6 - Tamu

8 1 0
                                    

2.00

"Boss, ada laki - laki berambut putih mencari anda."

Jangan - jangan...

"Suruh dia kemari."

Kan..

Seorang laki - laki berambut putih memakai kacamata hitam masuk bersama laki - laki tua. Kyle menatap tajam kedua orang itu.

"Bisakah kami bicara empat mata saja?" tanya Kyle mengisyaratkan pria tua itu pergi.

"Tentu." jawab laki - laki berambut putih itu.

"Tapi, tuan." laki - laki tua itu agak ragu.

"Tidak apa - apa, pak Walter. Aku bisa menanganinya sendiri." jawabnya sambil tersenyum misterius.

"Baiklah, tuan." laki - laki tua itu pun undur diri dari ruangan itu.

"Jadi.." Kyle melangkah mendekati laki - laki berambut putih itu, "mau apa kau kesini? Hah? Wahai tuan Caius?"

"Jangan panggil aku seperti itu," kata Devon sambil membuka kacamatanya "Kita sudah terjebak satu sama lain, bukankah lebih baik kita mengakrabkan diri. Bukan begitu, Kyle?"

"Ooh.. bisa juga kau bicara sombong seperti ini? Padahal kemarin kau yang paling ketakutan."

Devon duduk di salah satu sofa. "Tentu saja, siapa yang tidak shock mendengar dirinya tiba - tiba masuk ke organisasi tidak jelas seperti itu."

Kyle tidak merespon, namun dia mengambil tempat dan duduk di sofa seberang Devon.

"Yang tidak normal itu kau dan gadis aneh itu. Kenapa kalian bisa tenang - tenang saja padahal banyak-"

"Kalau kau datang hanya untuk mengeluh lebih baik kau pulang."

"Ooo... Boss kita tersinggung. Tentu saja aku tidak datang untuk itu, sebenarnya aku punya penawaran yang menarik."

Ekspresi Kyle melunak. "Apa?"

Devon meraih saku dalam jasnya kemudian mengambil dua lembar foto berukuran 5R kemudian meletakkannya di meja.

"Dia klienku kali ini." kata Devon sambil mengetuk jarinya pada salah satu foto yang berisi seorang pria tua memakai setelan biru tua. "Kemudian, ini rivalku. Entah bagaimana dia selalu tahu jadwal transaksiku dan berusaha menggagalkannya."

"Lalu?" tanya Kyle makin penasaran.

"Lalu, aku ingin kau menjadi pengawalku."

"Boleh saja. Kapan?"

"Jam 3 hari ini."

Kyle menoleh ke arah jam antik di salah satu sisi ruangan itu. "Sekarang jam 2.15. Kenapa kau baru datang sekarang?"

"Ooh? Apakah itu menjadi masalah untukmu?" kata sambil menyunggingkan senyum.

Kyle ikut tersenyum, "Kau pandai bicara." katanya termakan hasutan Devon. "Ayo berangkat."

***

2.48

Mereka pun sampai ke tempat yang dijanjikan, sebuah gudang tua yang luas di tengah bekas ladang. Masih beberapa menit dari waktu yang sudah disepakati dan keberadaan kliennya juga belum tertangkap mata.

"Hei, sebenarnya apa yang harus kita takutkan?" tanya Kyle pada Devon.

"Sniper." jawab Devon santai.

"Bagaimana caranya aku melawan penyerang jarak jauh?"

"Mana aku tahu, aku yang membayar kenapa harus aku juga yang memikirkannya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood Stained Youth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang