12~here

8.8K 246 7
                                    


Siapa yang Baper mengetahui isi hati Alvis?

Siapa yang Baper mengetahui isi hati Alvis?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvis mengambil sebuah jarum di meja rias. Dia memeriksa apa jarum itu tajam atau tidak. Di ayunkannya jarum itu di lengan kurus sara. Tapi gadisnya tidak mungkin bangun dengan itu. Dia pun mengambil pisau kecil andalannya.
Tetes demi tetes darah keluar dari lengan sara. Apa pria ini tidak memiliki hati? Dia juga tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Sudah cukup bermainnya baby." Alvis menepuk pelan pipi gadisnya. Tubuh gadisnya kian pucat. Ini tidak main-main dia benar-benar pingsan. "Baby ada apa ini? Kau baik-baik saja?" Sekaranglah Alvis mulai panik. Dia semakin keras menepuk pipi gadisnya.

*************************

Sara mengerjap. Pandangannya masih terlihat buram. Apa yang terjadi? Dia tidak ingat apapun. Dia bangkit dengan posisi duduk, tapi kepalanya sangat sakit. Tangannya berusaha menggapai pelipisnya tapi serangan nyeri juga terasa di lengannya. Selang infus dan peban memenuhi pergelangan tangannya. Apa yang terjadi padaku?

Siapa aku? Oh tidak. aku tidak amnesia. Hanya saja kepalaku sangat pusing dan aku tidak bisa berpikir apapun.

Alvis datang menuju ruangan itu. Matanya membulat bahagia gadis yang sangat di cintanya sudah sadar setelah 3 hari lamanya dia tidak sadarkan diri. Dia segera memeluk sara, melepas kerinduan yang mendalam. Beribu kata maaf terlontar dari mulutnya. Tapi sara tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa kau meminta maaf?" Tanya sara dan sesekali ia meringis saat jarum infus di tangannya tergerak oleh dirinya sendiri. "Apa yang terjadi padaku?" Dia bertanya lagi.

"Kau tidur 3 hari. Kau kelaparan. Kenapa kau bisa kelaparan di saat kau selalu makan bersamaku? Apa kau ingin menyakiti diri sendiri?" Terlihat wajah kekecewaan pada Alvis.

"Aku... Mmmpphhh...." Alvis membungkam mulut sara dengan bibirnya yang di tautkan secara sepihak.

Lama, tapi sara hanya meneteskan air matanya. Ia kecewa pada Tuhan yang telah mengembalikannya pada alvis, kenapa tuhan tidak mengambil saja nyawanya.

Sara pov##

Tidak biasanya dia berlaku baik padaku, apa dia gila? Oh tuhan aku sangat benci harus hidup lagi. Kini setelah dia menciumku dia terus memandangi diriku sambil menyuapi bubur kacang padaku. Dia tersenyum, pemandangan yang aneh. Tidak bukan karena itu! Maksudku adalah senyum kali ini... Apa dia bahagia?

Aku tau selama ini aku berlaku lemah padanya, sara yang ia tau adalah sara lemah lembut dan rapuh. Apakah rubah ini harus berubah? Ya itu adalah yang tepat. Alvis Greyson ini tidak tau aku seperti apa.

"Hentikan." Aku menahan lengannya yang sedang memegang sendok. Dia mengerutkan keningnya.

"Ada apa baby?"

"Kau tau. Jika aku sangat membencimu? Ya, tuan pemarah. Kau mengurung diriku, kau berlaku semaunya. Kau pikir aku apa?." Aku bangkit tapi dia malah menahan lenganku. "Ada apa? Apa kau akan melarang ku ke toilet?". Dia segera melepaskan lenganku, wajahnya memerah malu. Oh apa itu, aku memutar bola mataku muak dengan sikap itu.

Aku segera mencuci muka dan menguras kandung kemih yang sudah penuh ini. Tuan Alvis kau sungguh belum tau aku seperti apa.

Aku tertawa beberapa kali di kamar ini. Akhirnya dia pergi jadi aku di tinggal sendiri dengan masih menggunakan selang infus di tanganku.

Ini adalah dua hari aku masih berbaring di tempat ini. Dia si tuan itu juga sering datang kemari dan ya, selalu aku abaikan. Aku hanya makan dan melihat televisi besar di kamar ini. Aku tau mungkin dia tidak akan menggangu ku karena keadaan ku.

Tapi hari ini aku sudah sehat. Aku ingin keluar dari rumah ini. Aku harus membuat si tuan itu bosan padaku.
Aku segera mengenakan pakaian yang bagus dari lemari besar dan mewah. Mini dress cantik berwarna merah muda dan kaca mata bulat cukup untuk penampilanku. Juga tersedia heels dengan berbagai model dan warna, aku heran kenapa ukuran sepatu ini semua sama dengan ukuran kakiku.

Rumah ini sangat besar, dimana aku harus mencari si tuan Alvis itu. Jangan bilang jika dia sedang menyiksa seseorang. Dia sangat kaya dia juga sering menyiksa orang tapi apa pekerjaannya dan apa statusnya di masyarakat hingga mereka begitu takut pada Alvis. Tapi akhir-akhir ini dia tidak pernah kasar lagi padaku.

Aku membuka pintu kamar ini dan Yap, para pria besar sudah menungguku di luar. "Nyonya, anda mau kemana?" Tanya dua bodyguard itu sambil melempangkan tangannya di depanku.

"Aku ingin berbelanja. Minggir!" Kataku ketus. Aku hanya ingin membuat mereka dan Alvis melepaskan ku dengan cara ini, aku harus membuat mereka muak.

"Tidak bisa, nyonya harus izin terlebih dahulu dengan tuan". Kata salah satu bodyguard itu.

"Baiklah, dimana dia?". Tanyaku dan kedua bodyguard itu langsung menuntunku ke ruangan Alvis.

Aku berjalan menyusuri halaman belakang, entah kenapa dia berada di sana.
Dari kejauhan aku sudah melihat sosok yang berambut putih sedang bercocok tanam. Aku makin berjalan cepat kearahnya hingga aku pun sudah berada di belakangnya. Dan dengan pelan dia mengarahkan pandangannya pada diriku.

"Baby, kau kemari?" Katanya sambil tersenyum kearah ku.

Aku tidak menjawab dan ku ubah wajah ini seketus mungkin. Tapi aku tertarik dengan apa yang sedang di tanam oleh Alvis. Tanganku berusaha menggapai bibit tanaman itu, tapi Alvis menepis tanganku. Mataku membelak kearahnya.

"Kau tidak memakai sarung tangan, ini adalah urushiol, hanya menyentuh daunnya kau akan merasakan gatal-gatal selama tiga hari". Kata aldrich sambil memakaikan sarung tangan padaku.

Mulutku terbuka lebar, untung saja Alvis mengentikan tanganku yang nakal ini.

Dengan segera aku melepaskan sarung tangan yang baru saja Alvis pakaikan. Alvis menatap diriku binggung.

"Kau mengurung diriku. Aku bosan, aku ingin berbelanja". Kataku, mungkin aku terlihat seperti manja, Ohh apa yang aku lakukan?

Alvis mengerutkan keningnya,"berbelanja? Kau hanya boleh pergi bersamaku". Katanya lalu pergi begitu saja meninggalkan diriku di halaman.

Aku menghentakkan kakiku kesal, lalu berlari menuju kamarku. Bodyguard yang menjagaku ikut berlari pula mengikuti kemana aku pergi.

Aku memandangi tubuhku di depan cermin besar di nakas. Kulitku semakin bercahaya, wajahku merona. Padahal aku merasa tertekan disini. Pakaianku selalu bagus disini. Selalu ada pelayan yang membantuku menyiapkan pakaian, makeup, makanan, semuanya. Aku seperti tuan putri. Pria itu sangat kaya.

"Nona, tuan menunggu di meja makan". Suara seorang wanita berbicara denganku, aku menoleh dan mendapati seorang pelayan cantik berdiri di depan pintu.

"Iya, aku akan kesana".

Aku memoles tint di bibirku lalu berjalan keluar kamar, dan seperti biasa bodyguard itu mengawalku kemana saja.

Dari kejauhan aku sudah melihat pria itu sedang makan dengan khidmat. Aku duduk tepat di depannya masih dengan wajah ketus.

"Makanlah dan jangan memasang wajah seperti itu, kita akan pergi berbelanja setelah makan".

Aku terkesiap saat mendengar itu. Entahlah aku merasa sedikit senang. Mungkin aku bisa memeras banyak uangnya.

To be continued...

Sorry aku baru up, soalnya imajinasi aku lagi keceng²nya sama my Plot twist 😂 jgn lupa votmen ok.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang