Vomets ya guuuys, biar gue semangat nge publishnya:)
****
Pagi ini keadaan rumah Reyna sangat jauh dari kata damai. Sesekali terdengar suara barang jatuh, umpatan dan juga suara kaki yang berlari-lari kesana-kemari.
Baik mbak Surti maupun Reyna, mereka sama-sama sedang sibuk. Mbak Surti sibuk membuat makanan di dapur, lalu menyetrika baju, dan kembali ke dapur.
Sedangkan Reyna, ia sibuk memakai baju setelah selesai mandi, sebenarnya bukan mandi sih, bahkan tadi dia sama sekali tidak pake sabun, hanya gosok gigi dan cuci muka. Setelah itu dia buru-buru memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan berlari ke dapur untuk sarapan.
Semua kerusuhan ini di karena alarm handphone mbak Surti off yang menyebabkan mbak Surti pun telat bangun dan telat membangunkan Reyna. Dasar.
"Mbak manhua bekhel Reynha." Desaknya dengan mulut yang penuh roti bakar, membuat beberapa serpihan roti muncrat keluar. Iih, jorok.
"Nih, nih." Buru-buru mbak Surti memberikan bekal tersebut kepada Reyna. "Neng perlu mbak Surti pesenin taksi? Dari pada naik angkot, nanti neng telat." Tawar mbak Surti kepada Reyna yang dibalas gelengan kepala oleh Reyna.
Belum sempat mbak Surti menjawab, gadis itu sudah berlari keluar dari dapur dan gadis itu buru-buru memakai sepatu lalu lari ke luar komplek untuk menunggu angkot.
Reyna sampai di tempat menunggu angkot dengan keringat yang bercucuran, padahal jaraknya dekat, namun mungkin karena dia terlalu cepat berlari.
Keseringan lari dari kenyataan sih.
Sudah sekitar 10 menit gadis itu menunggu angkot, namun tak satupun angkot lewat, sekalinya lewat pasti angkot itu penuh.
Reyna mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya dengan ritme cepat.
"Mungkin seharusnya tadi gue ikutin aja sarannya mbak surti." Pikir Reyna dalam hati.
Reyna menengok kearah jam tangannya dengan gelisah. 15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi dan Reyna masih menunggu angkot, gadis itu bergerak-gerak gelisah.
Tin! Tin! Tin!
Semua kegelisahannya pun hilang ketika mobil sedan Darian sudah berhenti di depannya, tanpa permisi Reyna pun langsung membuka pintu dan melompat duduk kedalam mobil. Sedangkan si pemilik mobil hanya geleng-geleng melihat tingkah laku sahabatnya itu.
Sebenarnya hari ini Darian sudah bangun dari pagi, namun dia sengaja berangkat agak siang. Darian menduga kalau Reyna akan telat hari ini karena dia pikir Reyna akan kecapean setelah olahraga kemarin. Dan benar dugaannya, ketika dia lewat depan komplek Reyna. Disana terlihat sahabatnya itu sedang gelisah menunggu angkot yang tak kunjung datang.
"Tumben belum berangkat? Biasanya lu udah berangkat dari pagi." Tanya Reyna yang hanya di balas endikan bahu oleh Darian.
Hening kembali.
"Kok tumben telat Re?" Tanya Darian, berusaha mengganti topik pembicaraan mereka.
"Alarm mbak Surti off, jadi telat ngebangunin gue deh." Jawab Reyna sambil memampangkan wajah bete. Gadis ini memang paling tidak suka telat, dia selalu ingin on time.
Tapi kok doi lu gak pernah peka on time ya Re?
"Biasanya juga bisa bangun sendiri." Yang dibalas endikan bahu oleh Reyna. "Masih ngantuk ya? Nguap mulu." Tanya Darian lagi, kasihan melihat Reyna tak berhenti menguap sedari tadi.
"Capek banget gila, kemaren gue abis olahraga." Reyna kembali menguap. Ia masih benar-benar mengantuk, tubuhnya masih meminta tambahan waktu tidur. "Tapi seru lah, lumayan." Lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late
Teen FictionJangan sampai kau baru berani mengungkapkan sesuatu ketika semua hal tidak dapat berubah lagi. Dan ku harap kau memang tidak terlambat.