Buku 403
Demikianlah mereka berbagi kegembiraan. Namun mereka juga menyadari bahwa kegembiraan mereka atas kenaikan pangkat Ki Agung Sedayu menjadi Ki Tumenggung Jaya Santika, juga menuntut tanggung jawab yang lebih besar.
Mereka semua, seluruh pasukan khusus di Tanah Perdikan Menoreh, harus meningkatkan kemampuan ilmu olah kanuragan mereka. Mereka harus bisa mempertahankan kekuatan pasukan khusus Mataram, harus bisa memperluasnya bahkan kalau perlu menguasai sampai ke seberang lautan.
Oleh karena itu segala yang ditanamkan oleh Ki Tumenggung Jaya Santika dalam diri mereka, mereka camkan dengan sungguh-sungguh. Mereka juga menyadari bahwa kesatuan dan persatuan Kerajaan Mataram, sesungguhnya hanya kelihatan seperti permukaan air danau yang tenang, bahkan sangat tenang. Namun di bawah permukaan itu, air itu bergolak dengan derasnya. Bahkan mempunyai beberapa pusaran yang kuat yang siap menenggelamkan kapal jung yang mereka tumpangi.
Oleh karena itu, para prajurit terutama dari pasukan khusus di bawah Ki Tumenggung Jaya Santika, mempunyai tanggung jawab yang paling berat. Karena setiap waktu pergolakan yang berada di bawah permukaan itu mencuat ke atas, maka mereka harus siap setiap saat untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan itu.
Bahkan kalau perlu, mereka harus sudah tahu sebelum pergolakan dari pusaran air di bawah permukaan itu mencuat ke atas. Karena itu peranan pasukan telik sandi menjadi sangat penting.
Oleh karena itu, kepada para senapati sehari dalam sepekan Ki Tumenggung Jaya Santika memberi arahan mengenai cara-cara peningkatan ilmu kanuragan mereka. Ia memberi bimbingan khusus bagi para senapati tersebut, dan bimbingan khusus itu tidak hanya untuk meningkatkan tenaga cadangan mereka, namun juga sudah merambah ke ilmu jaya kawijayan.
Beberapa senapati yang menonjol seperti Ki Lurah Darma Samudra dan Ki Lurah Suprapta mendapat gemblengan khusus dari Ki Tumenggung Jaya Santika. Hal pertama yang dilakukan terhadap kedua lurahnya itu adalah meningkatkan kemampuan ilmu meringankan tubuh. Hal ini menjadi perhatiannya, karena sebagai senapati armada laut Kerajaan Mataram, mereka harus bisa berjalan di atas air. Dan untuk bisa berjalan di atas air, tentu saja mereka harus mempunyai kemampuan ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Apabila kemampuan ilmu meringankan tubuh mereka sudah tinggi, maka mereka akan dapat menapak di atas air laut bahkan berlari, seperti saat mereka berjalan di atas tanah.
Para senapati itu juga dilatihnya dengan ilmu jaya kawijayan. Ki Tumenggung Jaya Santika setelah mendapat izin dari Ki Jayaraga, juga menurunkan ilmu Sigar Bumi yang sempat dipelajarinya kepada para senapatinya itu. Bahkan Ki Tumenggung sempat mengenalkan para senapati itu dengan Ki Jayaraga, sebagai sumber ilmu yang akan diberikannya kepada para senapati itu. Memang setelah Ki Tumenggung Jaya Santika mempelajari ilmu aji Kendali Sukma dari Ki Jayaraga, ternyata orang tua itu tidak mau tanggung-tanggung dalam menurunkan segala ilmunya. Ki Jayaraga juga menurunkan aji Sigar Bumi yang telah dipelajari Glagah Putih kepada Ki Tumenggung Jaya Santika.
"Inilah kakek guru kalian, yang menjadi asal muasal diturunkannya ilmu Sigar Bumi," kata Ki Tumenggung Jaya Santika.
Ki Jayaraga bahkan sempat memberikan petunjuk-petunjuk khusus kepada para senapati yang di bawah pimpinan Ki Tumenggung Jaya Santika. Sehingga dengan demikian para senapati itu pun semakin meningkat tenaga cadangannya, ilmu meringankan tubuhnya dan ilmu jaya kawijayannya. Untuk bisa mencapai tataran yang diinginkan, maka para senpati itu harus menjalani bebagai laku sebagaimana yang dilakukan oleh Ki Tumenggung Jaya Santika.
Mereka menjalani tirakat berupa puasa, patigeni dan ngebleng. Ngebleng adalah suatu laku berupa puasa terus menerus dan tidak keluar dari bilik selama melakukan puasa itu. Sedangkan patigeni adalah laku tidak tidur selama menjalani laku tirakat itu. Sungguh suatu laku yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATARAM BINANGKIT
FanfictionMATARAM BINANGKIT Lanjutan Api Di Bukit Menoreh Oleh Agus S. Soerono