BAB 7 : Diluar Dugaan

6.8K 303 16
                                    

LEXA POV

Huftt.. akhirnya aku sudah menyelesaikan pekerjaanku bersama dengan Rosalyn, Enzo dan Luna. Dan kini kami hanya bersantai dan mulai makan makanan yang sempat kami buat sebelum mencuci semua peralatan masak.

Nasi gorenglah yang pada akhirnya kami buat. Walau sederhana tapi kami memasaknya penuh dengan keceriaan. Tak jarang Rosalyn yang selalu beradu mulut dengan Enzo, saling mengejek satu sama lain. Menjadi sebuah hiburan bagiku dan Luna yang menjadi penonton setia mereka. Aku rasa mungkin suatu hari nanti mereka akan menjadi suka satu sama lain –semoga-.

Sempat saat aku pertama kali bertemu dengan tuan dan nyonya ada rasa gugup. Karena mereka berdua seperti selalu melihat kearahku tanpa ada jeda sama sekali. Dan untungnya rasa gugupku itu semakin lama semakin menghilang. Disaat kami tengah saling bercengkrama tiba-tiba Mrs Lea datang menuju kearah kami.

“Nasi Goreng Mrs, kami sudah membuatkannya untukmu.” Tawar Enzo ketika melihat Mrs Lea yang mengambil sebuah piring dessert. Aku tidak tau kenapa Mrs Lea mengambil piring dessert lagi, apakah ada tamu.

“Setelah ini aku akan memakannya Zo. Lexa, nyonya besar ingin bertemu denganmu dan beliau memintaku untuk kau sendiri yang membawakan panna cotta ini kepadanya. Beliau menyukainya Lexa, sangat-sangat menyukainya. Kau berhasil merubah semuanya Lex.” Jawab Mrs.Lea sambil tersenyum bahagia ketika selesai mengatakan perkataannya.

“Ayo cepat bantu aku dan setelah ini akan aku ceritakan kepada kalian semua apa yang terjadi di meja makan tadi.”

Kini aku sudah berada di samping Mrs Lea dan mulai menghias panna cotta dengan strawberry. Sudah aku tebak, tidak akan ada yang bisa menolak kelezatan  panna cotta.

Setelah selesai aku membawanya ke meja makan. Dengan perasaan yang bercampur aduk, aku beranikan diri menuju ke meja makan.

Kulihat tuan yang tengah menyantap makan malamnya dan nyonya yang tengah menatap ke arahku dengan sebuah senyuman. Dan saat itu juga tuan ikut menoleh ke belakang dan menatapku –karena posisi duduk tuan yang membelakangiku-. Aku hanya bisa tersenyum dan meletakkan panna cotta ke meja nyonya besar.

“Aku benar-benar tidak habis pikir. Perempuan sepertimu bisa membuat makanan seenak ini. Aku benar-benar salut nak.” Kata Nyonya Megan -yang aku tau namanya dari Mrs Lea beberapa menit yang lalu- membuka percakapan untuk mencairkan suasana.

“Terima kasih nyonya atas pujiannya. Saya juga tidak habis pikir ternyata nyonya menyukainya.”

“Kamu belajar secara otodidak atau ikut les memasak?" Tanya tuan Melvin yang kini ikut berpartisipasi seperti nyonya Megan.

“Saya belajar memasak dari nenek saya, awalnya kami hanya mencoba-cobanya dan ternyata berhasil.”

“Berarti sudah dari kecil ya. Bisa dibiang bakat kalau begitu.” Sahut nyonya Megan sambil tertawa renyah. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya.

"Oh iya sampai lupa, sebentar tunggu disini ya nak.”

Nyonya Megan beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ke arah tangga besar utama, kemungkinan beliau sedang menuju ke arah kamarnya. Tapi siapa yang tau. Aku menunggu di meja makan bersama dengan tuan Melvin.

EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang