To Liong To/ Thio Boe Kie 1 - 10
KISAH MEMBUNUH NAGA
MUSIM semi gembira-ria,
Setiap peringatan Han-sit,
Bunga Lee-hoa mekar semua.
Sutera putih licin,
Bau harum bertebaran,
Pohon2 bagaikan giok,
Tertutup salju berhamburan.
Malam yang sunyi,
Sinar yang mengambang,
Cahaya, yang dingin.
Diantara bumi dan langit,
Sinar perak menyelimuti semesta a1am.
Ah, dia bagaikan Dewi dari gunung Kouwsia,
Bakatnya cerdas dan suci,
Wataknya agung dan murni.
Laksaan sari bunga besar kecil tak ketentuan,
Tapi siapa berani mengatakan, dia tak
berendeng dengan bunga2 kenamaan?
Jiwanya gagah,
Kepintarannya berlimpah2,
Sesudah rontok, semua sama.
Maka itu, dia pulang kekeraton langit
Guna melihat keindahan nan ABADI.
Sajak diatas sajak "Boe siok liam" (Cita2 hidup bebas dari segala keduniawian), adalah uah kalam seorang ahli silat ternama dijaman Lan-song (kerajaan Song Selatan). Orang itu she Khoe bernama Cie Kie (Kee) bergelar Tiang coen coe, salah seorang dari Coan cin Cin Cit coe (Tujah Coe dari agama Coan cin kauw)
Dalam sajak itu Khoe Cie Kie bicara tentang bunga Leehoa. Tapi sebenarnya, dalam melukiskan keagangan bunga Leehoa, is ingin memberi pujian kepada seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian serba putih. la membandingkan wanita itu seperti "Dewi dari gunung Kouw sia, bakatnya cer dasdan suci, wataknya agung dan murni." Ia memujinya sebagai manusia yang "jiwanya gagah' kepintarannya ber-limpah2."
Siapakah wanita yang mendapat pujian sedemikian tinggi dari seorang, beribadat yang berilmu itu ?
Ia adalah Siauw Liong Lie, seorang jago betina parte Kouw bok pay ( parte Kuburan tua). Ia suka mengenakan pakaian serba putih, sehingga se-olah2 pohon giok yang tertutup salju
Dengan sifat2nya yang bersih dingin is se-akan2 sinar rembulan yang menyelimuti semesta alam dengan sinarnya yg teduh dan dingin.
Waktu masih berdiam di Ciong Lan Sam Siauw Liong Lie pernah jadi tetangga Kho Cie Kie dan sesudah melihat gadis itu yang elok luar biasa. Cie Kie segera menulis sajak "Boe siok-liam" untuk memujinya.
Tapi sekarang Kho Cie Kie sudah lama meninggal dunia, sedang Siauw Liong Lie pun sudah menikah dengan Sintiauw Tayhiap Yo Ko.
Akan tetapi, pada suatu hari, dijalanan gunung Siauw sit san, di propinsi Holam, terlihat
seorang gadis remaja yang sedang berjalan sambil menundukkan kepada dan menghafal sajak "Boe siokliam."