Vote ya jangan lupa, biar semangat nge updatenya:)
****
Sinar matahari memasuki celah-celah gorden kamar Reyna yang di dominasi warna abu-abu dan beberapa poster artis-artis terkenal yang ia idolakan. Jam kamarnya sudah menunjukan pukul 07.00 tetapi gadis itu masih saja bergelung di balik selimutnya. Wajar sih, karena memang hari ini hari minggu dan semua orang tau bahwa hari minggu adalah hari untuk bersantai. Namun gadis itu memiliki jadwal untuk olah raga pagi yang masuk ke dalam 1001 cara diet yang sedang ia lakukan.
Tapi apa daya, seperti ada magnet yang membuat badannya tetap menempel di kasur dengan nyaman.Kring-kring-kring.
Ringtone handphone Reyna berbunyi, menandakan ada seseorang yang menghubunginya. Ia pun berusaha mengabaikan suara telfonnya dengan menyembunyikan kepalanya di balik bantal, berharap agar suara telfon itu cepat mereda.
Namun usahanya sia-sia, si penelpon tak kunjung menyerah. Reyna pun mengerang dan menggerakan tangannya, meraba-raba meja yang berada di samping tempat tidurnya agar menemukan handphonenya. Ia masih sangat malas untuk membuka mata.
Terlalu ngantuk.
Akhirnya ia mendapatkan hpnya. Dan melihat sekilas kearah layar handphonenya, ia masih setengah sadar ketika menekan tombol hijau dan menempelkan handphonenya di telinga kirinya.
"Hm?" Gumam Reyna pada sang penelpon.
"Pagi sahabat gue yang paling catik." Sapa seseorang dengan nada suara yang sangat ceria dan tanpa merasa bersalah sama sekali, Reyna hafal luar kepala suara itu. Suara Darian.
Reyna hanya mendengus. Sementara di seberang sana Darian sedang terkikik geli membayangkan wajah baru bangun tidur Reyna, apalagi kali ini Darian mengganggu tidurnya. Pasti mesem banget, pikik Darian geli.
Darian pun melanjutkan kata-katanya. "Baru bangun ya? Cantik-cantik kok kebo." Dan Reyna hanya memutar matanya geram, berharap Darian tau bahwa apa yang dia lakukan sangat mengganggu. Padahalkan mereka sedang berbicara lewat handphone, mana mungkin Darian melihat reaksinya itu, dasar Reyna bodoh.
"Mau apa nelfon gue?" Tanya Reyna to the point. Malas untuk berbasa-basi karena ingin kembali melanjutkan bobo cantik nya.
"Cuma mau mastiin sahabat tercinta gue udah bangun." Jawab darian santai, sesantai muka Reyna yang langsung berubah semakin bete.
"Lu ngebangunin gue cuma gara-gara itu?" Geram Reyna. "Lu tau gak sih?" Lanjuntnya lagi, sengaja menggantungkan kalimatnya.
"Nggak." Jawab Darian polos, yang dibalas delikan dari Reyna.
"LO ITU UDAH NGEGANGGU MIMPI INDAH GUE TAU. HAMPIR AJA GUE SAMA NIALL JADIAN TAU GAK SIH LO!" Bentak Reyna, ya memang membangunkan Reyna itu lebih seram dari pada ngebangunin singa, dan lo para readers harus mengingat hal itu.
"Haha bisa banget sih lu, un-" Belum selesai Darian berbicara, telfon sudah di putus sebelah pihak oleh Reyna. "-tung lu gak jadi jadian sama Niall re, kalau lu jadian gimana gue bisa berharap jadi pacar lu." Lanjut Darian yang di akhiri kekehan singkat di akhir kalimatnya. Walau begitu, terdengar keseriusan tersendiri dari nada suaranya barusan.
Sebenarnya Darian tau Reyna mau olahraga pagi ini, karena semalam ia melihat post it yang cewe itu tempelkan di kamarnya. Tapi Darian yakin cewe itu pasti lupa karena ketiduran, dan dugaannya terbukti benar. Makannya dia nelfon Reyna barusan, supaya Reyna nggak lupa olah raga, dan berhasil mencapai keinginannya, yaitu jadi model. Ya walaupun badan Reyna tidak gemuk, bahkan berat cewe itutidak sampai 50 kg, namun Reyna selalu berkata bahwa jika ia ingin menjadi model dia harus lebih kurus lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late
Teen FictionJangan sampai kau baru berani mengungkapkan sesuatu ketika semua hal tidak dapat berubah lagi. Dan ku harap kau memang tidak terlambat.