BAB 5 : Mungkin Hanya Kebetulan (Bagian 1)

6.6K 303 7
                                    

LEXA POV

Yeah, akhirnya aku bisa terbebas dari tatapan laki-laki itu -eh?-. Aku juga sudah menghadapi semua makul hari ini dan saatnya aku harus kembali ke rumah itu. Pekerjaan sudah menantiku, dan hari ini juga aku akan bertemu dengan pemilik rumah. Aku berjalan menjauhi gedung menuju ke arah gerbang masuk. Selagi menunggu taksi lewat sebuah tepukan di bahu membuatku membalikkan badanku untuk mengetahui siapa yang melakukannya.

"Kau mau pulang Lex?"

"Oh Elena, tidak. Aku sedang ada urusan, jadi aku tidak langsung ke apartemen."

"Butuh tumpangan?. Sebentar lagi Kak Alan akan menjemputku. Mungkin aku bisa mengantarkanmu." Tawarnya padaku. Namun dari kejauhan aku melihat sebuah taksi yang mulai mendekat ke arahku.

"Tidak usah El, aku naik taksi saja." Jawabku sambil menunjuk taksi dengan dagu.

"Baiklah, aku yakin pasti Kak Alan dan kedua orang tuaku sangat merindukanmu. Mereka selalu menanyakanmu, kenapa kau tidak pernah datang lagi ke rumah. Kau tau kan kalau kami sudah menganggapmu sebagai bagian keluarga."

"Tentu aku tahu Elena. Jika ada waktu luang aku akan main kerumahmu bersama Emily, sampaikan salamku kepada om dan tante. Dan katakan pada Kak Alan kalau tidak besok atau lusa untuk datang ke apartemenku untuk makan malam. Ini permintaan dari Emily, dia juga sangat rindu dengan Kak Alan. Kalau kau mau kau juga boleh bergabung."

"Akan aku sampaikan pada Kak Alan dan jika aku tidak sibuk aku juga akan ikut bergabung."

Taksi berhenti tepat di depanku dan aku langsung saja masuk ke dalam taksi.

"Bye Elena."

"Bye Lexa, hati-hati." Kuanggukkan kepalaku dan tak lupa sebuah senyum perpisahan.

"Ke alamat ini ya pak." Kataku sambil menyerahkan secercik kertas kepada supir taksi.

"Baik Non." Jawabnya lalu menyerahkan kembali kertas itu kepadaku. Dan perlahan tapi pasti, taksi mulai melaju menjauh dari gerbang menuju ke arah alamat yang sedang aku tuju.

~♥~

Sampailah aku di depan rumah dengan gerbang yang menjulang sangat tinggi. Kuserahkan beberapa lembar uang kepada supir taksi , lalu ia pergi meninggalkanku sendiri di depan gerbang. Di pos security, Pak Dany sudah tersenyum ke arahku dan kubalas senyumannya lalu langsung berjalan ke arahnya.

"Siang Non Lexa."

"Siang Pak Dany, jangan panggil saya non pak. Panggil aja Lexa, atau nak Lexa."

"Hehe iya nak Lexa. Langsung masuk saja."

Kutinggalkan Pak Dany yang kembali berjaga di pos menuju ke dalam rumah. Dihalaman ternyata ada Luna yang sedang menyiram bunga mawar dan Enzo yang memotong rumput yang sedikit menjulang. Mereka berdua tersenyum ke arahku dan memintaku untuk langsung menuju ke dalam rumah.

Aku sekarang sudah berada di sebuah ruangan yang terdapat beberapa deret loker untuk menyimpan seragam yang dikenakan ketika bekerja. Kubuka loker yang bertulisakan 'LEXA', kuambil seragamku dan menuju ke kamar mandi untuk mengganti baju. Setelah itu aku pergi ke pintu yang menghubungkan langsung ke arah dapur.

"Hay Lex."

"Hay Ros."

Ya, kali ini aku sedang bersama dengan Rosalyn, dia sudah menggunakan aproun lengkap dengan topi koki diatas kepalanya. Aku belum tau dia ingin memasak apa karena dia baru saja memulainya. Tapi jika dilihat dari bahan-bahan yang ia siapkan, seperti masakan prancis.

EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang