Hai jangan lupa vote ya:)
****
Darian mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai. Sedari tadi ia menyender di dinding depan toilet cewe, menunggu Reyna keluar.
Tadi ketika sedang makan bareng Anin di kantin, ralat, maksudnya terpaksa makan bareng Anin di kantin gara-gara harus diskusi soal projek IPA, tanpa sengaja ia melihat Reyna sedang memperhatikan dirinya. Namun ketika ia membalas tatapan cewe tersebut, Reyna justru balik badan dan berlari menjauh.
Merasa bahwa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu, Darian pun langsung berlari menyusul Reyna. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Reyna masuk ke dalam toilet cewe. Dan ia pun menunggu sahabatnya itu di depan pintu toilet cewe.
Sudah sekitar 15 menit Darian berdiri di depan pintu toilet, namun Reyna tak kunjung keluar. Ia pun mulai berifrasat buruk.
Bayang-bayang tentang Reyna yang terkunci di dalam toilet, berantem dengan cewe lain, atau mungkin membolos muncul di benaknya. Namun segera ia hilangkan karena menurutnya hal itu terlalu lebay, dan juga Reyna bukan tipe cewe yang suka bermasalah dengan orang lain.
Darian pun terus menunggu. Sesekali ia bertanya kepada anak-anak cewe yang baru keluar dari toilet apakah melihat Reyna di dalam, namun semua cewe yang di tanyanya itu menjawab dengan satu jawaban, yaitu tidak. Mereka juga berkata bahwa ada salah satu pintu yang tertutup, tapi tidak tau siapa yang ada di dalamnya.
Entah karena kesabarannya sudah habis atau merasa firasat buruknya benar, Darian pun langsung masuk ke dalam toilet.
Cowo itu sama sekali tak mempedulikan pendapat orang bila melihat dirinya masuk ke toilet cewe. Yang ada dipikirannya cuma Reyna.
Darian pun menghampiri pintu yang tertutup tersebut. Ia coba dorong pintu tersebut, tapi ternyata pintu tersebut terkunci dari dalam. Darian pun mundur beberapa langkah dan mencoba mendobrak pintu tersebut, namun pintu tersebut tidak terbuka juga. Di cobanya berkali-kali, hingga pada percobaan yang keempat, usahanya tak sia-sia. Pintu tersebut terbuka. Dan benar dugaannya.Di lihatnya Reyna terkulai lemas di lantai kamar mandi.
"Re, bangun oy." Di tepuknya pipi Reyna berkali-kali, namun Reyna tak merespon.
Lalu Darian buru-buru mengecek denyut nadi sahabatnya itu, dan dia pun menghembuskan nafas lega ketika mengetahui nadi Reyna masuh berdenyut.
"Pingsan." Darian menggumam.
Tanpa banyak bicara, Darian pun melingkarkan tangan kirinya di lutut Reyna sedangkan tangan kanannya ia taruh di belakang punggung cewe itu.
Ia bersiap berdiri, namun berjongkok lagi. Cukup berat rupanya.
"Berat juga nih orang. Kurusnya fatamorgana doang ternyata." Kekehnya. Lalu ia berdiri lagi. Dan berjalan keluar dari toilet cewe menuju UKS.
Murid-murid yang berpapasan dengan Darian di koridor menatapnya dengan pandangan bingung, namun banyak juga yang terpana, tapi tak satupun yang ia hiraukan.
Sesampainya di UKS, di rebahkannya tubuh sahabatnya itu di atas kasur. Hatinya terhenyuk ketika melihat muka Reyna yang sangat pucat. Apa ini karena ulahnya? Ia merasa bersalah karena udah nyuekkin sahabatnya itu dari kemaren hanya karena masalah sepele, cemburu.
Ya, kemaren sebenarnya Darian ingin memberikan bunga mawar putih yang Ibunya titipkan untuk Mamanya Reyna. Dia pun berjalan kearah kelas XII IPA 1 sambil menggenggam bunga tersebut. Senyumnya mengembang, memikirkan reaksi Reyna yang akan salah tingkah ketika di berikan bunga tersebut, padahalkan bunga tersebut bukan untuk Reyna melainkan untuk mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late
Teen FictionJangan sampai kau baru berani mengungkapkan sesuatu ketika semua hal tidak dapat berubah lagi. Dan ku harap kau memang tidak terlambat.