"Shadana, Kavil, bangun! Matahari sudah mendahuli kalian!" teriak Naina dari balik pintu kamar adiknya. Kamar yang berdampingan.
Padahal, matahari belum sempat menampakkan diri. Tapi Naina, sudah rapi dan menyiapkan sarapan untuk isi rumah itu. Ya, dia tinggal dengan dua adiknya, Kavil dan Sadhana. Juga dengan paman dan bibinya juga anak mereka, Kushi.Paman Naina sendiri saat ini kondisinya sakit, dan tak bisa mencari nafkah untuk anak istrinya. Berhubung dia pernah membiayai sekolah Naina, ketika orang tuanya meninggal. Jadilah Naina sekarang harus menghidupi kehidupan bibi dan sepupunya. Tidak hanya biaya sekolah, tapi makan sehari-hari hingga kebutuhan lainnya.
Meski pekerjaan Naina cukup baik dalam lima tahun terakhir ini, tapi gaji besarnya tak bisa membuatnya hidup mewah seperti teman-temannya yang gajinya lebih kecil darinya.
Namun, Naina tak pernah mengeluh, meski kadang diejek, "Kau kira kau akan jadi Cinderella? Tak ada pangeran yang akan menyukai wanita sudah telat usia sepertimu. Bahkan kau tak ramping seperti Cinderella pun," celoteh tetangga dan teman-temannya kadang menyakitkan.
Namun, untuk apa dipikirkan? Siapa mereka? Mereka bukan Tuhan kan? Tapi sungguh, Naina pun tak pernah berfikir untuk mencari pangeran kaya raya untuk menikahinya. Dia selalu mengatakan, "Ketika kalian sudah mandiri, memiliki penghasilan sendiri. Maka aku akan hidup untuk diriku sendiri, menikmati sisa hidupku dengan caraku. Ada ataupun tidak pasangan disisiku."
Dan sudah dipastikan kedua adiknya akan protes. Meski mereka sadar telah menyusahkan kakaknya, tapi merekapun tetap ingin kakaknya mendapatkan cintanya.
"Tidak ada yang tahu kan? Ternyata tuan Verma menyukai kakak dan menikahimu kelak?" ujar Kavil bergurau. Yang langsung dilempar high heels Naina, diiringi gelak tawa Sadhana dan Kushi.
Hanya bibinya yang tak memiliki selera humor disana, sehingga selalu cemberut dan merasa kurang saja uang yang diberikan Naina. Kavil dan Sadhana sebenarnya bisa saja kuliah sambil bekerja, tapi Naina ingin adik-adiknya fokus.
"Selagi aku mampu membiayai, kalian harus fokus. Aku tak mau usahaku menjadikan kalian manusia-manusia berguna jadi sia-sia karena kalian hanya tergiur dengan penghasilan yang tak sberapa." Katanya saat itu.
Kembali ke seharian Naina, dia sudah rapi di jam enam. Lalu bersiap ke rumah atasannya, Dev Verma. Setiap hari dia akan memulai pekerjaannya dengan menemani tuannya sarapan bahkan fitness. Tentu sambil membahas pekerjaan yang ada. Tidak, dia tak sendirian, ada Amar disana. Asisten Dev juga. Lagipula, Naina bukanlah tipe Dev. Naina dengan tinggi yang hanya 158cm dan berat yang tidak ideal, tentu tak menarik hati sang boss yang sangat suka dengan wanita-wanita berkaki jenjang. Tidak apa, itu bukan petakan untuk Naina. Justru itu berkah, hingga dia tak jadi korban kesepian bossnya, yang kadang berkencan dengan wanita lain karena kesal dengan istrinya.
***
" Pagi Tuan..." Naina tersenyum ketika Dev membuka kamar tidurnya.
"Pagi." Katanya sambil berjalan mendahului Naina. Dia masih bertelanjang dada dan celana piyama panjang juga menjadi kostumnya pagi itu. Naina terus mengikuti kemanapun pria itu pergi. Hingga dia duduk di meja makan. Tampak istrinya Dev Verma, Simran tengah sibuk menyiapkan sarapan untuknya. Tak biasanya.
"Pagi sayang.." sapanya dengan senyuman.
"Butuh berapa milyar?" tanya Dev seolah tahu kenapa istrinya tiba-tiba manis.
"Kau ini." Simran menghampiri dan memijat pundak suaminya yang tampak tak menikmati. Naina hanya mengernyitkan alis melihatnya.
"Pagi tuan." Amar datang, dia mengedipkan mata pada Naina yang disambut manyunan bibir Naina. Ya mereka hanya bercanda sambil meledek boss mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine!
Romance(Sebelum klik baca baiknya follow dulu. Karena ada beberapa yg sudah diprivat hanya bisa dibaca follower) - Sebuah kisah yang berawal dari pertemuan, kebersamaan hingga sikap posesif dari cinta yang disembunyikan. - Dimana kau tak kan mengira ada ci...