New Partner

779 44 1
                                    

Hai!

Maaf banget nih sebelumnya, kalo tulisanku berantakan. karena jujur ini pertama kalinya aku merangkai sebuah cerita. *sok-sok-an puitis*
Hehe, gak papa kan ya? Gapapa deh...

Hmm,, maaf juga. Sampulnya kurang ngedukung.. 😁😁
Aku harap karya Fanfiction perdanaku ini bisa ngehibur kalian..

Selamat membaca.. 😊

.

.

.

Pagi itu suasana kantor tempat Daehee bekerja sangat kacau, tampak tumpukan file-file dan map berserakan di atas meja masing-masing karyawan. Semua orang sedang disibukkan dengan pekerjaannya sendiri. Tak terkecuali dengan Daehee, ia sibuk membantu partner kerjanya.

"Jongin?" panggil Daehee yang tengah memeluk berkas-berkas penting.

Namja itu hanya melirik ke arahnya sebagai jawaban. Baru saja ia ingin bicara namun namja itu sudah kembali fokus pada pekerjaannya lagi. "dingin sekali, menyebalkan!" gerutunya dalam hati sambil mempoutkan pipinya.

"dimana aku harus menyimpan berkas-berkas ini?" lanjutnya lagi. Sungguh lengannya sudah terasa pegal. Lagi-lagi tak ada jawaban. Ia menghela napas panjang menahan amarahnya yang hendak meledak. Ia menatap Jongin kesal. Ia tak tahan dengan sikap Jongin.

"dingin dan menyebalkan! Ya Tuhan, mengapa kau mempertemukan aku dengannya?!" kali ini batinnya menjerit. Dadanya semakin sesak menahan amarahnya yang semakin tak karuan.

Namun, sebagai karyawan baru tentu saja ia harus lebih menjaga sikap. Akhirnya tak ada pilihan lain, ia tetap berdiri ditempat menunggu jawaban karena memang ia tak tau dimana ia harus menyimpan berkas-berkas itu. Meminta bantuan karyawan lain? Tidak mungkin. Mereka juga sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri.

Lengannya semakin terasa lelah. Sesekali ia membenarkan posisi tangannya memeluk berkas-berkas itu.

Sebenarnya Jongin mendengar ucapannya, namun ia memang sengaja membuat yeoja itu menunggu. Ia tersenyum geli, ia berhasil mempermainkan partner kerja barunya.

"babo!" ejek batinnya. Ia tak habis pikir Daehee akan menunggunya seperti ini.

"lucu juga membiarkannya seperti ini, tapi.. Ya sudahlah!" lanjutnya menyeringai sinis lalu mengangkat kedua bahunya dan menghentikan pekerjaannya.

Senyumnya memudar. Ia pun menunjuk ke arah loker yang berada disamping sebuah lemari dengan dagunya tanpa sepatah kata pun lalu kembali meneruskan pekerjaannya.

Ah, benar-benar. Ia selalu seperti ini. Dingin. Namun ia menyukainya. Ya, ia senang sekali bisa bersikap dingin. Terutama menunjukkannya pada partner kerja barunya itu. Entah, apa alasannya ia juga tak tau. Titik.

Daehee pun mengangguk paham lalu bergegas menyimpan berkas-berkas yang masih dipeluknya ke dalam lemari yang ditunjuk Jongin.

"hufft... Yey! Akhirnya selesai juga! Huuu.. Yes!" seru seseorang tiba-tiba. Seisi ruangan menoleh ke sumber suara. Jongin. Daehee terkejut. Berkas-berkas yang belum sempat ia simpan terjatuh mengenai kakinya.

"Auww..!" pekiknya kesakitan sambil memegangi salah satu kakinya yang terangkat.

Ia mengepalkan kedua tangannya dan menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata lalu menghembuskannya dengan kasar.

Ingin rasanya ia menjitak kepala orang itu. Namun ia tak kuasa. Karena bisa dikatakan posisinya lebih rendah dari Jongin. Atau lebih tepatnya lagi. Asisten. Ya, Daehee adalah asisten dari seorang Jongin. Dan ia pun menyadari hal itu. Jadi, mana mungkin ia akan berani macam-macam. Mungkin hanya...

HURT (EXO Kai Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang