Buku 401
Membangun Armada Laut Yang Kuat bagi Mataram
DENGAN sigap Ki Lurah Suprapta menghindari semua serangan orang yang bermata juling dan berambut keriting. Namun Ki Lurah tentu saja tidak mau menjadi kantong pasir yang diam saja diserang bertubi-tubi seperti itu. Sambil menghindari serangan yang membabi buta itu, Ki Lurah pun dengan gencar balik menyerang lawannya.
Sebuah tendangan mendatar yang mengincar dadanya dengan cepat bisa dihindarinya, lalu Ki Lurah pun membalasnya dengan sebuah tendangan beruntun dengan kaki kiri dan kaki kanan. Orang yang bermata juling itu pun terjengkang ke belakang ketika tendangan Ki Lurah Suprapta menghajar pundaknya.
Orang berwajah kasar dan bermata juling itu mengumpat-umpat kasar ketika pundaknya terasa nyeri. Ia pun segera surut selangkah lalu mempersiapkan diri menghadapi serangan Ki Lurah yang datang membadai seperti burung sikatan yang menyambar belalang. Namun agaknya ilmu olah kanuragan orang yang berwajah kasar dan bermata juling itu hampir setingkat lebih rendah daripada ilmu olah kanuragan Ki Lurah Suprapta.
Setiap kali mendapat serangan yang cepat dan keras, orang bermata juling itu kesulitan untuk menghindari serangan lawannya. Sebuah tendangan yang kuat dan cepat telah menyambar lambungnya. Orang bermata juling itu surut selangkah dan jatuh terbanting ketika Ki Lurah Suprapta mengejarnya dan memukul dagunya dengan sisi telapak tangan kanannya.
Ki Lurah membiarkan orang bermata juling itu dengan tertatih-tatih bangun dan bersiap menyerang kembali.
Sementara itu di arena pertempuran lainnya, Ki Lurah Darma Samudra menghadapi orang yang tinggi kurus dan luka di pipinya. Orang yang tinggi kurus itu bertempur sambil mulutnya berteriak-teriak kasar.
"Apakah mulutmu tidak bisa diam" kata Ki Lurah.
"Persetan"jawabnya sambil menyerang dengan tinjunya menyambar kening. Ki Lurah mundur selangkah sambil menundukkan kepalanya.
"Siapakah sebenarnya kalian?"tanya Ki Lurah sambil menghindari serangan lawannya. Ki Lurah segera bersiap-siap menyerang kembali menghadapi serangan lawannya yang kasar itu.
Sisi telapak tangannya segera menyambar lambung lawannya. Orang yang tinggi kurus itu agaknya sedikit mempunyai kelebihan daripada kawannya yang bermata juling. Ia pun meloncat menghindar ke samping ketika sisi telapak tangan Ki Lurah menyambar lambungnya.
Ki Lurah yang sebelum mendapat kesempatan menjadi prajurit di pasukan khusus itu adalah murid sebuah padepokan di Mangir, ternyata memang mempunyai bekal yang cukup dalam olah kanuragan.
Dengan lincahnya Ki Lurah mempergunakan berbagai tata gerak yang sulit dimengerti oleh lawannya. Gerakannya sungguh rumit dan sulit diduga oleh lawannya. Sebuah pukulan yang cepat ke arah pundak, disusul oleh tendangan, lalu serangan dengan siku mengarah ke dada, kemudian serangan sisi telapak tangan menyambar ke dahi.
Serangan Ki Lurah yang beruntun itu sulit dihindari oleh lawannya yang bertubuh tinggi kurus itu. Meskipun ia mampu menghindari tiga serangan Ki Lurah, namun ia tidak bisa menangkis serangan sisi telapak tangan yang menyambar ke dahi.
Orang bertubuh tinggi kurus itu, selangkah surut. Meskipun ia tidak jatuh terbanting, matanya berkunang-kunang. Ki Lurah yang melihat lawannya sudah kena dahinya, tidak mau kepalang tanggung. Sebuah pukulan di ulu hati orang yang tinggi kurus itu membuatnya jatuh terjengkang.
Namun orang yang tinggi kurus ini ternyata mempunyai daya tahan yang kuat. Dengan cepat ia meloncat bangun dan bersiap menghadapi serangan Ki Lurah berikutnya.
Di lingkaran pertempuran lainnya Ki Rangga Agung Sedayu bertempur dengan ringannya menghadapi kedua lawannya. Meskipun Ki Rangga secara sekilas sudah dapat menakar kemampuan kedua lawannya, namun ia tidak ingin menimbulkan kesan bahwa ia meremehkan lawannya. Ki Rangga sengaja bertempur dari tahap awal, setapak demi setapak meningkat dan semakin lama semakin tinggi tatarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATARAM BINANGKIT
FanfictionMATARAM BINANGKIT Lanjutan Api Di Bukit Menoreh Oleh Agus S. Soerono