To Liong To/ Thio Boe Kie 21 - 30
Song Wan Kiauw adalah kepala dari Boe tong cit hiap dan namanya telah menggetarkan seluruh Rimba Persilatan. Bagi ahli silat yang biasa untuk menemuinya saja, sudah bukan gampang. Dalam beberapa tahun yang belakangan, baru Boe tong Cit hiap mulai menerima murid. Tapi dalam penerimaan murid itu selalu dilakukan pemilihan dan penyaringan yang sangat keras. Hanyalah orang orang yang berbakat dan beradat baik barulah di terima menjadi anggauta Boe tong pay. Siang Gie Coen adalah seorang anggauta "agama" sesat. yang dipandang jijik oleh masyarakat seumumnya. Maka itu tawaran Thio Sam Hong merupakan juga rezeki luar biasa pemuda itu.
Tapi, diluar dugaan, Gie Coen menjawab dengan sikap hormat: "Bahwa aku, Siang Gie Coen telah mendapat penghargaan yang begitu tinggi dari Thio Cinjin, bukan main rasa terima kasihku. Akan tetapi, sesudah menjadi anggauta Beng kauw seumur hidup aku tak berani membelakangi agamaku itu"
Sam Hong coba membujuk lagi, tetapi pemuda itu tetap menolak dengan hormat dan tegas. beberapa saat kemudian, dengan rasa menyesal, ia lalu mendukung Boe Kie seraya berkata: "Kalau begitu, biarlah kita berpisahan disini saja," Dalam kata-kata perpisahan itu, ia malah tidak mengucapkan perkataan, "sampai bertemu lagi," yang lazimnya digunakan.
Sebelum tuan penolong itu meninggalkan perahu, sekali lagi Siang Gie Coen menghaturkan terima kasih dengan berlutut.
"Thio Toako," kata si nona cilik kepada Boe Kie, "setiap hari kau harus makan kenyang kenyang, supaya Loo too-ya jangan jengkel."
Air mata Boe Kie lantas saja mengembang dan dengan suara putus-putus ia menjawab: "Terima kasih untuk kebaikanmu.... Tapi aku hanya bisa makan nasi beberapa hari saja."
Bukan main rasa dukanya kakek guru itu. Ia mengangkat lengannya dan menggunakan tangan jubah untuk menyusut air mata cucu muridnya.
"Apa?" menegas Tit Jiak dengan suara kaget "Kau...kau..."
"Nona kecil, hatimu sangat mulia," kata Sam Hong, "Aku mendoakan supaya dibelakang hari kau jalan dijalanan yang lurus"
"Terima kasih atas nasehat Loo too-ya," jawab Cioe Tit Jiak.
"Thio Cinjin," tiba-tiba Gie Coen berkata, "kau memiliki Lweekang dan kepandaian yang sangat tinggi. Biarpun luka saudara kecil itu sangat berat, aku percaya kau akan dapat menyembuhkannya."
"Benar," kata Sam Hong yang tanpa dilihat Boe Kie, sudah menggoyangkan tangan kirinya sebagai keterangan kepada Gie Coen, bahwa lukanya bocah itu tidak dapat diobati lagi.
Gie Coen terkejut. "Thio Cinjin," katanya pula, "aku sendiri telah mendapat luka yang sangat berat dan sekarang aku justeru ingin meminta pertolongan dari seorang tabib malaikat. Mengapa Thio Cinjin tidak mau mencoba-coba?"
Thio Sam Hong menundukkan kepala. "Semua pembuluh darahnya telah terbuka, sehingga racun dingin bisa membuyar dan masuk kedalam perutnya," katanya dengan suara perlahan. "ia tidak akan dapat disembuhkan dengan memakai obat biasa dan didalam dunia, tak seorangpun bisa mengobatinya."
"Tapi," kata Siang Gie Coan, "tabib malaikat yang dimaksudkan olehku memiliki kepandaian luar biasa tinggi, sehingga kata orang ia malah mampu menghidupkan mayat."
Sam Hong terkejut dan mendadak saja, ia ingat satu orang. "Apakah yang dimaksudkan olehmu bukan Tiap-kok Ie sian?" tanyanya.
"Benar," jawabnya. "Kalau begitu, Tootiang pun mengenal Ouw Soepehku."
Guru besar itu kelihatan agak bersangsi. Memang sudah lama ia mendengar nama Tiap kok le Sian Ouw Ceng Goe yang dipandang rendah oleh orang Rimba Persilatan. Ia mempunyai adat yang sangat aneh. Kalau orang yang sakit atau terluka anggauta "agama"nya, ia segera menolongnya dengan sepenuh tenaga tanpa mau menerima bayaran apapun jua. Tapi, kalau yang memohon pertolongan bukan pengikut "agama", biarpun dibayar dengan laksaan tail emas, ia tak akan meladeni.