih muda makan yang sehat jangan mie terus". Oceh mamah Gladis.

"Mah, sampai saat ini aku gak punya penyakit apapun dan sampai saat ini aku bisa napas, jalan, mikir, dsb jadi mamah tenang aja". Oceh Gladis yang tak mau kalah dengan sang mamah.

"Masih ada yang kurang".

"Apa?".

"Otak kamu?". Tawa mamah hingga terbahak-bahak.

"Yeehhh...". Gladis pergi ke kamar mandi untuk mencuci kaki, tangan dan wajah dan untuk pergi melihat mamahnya yang sangat bahagia anaknya dibully.

Sejak kepergian papahnya, Gladis sekarang hanya tinggal bersama mamahnya. Mamahnya bekerja menggantikan posisi papah yang memiliki perusahaan besar. Jadinya sang mamah sering pulang hingga larut dan bahkan pergi keluar kota karna kesibukannya. Sebenarnya dulu mamah tidak diperbolehkan bekerja lagi setelah menikah, tetapi apa boleh buat? Keaadaan perusahaan semakin memburuk tanpa adanya pemimpin dan mamahlah yang sekarang memimpin dan menungguku agar dapat meneruskannya.

Walaupun mamah sudah tak muda lagi, tapi dia masih memiliki wajah yang masih cantik dan anggun. Selain itu mamah juga memiliki otak yang cerdas, berpengetahuan luas dan ahli dalam menarik perhatian dibidang bisnis. Gladis terkadang merasa tidak tega bila mamah sendirian karna sudah cukup papahnya yang meninggalkan mereka terlebih dahulu.

"Mamah mau makan apa?".

"Soto ayam kayanya enak, kamu mau masak?". Ucap mamah dengan muka seperti anak yang ileran.

"Gak. Udah beli. Mana mungkin aku masak seperti itu mah". Jawab Gladis yang pasrah karna tidak ahli dalam bidang masak.

"Huuhhh.. yasudah ayok makan".

Gladis mengikuti mamah yang ke meja makan dan memakan malam bersama.

Please Love MeWhere stories live. Discover now