help me please//cake

36 8 15
                                    

Aku membenci dia

Aku sangat membencinya

Calum

I hate him.

Dia selalu mengusiliku. Aku tak tau letak kesalahanku dimana. Tapi dia selalu mengejek dan mempermalukanku di depan umum.

Ya

Tentu saja aku pernah berusaha membalasnya. Tapi kekuatanku kalah jauh dibandingkannya. Mungkin karena usiaku dengannya yang berselisih 3 tahun. Dia berumur 13 tahun, sementara aku cuma 10 tahun.

Auuh sakit!

Biar kutebak itu pasti Calum

And yeah i'm right.

Saat aku berbalik ternyata ada Calum yang sedang berlari menjauhiku dan kemudian berhenti dan mulai tertawa terbahak-bahak. Sudah jelas dugaanku, dialah yang telah menyelengkatku. Dia memang manusia terjahil yang pernah kutemui. "Jatuh ya, Jo? Mau nangis? dasar cengeng" dia mengejekku. Dia bahkan menjulurkan lidah dan kemudian memamerkan bokongnya dengan maksud mengejekku.

Dia sangat jahat. Lihat saja mungkin suatu hari nanti Tuhan akan marah padanya dan ia masuk ke dalam api neraka yang panas, seperti kata Ms.Merry--guru sekolah mingguku.

"Awas kamu ya!" Aku langsung berlari mengejarnya. Dia juga berlari. Tapi langkah kakinya sangat lebar. Sepertinya aku tak kuat mengejarnya. Ia terlalu cepat.

"Coba aja kejar gue kalo bisa" ejek Calum sambil mengulurkan lidahnya seperti anjing. Well, aku suka anjing, tapi tidak untuk yang satu ini.

"I hate you, Calum" aku berteriak kepadanya, berusaha mengeluarkan seluruh kekesalanku padanya lewat teriakan itu.

Awalnya ia memasang ekspresi terkejut. Namun ia kembali tersenyum dan malah tertawa lagi. "I hate you too" jawabnya.

Jesus Christ! I really hate this guy. Ingin rasanya aku meremas wajahnya dan mencakarnya. Aku seakan mau meledak.

"Kenapa kamu selalu usil ke aku. Salah aku apa?!" Aku bisa merasakan wajahku memerah. Aku menahan air mataku yang mau keluar. Aku serius. Awalnya memang ia sering mengusiliku dan aku tetap menganggap itu biasa. Namun lama-kelamaan ia makin keterlaluan. Aku sudah marah tapi ia malah tertawa. Sekarang aku sama sekali tidak menganggap ini lucu. Jangan melihatku seperti gadis kecil yang sangat cengeng, anak manja, dan sensitif. Jika kalian berada pada keadaanku sekarang pasti kalian akan merasakan hal yang sama denganku.

Aku meninggalkannya. Karena aku tahu kalau jika kita waras, kita tidak perlu mengejar orang gila. Lalu aku memutuskan untuk pergi ke rumah pohon--tempat favorite ku--yang tempatnya tak jauh dari rumahku.

Tiba-tiba aku mendengar suara orang. "Kamu kenapa, Anna?" Itu pasti Luke--tetanggaku yang baru. Nama asliku sebenarnya Joanna. Tapi Luke mau memanggilku dengan Anna saja. Agar mirip dengan nama mantan kekasihnya. Aku tidak keberatan sih kalau ia memanggilku seperti itu. Ayolah itu hanya panggilan biasa. Dan aku juga tidak begitu peduli kalau ia berusaha membuat namaku mirip dengan mantannya.

"Aku gak apa-apa, Luke" jawabku dengan senyum.

"Mau bermain?" Tanya Luke. Sebenarnya umur Luke sudah 19 tahun tapi ia masih mau bermain denganku. Mungkin lebih tepatnya menemaniku bermain, seperti berkeliling, curhat, dan lain-lain, bukan dalam artian bermain masak-masakan.

"Ayo Luke! Gimana kalau kita main di rumah pohon?" Ajakku.

Jujur saja, Luke belum pernah pergi ke rumah pohon. Padahal ia selalu melihat rumah pohon yang sengaja dibuat ayah untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cry and Smile [5sos]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang