Haii jangan lupa vote dan comment yoo:)
****
Setelah selesai mandi dan memakai baju. Reyna langsung merebahkan diri di atas kasur. Ia tersenyum memandang kearah langit-langit kamarnya yang bercat putih pucat. Tak sedikitpun hatinya tergerak untuk membaca buku atau mengerjakan hal lain selain diam.
Ia pun masih tak bisa mengontrol dirinya ketika mengingat kejadian hari ini, membuat senyum dibibirnya terus mengembang, bisa-bisa rahangnya robek kalau terus tersenyum selebar itu.
Ia terus terdiam dan mulai mengingat memori lamanya dengan Darian ketika pesta ulang tahun ke-16 sahabatnya itu.
Suasana rumah Darian sangat ramai. Di penuhi banyak anak SMA Pelita yang Darian undang ke pesta ulang tahunnya ini.
Semacam pesta anak remaja yang berdekorasi minimalis dan elegan.
Namun dari sekian banyak orang yang hadir, mata Darian masih belum menemukan keberadaan seorang gadis yang menjadi tamu special untuk hari ulang tahunnya.
Darian terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru berharap menemukan batang hidung orang yang ia tunggu-tunggu.
Ia pun melirik jam tangannya dan mendesah pelan. Jam tangannya sudah menunjukan pukul 19.47 dan hal itu berarti pesta sudah berlangsung sejak 47 menit yang lalu dan gadis itu belum juga hadir.
"Dimana sih lu Re." Gumam Darian resah di teras rumahnya sambil mengetuk-ngetukan ujung sepatunya.
Ya, sedari tadi dia menunggu kehadiran Reyna. Darian tidak rela bila Reyna tidak hadir di pestanya. Buat apa dia bikin pesta kalau Reyna tidak hadir? Tujuannya membuat pestakan karena ingin melihat Reyna tampil cantik dengan gaun yang sudah ia pilih dan kirimkan ke rumah sahabatnya itu.
Baru saja Darian ingin balik badan dan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba dia mendengar suara sesuatu jatuh di sertai suara ringisan yang sudah dia kenal. Dia pun membalik kan badannya dan saat itu juga tawanya pecah.
Disana terlihat Reyna sedang terduduk di lantai teras rumah Darian. Dan konyolnya, gadis itu terjatuh karena tepeleset heels-nya sendiri.
Melihat respon yang Darian berikan. Reyna langsung memutar kedua bola matanya.
"Bukannya ngebantuin gue berdiri, malah ngetawain. Dasar satan." Semprot Reyna kesal. Darian pun berjalan menghampiri Reyna sambil tertawa.
"Hm. Bahagia banget ya lu ngeliat gue menderita." Celoteh Reyna lagi.
"Lagian elu kocak banget, masa cewe nggak bisa pake heels sih. Dasar setengah." Canda Darian yang langsung dihadiahi satu jitakan di kepala dari Reyna.
"Enak aja lu."
"Yaudah sini gue bantu." Ujar Darian sambil mengulurkan kedua tangannya. Reyna pun menggamit kedua tangan Darian yang terulur tersebut.
Dan ketika kedua tangan mereka sudah saling terkait, Darian pun menarik tubuh Reyna, untuk membantunya berdiri. Namun karena terlalu kencang menarik, bukan hanya membuat Reyna berdiri, tetapi tarikan Darian tersebut juga membuat tubuhnya dan tubuh Reyna nyaris menempel satu sama lain. Hanya menyisakan jarak 15 cm di antara mereka.
Darian pun menunduk menatap Reyna, dan Reyna juga mendongak menghadap ke Darian.
Mata mereka saling terkunci satu sama lain.
Hening.
Waktu seakan terhenti di antara mereka.
Dan tanpa mereka sadari, mereka berdua sama-sama menahan nafasnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late
Teen FictionJangan sampai kau baru berani mengungkapkan sesuatu ketika semua hal tidak dapat berubah lagi. Dan ku harap kau memang tidak terlambat.