Sinar matahari menyelinap masuk dari gorden putih, menandakan hari sudah pagi. Orang - orang disini sudah sibuk dengan kegiatan mereka masing - masing. Namun tiga protagonis kita masih belum beranjak dari ranjang masing - masing. Yap, makhluk malam seperti mereka tidak bangun sepagi ini.
George di sisi lain, sudah berada di ruangannya berhadapan dengan tumpukan file yang baru dibawa oleh Heinz.
"Heinz? Dimana mereka?" tanya George.
"Tampaknya mereka masih di kamar mereka, pak." jawab Heinz.
"Pasti mereka masih tidur." George berdiri dari kursinya "Heinz, panggil mereka kesini."
"Baik, pak." Heinz keluar dari ruangan.
George memandang ke luar jendela.
"Mari kita lihat apa guna kalian bagi kami."
***
Heinz berjalan ke koridor kamar.
"Mungkin Kyle dulu, kemudian Devon lalu gadis itu."
Tok..tok..tok..
Heinz mengetuk pintu kamar Kyle, namun tidak ada respon.Tok..tok..tok..tok..tok..
Masih tidak ada respon.Tok..tok..tok..tok..tok..tok..tok..tok..tok..tok..tok..tok..tok...
Heinz kehilangan kesabarannya."Hentikan." seorang laki - laki keluar dari pintu kamar. Kamar sebelah.
"Devon?"
"Ini masih pagi, tenanglah sedikit." kata Devon sambil mengusap matanya kemudian hendak berbalik ke kamarnya.
"Ini SUDAH pagi jangan tidur lagi. George memanggil kalian, bersiaplah selagi aku membangunkan yang lain." perintah Heinz.
"Urgh" Devon berguman sambil bersandar di pintu menahan kantuk.
Heinz membuka pintu kamar Kyle, kemudian masuk ke dalam. Yap, Kyle masih terbaring di ranjangnya.
"Kyle. Kau harus bangun sekarang." Heinz mendekati Kyle.
Heinz mencoba mengguncang badan Kyle, namun sesaat setelah ia mennyentuh lengan Kyle, Kyle malah memukul wajah Heinz.
"Aaaww." pekik Heinz.
"Oh, sori, refleks. Hehe.." kata Kyle sambil bangkit dari tidurnya.
"Owh, lain kali aku tidak mau membangunkan kalian, beresiko sekali."
"Kau bilang sesuatu." tanya Kyle yang masih setengah tidur.
"Tidak." sanggah Heinz "ikut aku, George memanggil kalian."
"Heh." jawab Kyle yang masih memajamkan mata.
Heinz berjalan keluar kamar sambil menyeret Kyle bersamanya.
"Oke, satu lagi." kata Heinz di depan kamar Kiara, diikuti gesture seperti orang hendak mengetuk pintu.
"Tolong jangan ketuk pintu lagi, itu sangat menggangu." protes Devon entah sadar atau tidak.
"Kiara itu perempuan, tidak mungkin aku masuk sembarangan."
Di saat yang sama Kiara membuka pintu dari dalam. "Woaa" katanya terkejut melihat tangan Heinz yang berada beberapa senti dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Stained Youth
FantasyApa yang terjadi ketika kriminal direkrut untuk menangkap kriminal lainnya? Apakah mereka berubah dari setan menjadi malaikat? Atau masih tetap menggunakan otak kriminal mereka? Kisah tiga orang anak muda yang tidak seperti anak muda pada umumnya. B...