PROLOG

69 4 2
                                    


LEADER

Brakk!!

Anak lelaki itu menendang perut pria tersebut sampai menghantam tumpukan kotak kayu yang berada dua meter dibelakangnya.

"Bodoh!" teriaknya sambil memukul kepala pria itu dengan botol kaca "Bagaimana bisa polisi mengikutimu?!" pria itu tak bisa berkutik, hampir tak sadarkan diri. Semua orang yang ada di ruangan itu juga tidak berani berkata apa - apa, hanya menyaksikan pemandangan tak manusiawi tersebut. Ruangan kosong di ruko terbengkalai, markas darurat mereka.

Anak lelaki itu masih muda, umurnya jelas belum sampai dua puluh, namun dia bisa membuat ngeri orang - orang dewasa di sekelilingnya sekarang.

"Boss!" teriak seorang dari mereka takut - takut, "Boss harus pergi sekarang, polisi sebentar lagi sampai!"

"Baiklah. Semua bersiap pergi." perintah anak itu. "Dan kau, sampah," dia menarik kerah baju pria tak berdaya itu "tinggal disini. Aku tidak peduli polisi - polisi itu akan berbuat apa padamu, tapi kalau kau membeberkan sedikit informasi saja, aku pastikan kau mati ditanganku." katanya lalu melayangkan tamparan ke pipi pria itu.

"SEMUA BERANGKAT!"

"SIAP"

***

Selama perjalanan tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Di tengah malam yang sepi seperti saat ini hanya deru mesin mobil yang terdengar.

Tiba - tiba lampu merah - biru terlihat dari spion dan suara sirine khas mobil polisi terdengar.

"APA?! Tidak mungkin! Bagaimana bisa kita terlacak polisi?!" semua orang terkejut bahkan sang pemimpin pun panik. Namun sial, mobil - mobil polisi bukan saja datang dari arah belakang, melainkan dari arah depan, memblokir jalan mereka.

"SIAL!! SEMUANYA KELUAR DARI MOBIL!" teriak si bos sambil membuka pintu mobil. "LA-"

"JANGAN BERGERAK!" salah satu polisi sudah menodongkan pistol ke arahnya. Polisi - polisi tersebut rupanya bergerak lebih cepat, satu per satu anak buahnya ditangkap dan diamankan.

"Menghadap ke mobil!" perintah polisi itu. Tak bisa lari, bahkan sang pemimpin pun memilih menyerah.


YOUNG MASTER

Kelap - kelip lampu dan hingar - bingar musik Industrial memenuhi udara di lantai dansa yang juga penuh dengan manusia. Suasana yang disenangi anak - anak muda di tempat itu. Kehidupan malam yang didambakan kaum muda. Kesenangan duniawi sesaat.

Jauh dari tempat itu, ruangan yang didominasi warna merah dengan perabot yang sangat mewah. Sayup - sayup masih terdengar suara musik disko karena pintu ruangan kedap suara itu sedikit terbuka. Seorang laki - laki duduk di sofa yang dilapisi kulit harimau asli. Dibalik katacama hitamnya, Ia menerawang, entah apa yang dipikirkannya.

Seorang pria paruh baya membuka lebar pintu ruangan itu, "Tuan, klien anda sudah menunggu."

"Baiklah, akan kutemui mereka." jawab laki - laki itu santai.

***

Setelah dibukakan pintu oleh penjaga, laki - laki itu langsung menyambut tamunya.

"Selamat Malam Tuan - tuan. Selamat datang di istanaku." sambutnya sambil membentang kedua tangannya.

"Kau tidak terlihat cukup dingin untuk ukuran seorang Caius." kata seorang yang berpakaian berbeda dari yang lain. "Tangkap dia." perintahnya.

Tanpa basa - basi semua "tamu" mulai mengeluarkan senjata lalu mulai mengejar laki - laki itu.

"A-apa - apaan ini? Apa yang kalian-" laki - laki itu bahkan belum menyelesaikan kalimatnya. Mulutnya keburu dibekap dan tangannya ditahan. Lalu diseret keluar dari ruangan.


HEROINE

Angin malam menerbangkan rambut panjangnya. Pakaiannya yang serba hitam menyamarkan eksistensinya di tengah malam seperti sekarang.

"Found him."

Targetnya kali ini tampaknya tidak terlalu berat, tampaknya kliennya kali ini hanya ingin membalaskan dendam pribadi. Menghabisi nyawa orang, itu pekerjaannya. Pengusaha kaya, pejabat pemerintahan bahkan selebriti sekalipun sanggup dikerjakannya. Seramai apapun media mengangkat berita kematian orang - orang tersebut, tak pernah sekalipun aksinya diketahui.

Gadis itu pun bergerak mendekati targetnya ke sebuah lorong gelap. "Dia sedang membelakangiku, kebetulan sekali. Ini tidak akan sulit." pikirnya.

"Kau benar - benar muncul, huh?" tiba - tiba pria itu berbalik menghadapnya "Death God" pria itu tersenyum "Atau harus kusebut Death Goddess?"

Gadis itu terkejut dan refleks melompat mundur, namun Ia malah menabrak sesuatu.

"Ini pembunuh legendaris itu? Hee.. Rupanya dia seorang gadis yang manis." rupanya pria lain sudah berada dibelakangnya, bukan hanya sendiri namun dikawal dengan lima orang lain berseragam militer. Gadis itu refleks menghindar, namun pria itu malah sudah menggenggam pergelangan tangannya.

"Jangan takut begitu, kami tidak akan menyakitimu." kata pria itu sambil tersenyum.

"GAWAT!" batin gadis itu.













***CAUTION***

Prolog ini tidak menggambarkan seluruh cerita.

Blood Stained Youth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang