The Lost Memory

308 22 2
                                    

"aa.. kau disini rupanya" serunya sambil meraih benda yang ia cari. Tanpa menunda – nunda waktu lagi, Daehee pun segera menuju kantor dengan motor kesayangannya.

Tak ada sesuatu yang ia pikirkan saat ini. hanya alunan melodi musik yang mendayu melalui rongga telinganya. Sesekali bibirnya ikut melantunkan beberapa lirik lagu yang ia ingat diluar kepala.

Akhirnya atap gedung itu mulai terlihat. Daehee memarkirkan motor seperti biasa dan melepas headset dari telinganya. Ia pun menyusuri halaman kantor hendak menaiki tangga. Tapi..

Langkahnya tiba-tiba gontai saat tak sengaja melihat seorang namja mendahuluinya memasuki kantor. Jongin. Kejadian waktu itu selalu terlintas setiap kali namja itu tertangkap oleh indera penglihatannya. Bahkan, ucapan namja itu masih terus terngiang ditelinganya. "aku akan mencari waktu yang tepat untuk meluluhkannya".

Auranya mulai meredup. Ia menghentikan langkahnya. Rasanya ia tak kan sanggup bertemu dengan namja dingin itu lagi. Ingin rasanya ia bisa segera berhenti. Mencoba pekerjaan di tempat lain. Tapi itu tidak mudah, mengingat betapa sulitnya mendapat pekerjaan di tahun ini. Akan sangat membosankan lagi jika menunggu mendapat pekerjaan tahun depan. Itu bahkan tidak dapat ia pastikan.

Akhirnya bekerja dikantor itu adalah satu - satunya tempat untuk menyambung hidupnya. Namun bayangan – bayangan itu perlahan memudar setelah tiga bulan yang lalu sesuatu tak terduga menghentikan segalanya..

" Daehee ya!" langkahnya terhenti ketika terdengar seseorang memanggil namanya. Dahinya sedikit mengernyit. Ia mencoba menoleh tapi tak ada siapa pun. Lebih jelasnya tak ada seseorang yang ia kenal. Bahunya terangkat tidak peduli seolah ia benar – benar salah dengar , lalu melanjutkan langkahnya. Satu anak tangga. Dua anak tangga. Langkahnya terhenti lagi.

"Ya! Daehee ya!" suara itu terdengar semakin jelas. Kali ini ia mencoba mengenali suara itu. Tapi... tiba – tiba seseorang meraih pundak kirinya.

"Omo! Ya! Mengagetkan saja!" Daehee menahan tawa setelahnya. Sepertinya memang Dejavu. Ah.. sudahlah.

"apa kau tak pernah membersihkan telingamu? Hah? Urat nadiku hampir putus karna memanggilmu" gerutunya dengan nafas yang masih tak beraturan karna mengejar Daehee tadi. Daehee hanya membalasnya dengan senyuman mengejek. Untungnya namja itu tak melihatnya.

"dasar lebay" umpatnya batin.

"Aa.. jadi itu Kau. Maaf.. aku pikir itu orang lain" jawabnya santai seperti orang tak bersalah.

"orang lain? Ya! Kau bahkan menyakitiku lagi. Eoh! Enam bulan berlalu tapi kau belum mengenali suaraku?! Aish..! teman macam apa kau ini" gerutunya kesal sambil menyenggol bahu Daehee dengan sengaja.

Tubuh gadis itu sedikit terpental tapi tangan kekar namja itu menahannya agar tak jatuh. hal itu justru membuat Daehee menangkap raut wajah tampan bak pangeran tepat diwajahnya. Namun.... sesuatu terjadi lagi.

"E'emh E'emh biyak biyak! Anak ayam jangan marah"godanya lalu menghindar setelah berhasil menggelitik perut namja itu. Tawa yang sejak tadi ia tahan kini pecah sudah. Ia semakin gemas dengan namja satu ini.

"apa kau bilang? Ya, berhenti. Kubilang berhenti. Ya! Ya! Daehee ya!" Daehee malah menjulurkan lidah. Dan hal ini membuat namja itu ingin menangkapnya. Daehee pun semakin mempercepat langkahnya.

keduanya hampir terlihat seperti tikus dan kucing. Namun Daehee terhenti ketika hampir sampai didepan pintu ruang kerjanya. Ia meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. Meminta namja itu berjalan normal kearahnya. Sesaat kemudian keduanya memasuki pintu yang sama bergantian.

Dan hal itu bermula ...

"ya! Daehee ya!" panggil seseorang usai ia memarkirkan motornya.

"Ne?" balasnya. Namja itu pun menghampirinya dengan sedikit berlari.

"Maafkan aku karna menganggu pekerjaanmu kemaren. Sebenarnya aku mau minta maaf waktu itu juga. Tapi D.O menatapku jadi aku minta maaf hari ini. Kau mau memaafkanku kan?"

"aa.. tidak apa apa kok. Kau tidak perlu meminta maaf begini. Lagi pula, itu hanya hal sepele" balas Daehee seraya tersenyum namun masih terkesan canggung. Sehun pun juga salah tingkah setelahnya.

Bahkan berlanjut...

"Ya, Daehee ya!" seseorang memanggilnya ketika ia hendak keluar dari pintu utama. Dan hal itu membuat langkahnya terhenti. Ia mencoba mencari sumber suara. Tak ada.

"Daehee ya!" Langkahnya terhenti untuk kedua kalinya. Karna kesal ia pun memutar tubuhnya. Seseorang tiba – tiba melambaikan tangan seraya tersenyum. Daehee pun membalas senyum itu.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan??"

"aku ingin pulang denganmu" ucapnya lalu meraih tangan Daehee ke dalam genggamannya. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti ini.

"kenapa kau harus?" Tanya Daehee yang tak mengerti sikap Sehun. Namun pertanyaan itu tak digubrisnya bahkan sepatah katapun hingga mereka tiba ditempat parkir.

"Tara...! Aku tak membawa mobil. Jadi antarkan aku ke rumah. Oke?" Sebelum Daehee menjawab tiba – tiba sebuah mobil berhenti didepan mereka.

"Masuklah. Aku yang akan mengantarmu" pinta seseorang. Keduanya menoleh lalu saling berpandangan. Orang itu adalah Jongin.

___+____+___

"lain kali bawa mobilmu" tegurnya mengingatkan bahkan tanpa menoleh sedikitpun.

.

.

.

.

.

.

Hai Chingudeul.. I'm back! Waduh... kayaknya suasana bakal memanas nih.. siapa sih namja yang lagi deket sama Daehee tiga bulan terakhir ini?? Ada yang bisa nebak gak?? Kalo dikasi bocoran mau?? Siapa ya?? Ada tiga namja doang kok.. D.O Chanyeol dan Sehun. Kalo ada yang bener jawabannya aku lanjutin lagi.. dan akan diusahakan segera. *padahal tugas kuliah numpukkk . Tapi gapapalah demi readers.. :D :D Selamat membaca!!! ;-)

HURT (EXO Kai Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang