2.

21.2K 803 15
                                    

"Tunggu, tunggu... itu Harris!" Teriak Alya dan menyuruh Ahsan untuk segera berhenti dan menghampiri orang yang dimaksudkan Alya.

"Eh? Kenapa? Siapa? Baiklah..." Ahsan yang terlihat bingung itu mau tidak mau mengantarkan Alya kepada sesosok pemuda yang memakai sorban terikat di kepalanya itu.

"Hei Harris! Aku disini!" Tegur Alya.

"Oh? Hei! Darimana saja kau?! Kau tau bapakmu mencarimu, bukan hanya itu, seluruh pondok pesantren juga mencarimu..." tanya Harris dengan heran.

"Maaf, tadi aku mencari topiku..."

"Lah? Lalu, bagaimana jika kau tersandung atau apapun hal yang tak diinginkan?"

"Aku tadi sempat terjatuh..." kata Alya sambil menunjukan kakinya yang dibalut bekas robekan sorban Ahsan.
"Tapi gak papa kok, aku sudah dibantu sama mas ini. Kenalan dulu, gih!"

Mendengar cerita dari Alya, Harris, dengan muka curiga menatap Ahsan. Diselidikinya apakah Ahsan ini adalah orang yang 'kriminal' atau bukan.

"Permisi, nama saya Ahsan, saya tinggal d...." belum sempat melanjutkannya.....

"Alya, ayo cepat. Biar kudorong gerobak tua ini. Semua orang sedang menantimu..." suruh Harris sambil merebut posisi Ahsan yang mendorong gerobak tua itu.

Ahsan yang mendapatkan perlakuan seperti itupun hanya bisa pasrah dan menatap kosong Alya dengan gerobak tuanya dengan pendorong seseorang bernama Harris. Toh, dia juga bukan siapa siapanya, pikirnya. Tetapi, kadang yang bukan siapa siapanya, merasa sakit jika seorang lain mendekatinya...

*********

Ahsan, yang masih belum melupakan kejadian tadi, pulang dengan ingatan penuh. Alya, gerobak tua, dan Harris. Sesampainya di pesantren, Ahsan langsung menuju ke sebuah kolam ikan yang luas dengan gazebo di tengahnya yang dihubungkan dengan jembatan kayu.

"Hei! Melamun apa kau disini?" Kata seseorang menepuk bahu Ahsan.

"Ah! Kamu, Kam. Ndak, saya cuma baru bertemu seorang gadis." Jelas Ahsan.

Ya, temannya yang dipanggil 'Kam' itu bernama lengkap Muhammad Hakam. Mereka sudah menjadi teman semenjak umur 6 dan ayah Ahsan menyuruh Ahsan dan Hakam pergi ke pesantren. Hingga, sekarang mereka berumur 17 tahun, Ahsan akan meninggalkan pesantren, dan tentu saja Hakam mengikutinya.

"Wah! Bertemu gadis? Lalu, siapa itu? Siapa namanya? Kau tau bapaknya tidak?" Tanya Hakam bertubi tubi.

"Ah, kamu! Mau tahu saja. Tetapi, dia mungkin juga tidak peduli dengan saya."

"Lah? Kenapa?" Tanya Hakam yang semakin penasaran sambil duduk di sebelah Ahsan.

"Dia mungkin sudah bersama seorang lelaki lain" ucap Ahsan tertunduk lesu.

"Eiii, siapa tau, dia cuma saudara." Hibur Hakam. Tiba tiba...

"Tidak!" Ucap seorang gadis di belakang Ahsan dan Hakam.

"Utami?! Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Ahsan.

Utami. Seorang gadis cucu dari Kyai. Utami adalah gadis pintar tercantik di pesantren, sesuai dengan suaranya ketika membaca Al Qur'an yang sangat merdu. Ahsan, Hakam, dan Utami sudah seperti keluarga sendiri berhubung Kyai juga menganggap Ahsan dan Hakam sebagai cucunya sendiri.

"Oh, maaf maaf, ndak, aku cuma ingin bilang ke Mas Ahsan kalo saya tadi ndak sengaja ngelihat mas membantu seorang wanita." Ulas Utami.

"Lah, oh iya? Lantas kenapa?" Tanya Ahsan balik.

"Utami heran dengan Mas Ahsan. Apa Mas Ahsan betul betul tidak tahu soal Alya? Utami yakin Mas Ahsan ingin tahu."

"Oh? Apa kau tahu tentang Alya?" Tanya Hakam.

"Tolong ceritakan" suruh Ahsan.

"Ustadz Fatih, ustadz kondang negeri ini, mempunyai beberapa anak. Alya adalah anak kedua, tetapi anak pertama sebagai perempuan. Dia wanita yang cukup populer di kalangan anak muda. Selain karena kecantikannya, kepintarannya selalu membuat dia meraih beasiswa. Yordania sudah ia kunjungi, dan sekarang katanya lagi menempuh pendidikan di Mesir." Jelas Utami.

"Wah, jadi begitu? Pintar sekali, kau Utami." Puji Hakam.

"Mangkanya, Mas Hakam banyakin baca."

"Oh, jadi begitu... seperti bidadari saja."

Ahsan, yang mendengar cerita dari Utami pun semakin kagum terhadap sosok yang dianggapnya sebagai bidadari itu.

"Ah, tapi, apa daya. Saya hanyalah seperti seekor semut yang ingin menggapai kupu kupu yang terbang." Ucap Ahsan dengan pesimis.

"Ah, tapi, bagaimana dengan Harris?" Tanya Hakam.

"Ah, soal itu, Utami lupa apa tulisan lengkap yang ada di koran. Tapi Utami ingat satu kata."

"Apa itu?" Tanya Ahsan.

"Seperti calonnya atau semacamnya."

CALON?

Sejuta Langkah [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang